Breaking News:

Terkini Nasional

Tuai Sorotan, Kenakan Sarung Anies Baswedan Baca Buku 'How Democracies Die', Sindiran?

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan kembali menjadi perbincangan dan sorotan.

Penulis: Elfan Fajar Nugroho
Editor: Atri Wahyu Mukti
Twitter/@aniesbaswedan
Unggahan Twitter Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Minggu (22/11/2020). 

TRIBUNWOW.COM - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan kembali menjadi perbincangan dan sorotan.

Sorotan kepada Anies Baswedan itu menyusul dirinya yang mengunggah sebuah foto di akun Twitternya, Minggu (22/11/2020).

Dilansir TribunWow.com, dalam unggahan fotonya tersebut, Anies Baswedan berpose sedang duduk santai di sebuah kursi.

Unggahan Twitter Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Minggu (22/11/2020).
Unggahan Twitter Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Minggu (22/11/2020). (Twitter/@aniesbaswedan)

Baca juga: Soal Pemanggilan Anies, Refly Harun Nilai Mau Permalukan: Harusnya Habib Rizieq Dulu yang Diperiksa

Baca juga: Habib Rizieq Tolak Permintaan Lakukan Swab Test, FPI: Tidak Perlu Repot-repot Mengurusi FPI dan HRS

Sembari duduk, Anies Baswedan juga membaca sebuah buku berjudul bahasa asing.

Buku tersebutlah yang menjadi sorotan dan mendapatkan reaksi beragam.

Buku dengan cover berwarna hitam yang dipegang dan dibaca Anies itu berjudul 'HOW Democracies DIE'.

Jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia maka memiliki arti 'Bagaimana Demokrasi Mati'.

"Selamat pagi semua. Selamat menikmati Minggu pagi," tulis singkat Anies Baswedan.

Meski begitu, tidak diketahui motif dan alasan Anies Baswedan mengunggah foto dengan menonjolkan buku karya Steven Levisky dan Daniel Ziblatt tersebut.

Namun tidak sedikit yang menyangkut-nyangkutkannya dengan kondisi yang tengah dialami oleh Anies Baswedan.

Seperti yang diketahui, Anies Baswedan belum lama ini memenuhi panggilan Polda Metro Jaya kaitannya dengan terjadinya kerumunan dalam acara Imam Besar Front Pembela Islam (FPI), Habib Rizieq Shihab.

Sebelumnya Anies juga menyatakan bahwa dirinya bersama Pemprov DKI Jakarta telah bekerja maksimal dalam penanganan Covid-19.

Sementara itu dari berbagai tokoh tak ketinggalan memberikan tanggapannya.

Baca juga: Soal Habib Rizieq, Qodari Sebut Ada Upaya Pilpres 2024: Kalaupun Bukan Calon, Dia Pelaku Lapangan

Mulai dari Politikus Partai Gerindra, Fadli Zon, Politikus Partai Gelora Fahri Hamzah, Politikus PDIP Budiman Sujatmiko hingga Fadjroel Rachman.

Meski mengunggah sebuah foto dengan buku berbeda dengan milik Anies, Fadli Zon tetap menyinggung soal demokrasi.

Dirinya mengunggah foto dengan membaca buku 'Demokrasi Kita' tulisan dari Wakil Presiden Pertama, Mohammad Hatta.

Disebutnya bahwa buku terbitan 1960 itu masih relevan untuk menggambarkan kondisi yang terjadi saat ini, khususnya berkaitan dengan demokrasi.

"Sy baca ulang buku “Demokrasi Kita” karya Mohammad Hatta yg terbit 1 Mei 1960, 60 thn lalu. Kok masih relevan n keadaannya hampir sama dg skrg. Hatta kritik tajam pemerintahan Demokrasi Terpimpin yg otoritarian di bwh Presiden Soekarno. Buku kecil ini kemudian dilarang," tulis Fadli Zon.

Cuitan Fadli Zon pada Minggu (22/11/2020)
Cuitan Fadli Zon pada Minggu (22/11/2020) (Twitter @fadlizon)

Sementara itu, mantan rekannya saat menjadi wakil DPR, Fahri Hamzah justru mengatakan bahwa dirinya sudah lama mempersoalkan buku tersebut.

Hal itu dibuktikan dengan cuittan dari Fahri Hamzah pada tahun 2019 yang sudah membahas buku 'How Democracy Die' tersebut.

Dalam cuittan dua tahun lalu itu, Fahri Hamzah mengatakan nasib demokrasi ditentukan oleh kudeta militer dan sistem pemilihan.

