Terkini Daerah
Eks Komnas HAM Natalius Pigai: Setelah Jokowi Memimpin, yang Disetir adalah Papua Fobia dan Rasisme
Mantan Komisioner Komnas HAM Natalius Pigai angkat bicara tentang pelanggaran HAM di wilayah Papua.
Penulis: Brigitta Winasis
Editor: Maria Novena Cahyaning Tyas
"Kemudian setelah Jokowi memimpin negara ini, yang di-drive (setir) adalah skenario Papua-fobia dan rasisme," ungkapnya.
Menurut Natalius, isu rasisme itu terjadi terhadap kedua belah pihak.
Baca juga: Vanuatu Satu-satunya yang Dukung Papua Barat Merdeka, Mahfud Tak Khawatir: Negara Kecil di Pasifik
Bahkan isu rasisme juga dikobarkan antara masyarakat Papua dengan orang Indonesia lainnya.
"Hari ini orang Papua yang kulit hitam dan rambut keriting tidak suka orang Indonesia, Melayu dan Jawa," jelas Natalius.
Ia kemudian menyinggung deklarasi kemerdekaan yang berulang kali digaungkan oleh kelompok tertentu di Papua.
Natalius menjelaskan upaya deklarasi semacam itu pasti akan didukung masyarakat Papua.
"Dalam konteks ini ketika Anda katakan siapapun orang Papua yang mendeklarasikan untuk dignity dan harga diri orang Papua, sudah pasti 90 persen lebih menerima," paparnya.
"Itu ditunjukkan tahun lalu bagaimana masifnya perlawanan rasisme," tandas Natalius.
Lihat videonya mulai menit 2.00:
Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD angkat bicara tentang deklarasi kemerdekaan di Papua Barat yang diserukan Tokoh Pembebasan Papua Barat Benny Wenda.
Dilansir TribunWow.com, hal itu ia sampaikan dalam konferensi pers yang ditayangkan kanal YouTube Kompas TV, Rabu (2/12/2020).
Diketahui sebelumnya Gerakan Persatuan Pembebasan Papua Barat atau The United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) mendeklarasikan kemerdekaan.
Baca juga: Motif KKB Tembak 3 Warga Sipil Papua, Diduga Upaya untuk Memutarbalikkan Fakta dan Intimidasi
Mahfud MD kemudian menyampaikan sikap pemerintah terhadap Benny Wenda yang memprakarsai kelompok tersebut.
Ia mengungkapkan menilai pernyataan Benny Wenda tidak dapat disebut makar besar.