UU Cipta Kerja
Demo di Solo Raya Berakhir Ricuh, Pendemo Ada yang Masuk Sumur Sedalam 10 Meter hingga Salah Tangkap
Demonstrasi penolakan UU Cipta Kerja bertajuk #SoloRayaMenggugat terjadi di beberapa titik di Solo Raya, Kamis (8/10/2020).
Editor: Tiffany Marantika Dewi
TRIBUNWOW.COM - Demonstrasi penolakan UU Cipta Kerja bertajuk #SoloRayaMenggugat terjadi di beberapa titik di Solo Raya, Kamis (8/10/2020).
Setidaknya, terdapat aksi demo di kawasan Gladag, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Solo, serta di Tugu Kartasura, Kabupaten Sukoharjo.
Aksi ini pun sontak ramai di media sosial hingga membuat #SoloRayaMenggugat trending di Twitter beberapa waktu lalu.
Baca juga: Aria Bima Sindir Demokrat yang Walk Out saat Pengesahan UU Cipta Kerja: Latihan Interupsi sama PDIP
Untuk lebih mengetahui aksi demo penolakan UU Cipta Kerja, berikut TribunSolo rangkum 5 faktanya.
1. Ada 6 Tuntutan yang Disuarakan dalam Aksi Solo Raya Gugat Omnibus Law di Gladag Solo.
Setidaknya enam poin tuntutan akan disuarakan dalam Aksi Solo Raya Gugat Omnibus Law.
Cabut UU Cipta Kerja menjadi satu poin yang akan disuarakan dalam aksi itu.
Berikut enam poin yang akan disuarakan dalam Aksi Solo Raya Gugat Omnibus Law :
1. Cabut UU Cipta Kerja,
2. Tolak politik upah murah,
3. Wujudkan reformasi agraria sejati,
4. Segera sahkan RUU PKS, PRT dan masyarakat adat,
5. Buka ruang demokrasi seluas-luasnya dan hentikan pelanggaran HAM di Papua, dan
6. Mengecam keras tindak kriminalitas dan represifitas dari pemerintah dan aparat keamanan terhadap rakyat yang menolak UU Cipta Kerja, serta segera bebaskan Faqih.
2. Tak Ikut Aksi Tolak UU Cipta Kerja, SBSI Solo Pilih Kaji Ulang.
Aksi mogok nasional dan turun ke jalan menyuarakan aspirasi pengesahan RUU Cipta Kerja tidak dipilih DPC Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (SBSI) 1992 Kota Solo.
Padahal, mogok nasional selama tiga hari terhitung 6 - 8 Oktober 2020 digaungkan sejumlah serikat buruh di tingkat pusat.
Ketua DPC SBSI 1992 Kota Solo, Endang Setiowati mengatakan pihaknya tidak akan melakukannya meski pusat mengintruksikan.
Alasannya pertimbangan kesehatan mengingat masih merangkaknya kasus Covid-19, khususnya di Kota Solo.
"Kita ada pertimbangan sendiri. Di daerah melihat situasi seperti ini, saat dihantam pandemi, kami akhirnya lebih memprioritaskan dari sisi kesehatan," kata Endang kepada, Kamis (8/10/2020).
"Kami tidak ingin buruh menjadi korban," tegasnya.
Endang menuturkan DPC SBSI 1992 Kota Solo memilih untuk mengkaji dulu UU Cipta Kerja yang baru saja disahkan dalam sidang paripurna DPR.
Mereka tidak ingin terjebak dalam kubangan wacana yang mencuat beberangen dengan pengesahan regulasi sapu jagat itu.
Baca juga: MUI Imbau Pengunjuk Rasa UU Cipta Kerja Tak Lakukan Tindakan Anarkis: Junjung Tinggi Nilai Pancasila
Audiensi dengan Wali Kota Solo, Fx Hadi Rudyatmo dan petinggi Dinas Tenaga Kerja dan Perindustrian Kota Solo menjadi langkah yang diambil.
"Kita ingin membedah undang-undangnya. Kita ingin lihat supaya tidak termakan hoaks. Ini benar tidak poin-poin yang diisukan," tuturnya.
Endang mengungkapkan, audiensi sudah dilakukan pada Rabu (7/10/2020).