"Sebetulnya itu adalah kesimpulan 2 guru besar universitas Harvard: Steven Levitsky dan Daniel Ziblatt. Dalam buku mereka yang terkenal “How Democracy Die”, mereka menuturkan bagaimana demokrasi bisa mati oleh kudeta militer atau oleh pemilu yang menaikkan para pemimpin curang," kata Fahri Hamzah.

Cuittan akun Twitter politikus Partai Gelora Fahri Hamzah, Minggu (22/11/2020).
Cuittan akun Twitter politikus Partai Gelora Fahri Hamzah, Minggu (22/11/2020). (Twitter/@Fahrihamzah)

Baca juga: Sutiyoso Ungkap Pengalaman Cara Perlakukan FPI dan Habib Rizieq: Sekeras Apapun Masih Bisa Didekati

Selain itu tak ketinggalan, Budiman Sudjatmiko juga turut memberikan komentarnya.

Dirinya mengakui lebih memilih orang yang membaca satu buku namun mendapatkan banyak pikiran, ketimbang banyak buku namun hanya sebatas menjadi kutipan belaka.

"Saya tak pernah terkesan dgn orang yg membaca buku sampai saya berdiskusi membedah isi dengannya.
Lebih baik orang membaca 1 buku & dia keluarkan banyak pikirannya sendiri ketimbang dia membaca banyak buku tp isi perkataannya cuma hasil kutipan buku yg dibaca," ucapnya Budiman.

Bagaimana membaca buku yg baik bagi remaja atau orang dewasa di era berlimpahnya informasi? "Berdialog" lah dgn si penulis buku, jgn cuma jd kader mata.

Apa itu kader mata? Istilah ini mengingatkanku pd istilah kami dulu di gerakan, yaitu kader kuping. Dapat ilmu cuma dr modal nguping orang lain berdiskusi. Kader mata adalah dpt ilmu cuma modal membaca ide orang lain di buku tp tak berdialog dgn si penulisnya

Bgm cara membaca & berdialog dgn penulisnya? Pegang pensil, bubuhkan pendapatMU di tepinya. Buat tanda tanya jika ada keingintahuanmu yg blm terjawab atau hal yg kamu pertanyakan. Dialogkan catatan2 pensil td dgn isi buku. Kamu bakal dpt ilmu bukan cuma info

Cuittan Budiman Sudjatmiko, Minggu (22/11/2020).
Cuittan Budiman Sudjatmiko, Minggu (22/11/2020). (Twitter/@budimandjatmiko)

Buku yg baik adalah buku yg lecek. Dia sdh bekerja keras u/ mencerdaskan pembaca2nya. Buku yg banyak coretan2nya adalah buku yg sdh jd teman diskusi yg cerdas dgn pembaca2nya.  Buku yg rapi & mulus? Itu cuma bedak yg bakal luntur saat parasmu diterjang terik

Ilmu pengetahuan itu universal & rasional, pengetahuan itu personal & rasional sementara pengalaman itu personal & emosional. Membaca buku tak membuatmu jd manusia berilmu. Buku itu cuma keset di depan gerbang ilmu. Dan keset yg baik adalah keset yg lecek..," ucap Budiman.

Cuittan Politikus PDIP Budiman Sudjatmiko, Minggu (22/11/2020).
Cuittan Politikus PDIP Budiman Sudjatmiko, Minggu (22/11/2020). (Twitter/@budimandjatmiko)

Selanjutnya ada juru Bicara Presiden Joko Widodo (Jokowi), Fadjroel Rachman.

Dirinya mengunggah sebuah foto buku berjudul 'Democracy Without the Democrats'.

Buku tersebut rupanya karya dari Fadjroel sendiri yang ditulis ketika dalam tahanan di Nusakambangan dan Sukamiskin.

"Perjuangan demokratisasi demokrasi itu perjuangan tanpa akhir. Perjuangan demokrasi sejak kemerdekaan, dihadang tahapan antidemokrasi hingga #Reformasi21Mei1998 dan sekarang terus membongkar lembaga, regulasi dan orang2 yang memanfaatkan demokrasi utk menghancurkan demokrasi ~ FR," tulis Fadjroel.

Postingan Fadjroel Rachman pada Minggu (22/11/2020).
Postingan Fadjroel Rachman pada Minggu (22/11/2020). (Instagram @fadjroelrachman)

(TribunWow/Elfan Fajar Nugroho)

Tags:
Anies BaswedanTwitterInstagramHabib Rizieq ShihabCovid-19Fadli ZonFahri HamzahBudiman SudjatmikoBurhanuddin Muhtadi
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved