Terkini Nasional
Andaikan Dirinya Jadi Presiden, Bukan Jokowi, Prabowo Subianto: Saya Selalu Pakai Analogi Sepak Bola
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto mengandaikan ketika dirinya saat ini yang menjabat sebagai Presiden, bukan Joko Widodo (Jokowi).
Penulis: Elfan Fajar Nugroho
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNWOW.COM - Menteri Pertahanan Prabowo Subianto mengandaikan atau mengumpamakan ketika dirinya saat ini yang menjabat sebagai Presiden, dan bukan Joko Widodo (Jokowi).
Dilansir TribunWow.com, jika saat ini dirinya menjadi presiden, Prabowo mengaku akan melakukan hal yang sama seperti apa yang telah dilakukan oleh Jokowi.
Hal itu diungkapkan Prabowo dalam tayangan YouTube Kompas.com, Selasa (13/10/2020).

Baca juga: Ali Ngabalin Jawab Tudingan Ada Instruksi Jokowi soal Penangkapan Aktivis KAMI terkait Aksi Demo
Seperti yang diketahui, belakangan ini banyak kritik yang ditujukkan terhadap pemerintah Jokowi di tengah penanganan pandemi Covid-19 dan krisis ekonomi.
Kritikan tajam juga dikhususkan kepada para jajaran kabinet Jokowi yang dinilai tidak bisa bekerja dengan baik, khususnya Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto yang punya tanggung jawab penuh dalam penanganan Covid-19.
Namun Prabowo justru memberikan penilaian yang sebaliknya.
Dikatakannya bahwa jajaran kabinet saat ini merupakan orang-orang terbaik di Tanah Air dan sudah bekerja secara maksimal selama hampir setahun menjabat.
Oleh karenanya, ia tidak lantas menyalahkan Jokowi dalam menunjuk orang-orang terbaik tersebut untuk membantunya menjalankan roda pemerintahan.
Bahkan diakui sendiri oleh Prabowo jika memenangi Pilpres 2019 lalu pasti juga akan menunjuk mereka.
"Dan terus terang saja, saya objektif, saya menilai rekan-rekan saya banyak juga memang mereka yang terbaik di negara ini," ujar Prabowo.
"Seandainya pun umpamanya kemarin saya yang presiden, saya lihat kok akan milih dia juga," ungkapnya.
Baca juga: Ungkap Fakta Bubble di Sekitar Jokowi, Prabowo Subianto: Kadang-kadang Suka Menggiring Keputusan
Lebih lanjut, Prabowo menggambarkan bahwa kondisi jabatan di pemerintahan seperti halnya sebuah tim sepak bola yang membutuhkan pemain terbaik di setiap posisinya masing-masing.
Menurutnya itulah tugas dari seorang presiden yang istilahnya sebagai pelatih.
"Kamu harus berbuat untuk negara, kamu harus berhasil. Untuk berhasil kamu harus mencari orang yang terbaik," tegasnya.
"Saya selalu pakai analogi sepak bola, jadi kalau Anda mau tim sepak bola menang, ya cari pemain terbaik," jelas Ketua Umum Partai Gerindra itu.
"Siapa kiper terbaik, siapa striker, begitu dapat ya menang. Masak saya mau ponakan saya, padahal dia enggak bisa main bola," imbuhnya.
"Jadi saya kok lihat banyak yang dipilih Pak Jokowi itu memang kalau saya jadi presiden bahkan saya pilih dia juga, dalam hati," pungkasnya.
Simak videonya mulai menit awal:
Angkat Bicara Soal Polemik UU Cipta Kerja
Di sisi lain, sebelumnya Prabowo Subianto angkat bicara tentang omnibus law Undang-undang Cipta Kerja (UU Ciptaker) yang menuai kontroversi.
Dilansir TribunWow.com, hal itu terungkap dalam wawancara di kanal YouTube iNews, diunggah Senin (12/10/2020).
Diketahui UU Cipta Kerja menuai gelombang penolakan dari aliansi mahasiswa, buruh, dan masyarakat sipil.
Pasalnya sejumlah klaster dalam undang-undang tersebut dinilai lebih menguntungkan pengusaha dan investor asing.
Menanggapi hal itu, Prabowo justru menilai poin-poin penolakan dari buruh ini banyak mengandung hoaks (kabar bohong).
"Ada hoaks bahwa upah minimum dihapus. Itu dibaca dong, tidak seperti itu," komentar Prabowo Subianto.
Poin lain yang menjadi tuntutan buruh adalah perihal pesangon.
"Tapi pelaksanaannya nanti bisa juga dinego dengan perusahaan-perusahaan itu. Jadi itu semua bisa diatasi, tidak mutlak harus ditolak atau diterima," kata Prabowo menanggapi.
Menurut Ketua Umum Partai Gerindra itu, dalam kenyataannya pelaksanaan regulasi ketenagakerjaan itu masih sering dinegosiasikan dengan buruh.

Baca juga: Punya Usul ke Jokowi, Fahri Hamzah Minta UU Cipta Kerja Diganti yang Lain: Enggak Perlu Ngajak DPR
"Kalau perusahaan itu tidak sanggup, dia (buruh) minta (pesangon) 32 atau 35 kali, tapi pengusaha bilang enggak bisa, 'Ambil saja perusahaan saya, saya sudah diasuransi kok. Ambil saja alat-alat itu, saya pindah saja karena saya enggak mampu, kondisi ekonomi begini'," paparnya.
"Akhirnya banyak yang tidak sampai 32, menerima berapa saja yang bisa dikasih," tambah purnawirawan TNI tersebut.
"Ini yang kita maksud, pemerintah itu sudah mau melindungi buruh," tegas Prabowo.
Ia membenarkan saat ini dibutuhkan iklim masyarakat yang stabil, mengingat kondisi ekonomi masih bergejolak di tengah pandemi Covid-19.
Prabowo menyinggung pemerintah sudah berupaya mencari bentuk yang tepat dalam memberikan bantuan langsung ke masyarakat.
Kembali ke pembahasan tentang UU Cipta Kerja, Prabowo lalu mengungkapkan sikap Partai Gerindra.
"Saya dari awal saya beri arahan UU Cipta Kerja ini harus diteliti pasal demi pasal, klaster demi klaster, kepentingan nasional, kepentingan rakyat selalu utama," tegasnya.
Prabowo menilai selama ini Gerindra sudah dengan keras menyaring dan menelusuri pasal-pasal bermasalah dalam UU Cipta Kerja, terutama yang dinilai terlalu liberal.
Ia tidak menampik kemungkinan ada pihak-pihak yang melobi 'orang dalam' karena punya kepentingan di UU Cipta Kerja, termasuk dari kalangan pengusaha.
"Saya yakin ada banyak pengusaha yang lobi-lobi dan pengusaha itu mungkin banyak teman di pemerintah juga. Ini wajarlah," ungkit Prabowo.
"Kita ini kan selalu memihak rakyat dan mungkin banyak yang kesal sama kita, seolah-olah Gerindra tidak mendukung rakyat," tambahnya. (TribunWow/Elfan/Brigitta)