"Audiensi kemarin sudah diterima pemerintah dengan baik. Pemerintah berupaya memperjuangkan," tandasnya.
3. Detik-detik Pendemo Menggulingkan Truk Satpol PP
Sebelum membakar, pendemo #SoloRayaMenggugat dalam menolak Omnibus Law menggulingkan truk Satpol PP Sukoharjo, Kamis (8/10/2020).
Kejadian itu terekam TribunSolo.com ketika demo ribuan mahasiswa dari berbagai universitas itu berakhir ricuh di Tugu Kartasura di Jalan Raya Solo-Semarang, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo.
Adapun sebelum dibakar dan api berkobar-kobar melahap truk berwarna cokelat itu, sejumlah pendemo sempat menggulingkan ramai-ramai truk yang terparkir tidak jauh dari lokasi demo.
Yakni mobil tersebut terpakir di Jalan Jenderal Sudirman atau Jalan Raya Solo-Jogja.
Baca juga: Dosen di Surabaya Janjikan Beri Nilai A untuk Mahasiswa yang Ikut Demo: Daripada Belajar Daring
Kejadian itu berlangsung saat ribuan mahasiswa dari berbagai universitas melakukan perlawanan ketika diperingatkan polisi untuk membubarkan diri pada pukul 17.15 WIB.
Akhirnya kericuhan tidak bisa dihindarkan pada pukul 17.20 WIB.
Petugas keamanan atau polisi sempat menembakkan gas air mata dan peringatan.
"Bakar-bakar," terdengar dari teriakan massa.
Bahkan seketika api berkobar membakar truk berwarna coklat.
Sementara polisi dengan pengaman lengkap hanya bisa melihat.
4. Demonstran Aksi Kartasura ini Tercebur Sumur
Seorang demonstran aksi massa 'SoloRayaMenggugat' di Kartasura, Sukoharjo, ada yang sampai tercebur sumur.
Insiden ini berawal ketika ia panik saat mendengar polisi mulai melontarkan gas air mata.
Ia pun lari menyelamatkan diri masuk ke perkampungan yang ada di RT 2/RW 2 Desa Giringan, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo.
Sesampainya di perkampungan, orang tersebut lantas berusaha sembunyi di kebun milik warga.
Nahas bukannya bisa sembunyi, ia malah tercebur ke sumur sedalam 10 meter di kebun itu.
Baca juga: Pengakuan Pelajar SMP yang akan Dibunuh jika Tak Mau Ikut Demo, padahal Tak Tahu Demo soal Apa
Seorang warga yang berada tak jauh dari lokasi, Agus Subgayo (58) mengatakan kejadian itu terjadi sekira pukul 18.00 WIB.
"Itu pas Maghrib. Dari arah (Toko) Laris tahu-tahu lari menuju rumah Pak RT sini, terus ke arah kebun," kata Agus, Kamis (8/10/2020).
Tak berselang lama, Agus mendengar teriakan minta tolong yang bersumber dari arah sumur.
"Teriak tolong-tolong. Sebenarnya saya sudah firasat ada yang tercebur sumur," ujar dia.
Kemudian polisi dan tim penolong datang coba mengevakuasi orang tersebut dengan meminjam tali kepada Agus.
Agus sempat berpesan jangan langsung masuk ke sumur dikhawatirkan ada gas beracun.
Pasalnya,sumur itu sudah tidak terpakai selama bertahun-tahun.
"Namun talinya sudah diturunkan untuk evakuasi. Orang itu berhasil dievakuasi. Kurang lebih 30 menit ada," ujar Agus.
Agus menungkapkan orang tersebut mengalami patah kaki kanan dan langsung mendapatkan pertolongan pertama.
"Kemudian dibawa ke rumah sakit. Rumah sakitnya mana, saya tidak tahu," tandasnya.
Baca juga: BLT UMKM Rp 2,4 Juta Tahap Kedua Bakal Disalurkan Mulai Pekan Ini, Lengkapi Persyaratannya

5. Ketua Peradi Solo Badrus Zaman Alami Salah Tangkap
Ketua Perhimpunan Advokad Indonesia (Peradi) Solo, M Badrus Zaman mengalami salah tangkap di sekitaran Pasar Kleco, Kota Solo Kamis (8/10/2020) malam.
