Terkini Internasional
Buntut Panjang Polemik Presiden Prancis, Al-Qaeda Disebut-sebut Tunggangi Gerakan Protes ke Macron
Pakar hukum internasional Hikmahanto Juwana mengungkapkan bagaimana dunia internasional menanggapi pernyataan kontroversial Presiden Prancis Macron.
Penulis: Brigitta Winasis
Editor: Ananda Putri Octaviani
Hal itu terkait insiden pemenggalan seorang guru sejarah dan penyerangan di sebuah gereja di Prancis pada bulan lalu.
"(Macron) telah menodai Islam dan warganya sendiri yang menjadi bagian dari umat Islam, menutup masjid, organisasi hak asasi manusia dan Islam, serta menggunakan insiden ini sebagai kesempatan untuk mengobarkan kebencian lebih jauh, lalu memberikan dorongan lebih jauh untuk mendukung rasisme dan kekerasan ekstrem," demikian petisi tersebut berbunyi.

Mereka turut mendesak Macron agar menimbang ulang pernyataannya yang dinilai telah menyerang umat Muslim, agama Islam, dan Nabi Muhammad.
"Dasar moral yang kami inginkan dari Anda adalah menolak kebencian, marginalisasi, dan ujaran yang menyebabkan perpecahan, serta menggunakan kepemimpinan Anda untuk dapat menyatukan masyarakat."
Baca juga: Presiden Prancis Akui Paham Kemarahan Umat Islam: Saya Akan Tetap Membela Kebebasan Berpendapat
Selain mengecam Macron, petisi yang diajukan organisasi tersebut juga menentang sikap represif di Prancis, termasuk penutupan sejumlah masjid dan sejumlah insiden serangan terhadap kelompok tertentu.
Hal itu dinilai mengundang kebencian di antara masyarakat.
"Sikap oportunis ini mendegradasikan prinsip-prinsip yang diatur hukum dengan menutup asosiasi dengan alasan-alasan politis, serta tanpa prosedur yang legal."
Diketahui sikap Presiden Macron tengah dikecam komunitas umat Islam dunia.
Hal itu muncul setelah insiden pemenggalan Samuel Paty, guru sejarah yang menunjukkan karikatur Nabi Muhammad sebagai bagian dari diskusi materi kebebasan berpendapat.
Menanggapi insiden tersebut, Macron membela tindakan Paty dengan alasan mendukung sikap sekularisme yang dijunjung Prancis. (TribunWow.com/Brigitta)