Virus Corona
Ekonom Kritik Influencer Rp 72 Miliar di Tengah Panik Corona: Wisatawan Asing Mana yang Mau Datang
Ekonom Indef heran soal adanya rencana pemerintah alokasikan Rp 72 miliar untuk influencer demi stimulasi iklim ekonomi di Indonesia
Penulis: anung aulia malik
Editor: Mohamad Yoenus
TRIBUNWOW.COM - Ekonom Institu For Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira menanggapi soal rencana pemerintah yang ingin ingin membayar influencer sebanyak Rp 72 miliar untuk menstimulasi pertumbuhan ekonomi di Indonesia, khususnya pariwisata.
Bhima menilai di tengah situasi Indonesia yang sedang terserang Virus Corona (Covid-19) alokasi dana untuk influencer adalah hal yang tidak bijak.
Ia bahkan menyindir bahwa tidak akan ada wisatawan asing yang berani berkunjung ke Indonesia di tengah serangan Virus Corona.
• Pertanyaan Najwa Shihab soal Virus Corona Buat Narasumber Tertawa: Hoaksnya Aneh-aneh
Dikutip dari video YouTube Najwa Shihab, Rabu (4/3/2020), Bhima menduga kebijakan tersebut muncul karena adanya kebingungan pemerintah.
"Kami melihatnya ada kebingungan, misalnya kemarin menggelontorkan Rp 72 miliar," katanya.
"Tadinya mau digelontorkan dana Rp 72 miliar untuk influencer, untuk menarik wisatawan."
"Ini kan langkah yang tidak bijak."
"Kemudian baru beberapa hari ditarik lagi, ditunda dulu sementara," sambung Bhima.
Bhima menyayangkan mengapa Indonesia tidak mencontoh langkah pemeritah Singapura dalam menangani Virus Corona.
Ia menyoroti program pemerintah Singapura yang membagikan masker-masker secara gratis kepada penduduknya.
"Jadi anggaran negara itu bukan digunakan untuk influencer," kata Bhima.
Bhima lalu menyindir dengan digelontorkannya dana sebesar itu, belum tentu ada wisatawan asing yang mau berkunjung.
Ia juga menambahkan apabila wisatawan asing itu terkena Virus Corona di Indonesia, maka pemerintah justru merugi karena harus mengeluarkan biaya lebih besar untuk pengobatan mereka.
"Ini cukup aneh, wisatawan asing mana yang mau datang di tengah wabah Corona," ujar Bhima.
"Tiketnya murah diberikan diskon, tapi ketika sampai di tempat yang suspect Corona-nya besar itu justru kemudian tertular, dan biaya kesehatannya lebih besar."