Terkini Nasional
Sebut Tuduhan Rocky Gerung ke Pemerintah 'Sesat', Ali Ngabalin: Referensi Apa yang Dipakai?
Tenaga Ahli Utama KSP Ali Mochtar Ngabalin mempertanyakan tuduhan yang dilontarkan akademisi Rocky Gerung.
Penulis: Brigitta Winasis
Editor: Atri Wahyu Mukti
TRIBUNWOW.COM - Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Ali Mochtar Ngabalin mempertanyakan tuduhan yang dilontarkan akademisi Rocky Gerung.
Dilansir TribunWow.com, hal itu ia sampaikan dalam tayangan Dua Sisi di TvOne, Kamis (27/8/2020).
Rocky Gerung tengah menyoroti temuan Indonesia Corruption Watch (ICW) terkait dana pembiayaan influencer senilai Rp90,45 miliar.

• Ekonom Kritik Influencer Rp 72 Miliar di Tengah Panik Corona: Wisatawan Asing Mana yang Mau Datang
Ia menilai penggunaan jasa influencer itu adalah untuk menutupi ketidakmampuan pemerintah dalam mensosialisasikan programnya.
"Hari-hari ini memang ada ketidakpercayaan pada semua informasi pemerintah itu. Saya enggak berharap informasinya palsu, tapi faktanya orang tidak percaya," papar Rocky Gerung.
Ia menyinggung ada survei dari Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) yang menyebutkan 29 persen masyarakat masih percaya pemerintah dapat mengatasi krisis ekonomi.
"SMRC mengeluarkan survei itu setelah dana publikasi ini keluar 'kan. Itu semacam orang mau jualan sapi, sapinya kurus, supaya kelihatan beratnya, itu digelontorin air ke dalam perutnya," sindir Rocky.
Pernyataan itu segera dibantah Ali Ngabalin.
Ia menilai tuduhan Rocky tidak berdasar penelitian atau fakta di lapangan.
"Kerangka berpikir yang dipakai Rocky itu tidak sejalan dengan fakta. Kalau Rocky mengatakan fakta, maka dia harus bisa menunjukkan sebuah terminologi penelitian seperti yang dilakukan ICW," bantah Ali Ngabalin.
Ngabalin menyinggung tuduhan Rocky sebelumnya yang menyebut ada ketidakberesan dan ketidakberhasilan program pemerintah, sehingga perlu menggunakan jasa influencer.
• Sebut Buzzer Bisa Jadi Influencer, Analis Media Sosial Singgung Follower dan Tanggapan Warganet
"Atau tadi Anda memakai 'ketidakpercayaan publik'. Yang saya bilang tidak sejalan dengan terminologi itu adalah terkait dengan program pemerintah diluncurkan kepada masyarakat, tidak semua masyarakat itu pintar seperti Rocky," jelasnya.
Ia memaparkan program-program pemerintah itu perlu dijelaskan oleh sejumlah tokoh yang dikenal, seperti pemuka masyarakat, termasuk influencer.
Namun Ngabalin menyoroti tuduhan Rocky terkait adanya ketidakpercayaan pemerintah.
Menurut dia, tuduhan ini tidak berdasar dan tidak ada hubungannya.
"Kalau Rocky mengatakan fakta dan publik tidak percaya atas ketidakberesannya, apa yang dipakai? Karena ini publik lagi nonton," tegas Ngabalin.
Ngabalin menuntut Rocky menjelaskan asal tuduhannya, terutama terkait ketidakpercayaan terhadap pemerintah.
Ia menilai hal ini perlu diluruskan agar informasi yang sampai ke masyarakat tidak simpang-siur, bahkan menimbulkan fitnah.
"Kalau dia menggunakan kata publik, referensi apa yang dipakai? Jangan hanya ngerecok ke sana kemari. Itu akan bisa menyebarkan fitnah dan tidak mendidik publik, 'kan Rocky suka begitu kalimatnya," katanya.
"Kalau tidak dibantah, pernyataan-pernyataan yang menyesatkan ini bisa merusak publik," tandas Ngabalin.
Lihat videonya mulai menit 3:20
Ekonom Kritik Influencer Rp 72 Miliar di Tengah Panik Corona
Ekonom Institu For Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira menanggapi soal rencana pemerintah yang ingin ingin membayar influencer sebanyak Rp 72 miliar untuk menstimulasi pertumbuhan ekonomi di Indonesia, khususnya pariwisata.
Bhima menilai di tengah situasi Indonesia yang sedang terserang Virus Corona (Covid-19) alokasi dana untuk influencer adalah hal yang tidak bijak.
Ia bahkan menyindir bahwa tidak akan ada wisatawan asing yang berani berkunjung ke Indonesia di tengah serangan Virus Corona.
• Pertanyaan Najwa Shihab soal Virus Corona Buat Narasumber Tertawa: Hoaksnya Aneh-aneh
Dikutip dari video YouTube Najwa Shihab, Rabu (4/3/2020), Bhima menduga kebijakan tersebut muncul karena adanya kebingungan pemerintah.
"Kami melihatnya ada kebingungan, misalnya kemarin menggelontorkan Rp 72 miliar," katanya.
"Tadinya mau digelontorkan dana Rp 72 miliar untuk influencer, untuk menarik wisatawan."
"Ini kan langkah yang tidak bijak."
"Kemudian baru beberapa hari ditarik lagi, ditunda dulu sementara," sambung Bhima.
Bhima menyayangkan mengapa Indonesia tidak mencontoh langkah pemeritah Singapura dalam menangani Virus Corona.
Ia menyoroti program pemerintah Singapura yang membagikan masker-masker secara gratis kepada penduduknya.
"Jadi anggaran negara itu bukan digunakan untuk influencer," kata Bhima.
Bhima lalu menyindir dengan digelontorkannya dana sebesar itu, belum tentu ada wisatawan asing yang mau berkunjung.
Ia juga menambahkan apabila wisatawan asing itu terkena Virus Corona di Indonesia, maka pemerintah justru merugi karena harus mengeluarkan biaya lebih besar untuk pengobatan mereka.
"Ini cukup aneh, wisatawan asing mana yang mau datang di tengah wabah Corona," ujar Bhima.
"Tiketnya murah diberikan diskon, tapi ketika sampai di tempat yang suspect Corona-nya besar itu justru kemudian tertular, dan biaya kesehatannya lebih besar."
Bhima menilai kebijakan tersebut tidak masuk akal.
"Jadi ini perilaku yang irasional, kebijakan irasional, menciptakan perilaku irasional," tegasnya.
"Rp 72 miliar itu bisa dapat berapa dus masker gratis," kata Bhima.
Selain menyindir soal masalah influencer, Bhima juga meminta agar pemerintah terus melakukan pengawasan terhadap harga-harga sembako. (TribunWow.com/Brigitta/Anung)