Ia mengaku sempat digelandang dan hampir diangkut ke mobil polisi.
Disampaikan oleh Badrus, jika kejadian tersebut berlangsung sekira pukul 19.30 WIB.
"Saya tadi mau ke Kleco, kemudian saya duduk di seberang jalan dari arah sana (Pasar Kleco) petugas meminta pergi," katanya.
"Setelah itu polisi mendatangi saya dan bertanya ingin merebut hp saya," imbuhnya.
Usai didatangi, Badrus lantas ditanyai sekira 10 personel kepolisian.
Tak hanya bertanya, aku Badrus ia juga sempat hampir digelandang paksa oleh petugas kepolisian.
"Banyak polisi yang menarik, sekitar 10 polisi ada yang berseragam dan ada yang tidak," paparnya.
"Saya melawan untuk diangkut," tegasnya.
Badrus lantas dilepaskan setelah petugas memeriksa hp dan mengecek identitasnya.
"Ini kalau sama saya saja begini apalagi kalau masyarakat biasa," protes dia.
"Tidak profesional," tandasnya.
Usai kejadian salah tangkap tersebut, Badrus bakal menuntut pihak kepolisian, khususnya Polresta Solo.
"Kita akan audiensi dengan Kapolres Surakarta, karena tadi saya melihat Kasat Sabhara, kita akan menuntut untuk meminta maaf," paparnya.
"Kita sama-sama satu profesi," tutup dia.
6. Pagar Toserba Laris Roboh dan Rusak
Toserba Swalayan Laris menjadi satu toko yang terkena imbas kericuhan itu.
Pintu masuk toko sampai dirobohkan massa aksi bertajuk #SoloRayaMenggugat itu.
Dari pantauan TribunSolo.com, pintu tersebut sudah dibenahi sejumlah aparat sekira pukul 20.15 WIB.
Meski begitu, pintu tersebut masih tampak doyong.
Tak hanya doyong, toko-toko di seputaran kawasan kericuhan juga tutup lebih awal.
Meski buka, pemilik toko hanya berani membukanya setengah pintu, termasuk toko milik warga berinisial H.
"Tadi saya diberitahu polisi. Disuruh tutup lebih awal. Diberitahu kalau akan ada aksi. Itu sekira pukul 15.00 WIB," katanya kepada TribunSolo.com, Kamis (8/10/2020).
Meski telah dihimbau, H masih berusaha buka dan hanya menutup pintu tokonya setengah.
"Tadi banyak yang beli. Belinya rokok sama botol air mineral," ujarnya.
Dia kemudian baru menutup rapat tokonya sekira pukul 17.00 WIB.
"Tadi langsung ditutup, terus dengar suara petasan," ucapnya.
7. Potret Polisi yang Baru Bisa Makan Usai Berjam-jam Amankan Demo

Ratusan personel kepolisian baru saja menikmati waktu istirahatnya di Tugu Kartasura Kamis (8/10/2020) malam pukul 20.30 WIB.
Tampak terlihat mereka tengah menyantap makanan dengan lahap seusai mengamankan demo #SoloRayaMenggugat di Jalan Raya Solo-Semarang, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo.
Pemandangan tersebut terlihat mengingat berjam-jam mereka harus menahan lapar sejak siang tadi.
Tak hanya menahan lapar, mereka pun menahan gempuran batu yang dilemparkan massa aksi saat terjadinya demonstrasi yang berakhir ricuh.
Seperti diketahui jika demonstrasi yang terjadi di pertigaan Kartasura berujung ricuh usai pendemo melempari petugas dengan batu.
Para personel kepolisian yang berjaga tampak terkena lemparan botol mineral dan batu.
Tak sedikit dari mereka yang dirawat dan dibawa ke rumah sakit untuk menjalani perawatan.
Kapolres Sukoharjo AKBP Bambang Yugo Pamungkas sendiri membenarkan tersebut saat ditemui TribunSolo.com usai pembubaran personel.
"Masih kita inventaris," katanya singkat. (*)
Artikel ini telah tayang di Tribunsolo.com dengan judul "7 Fakta Aksi Tolak UU Cipta Kerja di Solo Raya, Ada Demonstran Tercebur Sumur karena Panik."