Terkini Daerah
12 Santri Main Permainan Ekstrem hingga Ada 1 Korban Alami Luka Bakar, Pihak Ponpes Akui Teledor
2 santri pencetus permainan ekstrem semprot parfum pakai korek api akhirnya dikeluarkan seusai ada 1 korban alami luka bakar.
Penulis: anung aulia malik
Editor: Mohamad Yoenus
TRIBUNWOW.COM - Akibat permainan yang melewati batas, NA (15), seorang santri di Bondowoso mengalami luka bakar hingga badannya penuh dengan perban.
Kejadian tersebut diketahui terjadi di tempat korban menuntut ilmu yakni di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Irsyad, Bondowoso, Jawa Timur, pada Sabtu (5/12/2020) lalu.
Terkait adanya kegiatan permainan ekstrem tersebut, pihak ponpes mengaku teledor dalam mengawasi santrinya.

Baca juga: Kuasa Hukum Ngaku Temukan Sejumlah Keanehan di Jasad 6 Laskar FPI: Luka Beberapa Tidak Wajar
Baca juga: Ratusan Massa FPI Sambut 6 Jenazah Simpatisan Rizieq Shihab di Petamburan, Serukan Allahuakbar
Dikutip dari SURYA.co.id, keteledoran itu diakui oleh Mudir Kepesantrenan Ponpes Al Irsyad, Huzeim Miftah.
Kini, pihak keluarga korban telah sepakat untuk menempuh jalur kekeluargaan guna menyelesaikan masalah tersebut.
"Pihak ponpes meminta maaf atas keteladoran hingga terjadi musibah atau kecelakaan yang menimpa korban (NA). Kejadian ini jadi bahan evaluasi demi kebaikan ponpes," kata Huzeim, Selasa (8/12/2020).
Pihak Ponpes mengaku akan terus berkoordinasi dengan keluarga korban terkait pengobatan NA.
Ponpes Al Irsyad menyatakan akan menanggung seluruh biaya pengobatan korban yang juga merupakan santri mereka.
Kemudian, buntut dari insiden itu adalah dua santri yang menjadi biang kerok permainan ekstrem menyemprotkan parfum ditambah korek api telah dikeluarkan dari pondok.
"Dua santri yang punya ide bermain ini kami drop out. Tak seharusnya mereka bermain yang berbahaya seperti itu," kata, Mudir Kepesantrenan Ponpes Al Irsyad, Huzeim Miftah, Selasa (8/12/2020).
Bukan Perundungan Tapi Bergurau
Mudir Kepesantrenan Ponpes Al Irsyad, Huzeim Miftah meluruskan yang terjadi kepada NA adalah hasil dari sebuah candaan yang melewati batas.
Kronologi kejadian itu terjadi pada Sabtu (5/12/2020) saat teman sekamar NA bermain menggunakan sebuah parfum laundry.
Parfum tersebut disemprotkan dan ditambah korek api, sehingga menimbulkan semburan api yang besar.
Secara bergantian mereka saling menyemprotkan parfum ditambah korek api itu kepada sesama santri di kamar tersebut.
"Beberapa santri berhasil memadamkan api yang membakar pakaian akibat bermain parfum sembari menyalakan korek," kata Huzeim, Selasa (8/12/2020).
NA yang kebetulan juga ada di kamar tersebut, juga menjadi target permainan itu.
Seorang rekannya memegangi NA dari belakang dan satu orang lainnya menyemprotkan parfum plus korek api ke arah korban.
Celakanya, pada saat giliran NA, teman korban yang memegangi NA menumpahkan parfum dalam botol ke pakaian korban.
Meskipun tahu baju korban dipenuhi oleh cairan parfum beralkohol yang rawan terbakar, teman-teman korban tetap menyemprotkan parfum ke arah NA.
Akibatnya api yang membakar NA lebih besar dari teman-temannya yang lain dan sulit dipadamkan.
"Apinya lebih besar karena parfum tumpah ke pakaian. Teman-teman NA pun panik. Sedang NA berusaha memadamkan api dengan tangan. Karena tak kunjung padam, NA melepas bajunya," papar Huzeim.
Baca juga: Jusuf Kalla Sebut Kedekatan Anies dan Rizieq Tak Perlu Dipermasalahkan: Pemimpin Pasti Punya Risiko
Dalam kondisi penuh luka bakar, NA dibawa oleh teman-temannya ke kamar mandi.
Di sana ia diobati seadanya dengan dibasuh pakai air, mengompres luka korban menggunakan es, hingga memberikan pasta gigi ke luka bakar korban.
Pihak ponpes turut mengklarifikasi bahwa kabar korban diikat oleh rekannya menggunakan sarung adalah tidak benar.
"Saya mengkonfirmasi bila NA bukan diikat tapi dipegangi seorang temannya. Memang ada unsur kesengajaan. Kejadian ini juga bukan perundungan, tetapi bermain dan bergurau. Meski begitu, tindakan para santri tak dibenarkan karena berlebihan dan berbahaya," ungkap Huzeim.
Sebelum diklarifikasi oleh pihak ponpes, kabar mengenai dugaan penganiayaan itu muncul dari kakek korban Jamal.
Jamal menyebut, pihak Ponpes tempat korban menuntut ilmu sempat berupaya menutup-nutupi kasus ini.
"Kejadian penganiayaan (diduga) terjadi pada Sabtu (5/12/2020). Korban dipegang lalu diikat 14 anak hingga terjadi pembakaran itu, bahannya tidak tahu saya," kata Jamal saat dikonfirmasi sejumlah wartawan, Selasa (8/12/2020).
"Saya 24 jam di masjid pondok (selaku takmir). Sehingga saya tahu seluk-beluk di pondok. Cucu saya sempat tidak ada di pondok, saya pun tanya keberadaannya pada kemarin sore, Senin (8/12/2020). Teman-temannya dan sejumlah guru mengaku tak tahu keberadaan NA dan kejadian (dugaan) penganiayaan," terangnya.
Jamal bercerita, pihak keluarga sempat terkejut melihat NA pulang ke rumah dalam keadaan penuh luka bakar. (TribunWow.com/Anung)
Artikel ini diolah dari surya.co.id dengan judul Santri di Bondowoso Diduga Dianiaya Teman, Ponpes dan Keluarga NA Sepakat Selesaikan Kekeluargaan, Santri di Bondowoso Diduga Dianiaya Teman, Dua Santri Penggagas Permainan Didrop Out dari Pondok, dan suryamalang.com dengan judul Santri di Bondowoso Alami Luka Bakar karena Diduga Dianiaya, Pihak Ponpes Akhirnya Beri Pengakuan