Breaking News:

Terkini Nasional

Ngaku Kasihan, Salim Said Ungkap Doanya untuk Jokowi di ILC: Supaya Anda Semua Tidak Memaki

Guru Besar Ilmu Politik Profesor Salim Said menyebut Jokowi merupakan korban sebuah sistem.

Editor: Lailatun Niqmah
Channel YouTube Indonesia Lawyers Club
Tokoh Senior sekaligus Guru Besar Universitas Pertahanan, Professor Salim Said mengungkap siapa yang mendorong Joko Widodo (Jokowi) menjadi presiden saat hadir di acara Indonesia Lawyers Club (ILC) pada Selasa (19/8/2020). 

TRIBUNWOW.COM - Guru Besar Ilmu Politik Profesor Salim Said mengaku kasihan dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Dilansir TribunWow.com, hal itu ia sampaikan dalam tayangan Indonesia Lawyers Club (ILC) di TvOne, Selasa (18/8/2020).

Ia menyebut Jokowi merupakan korban sebuah sistem.

Professor Salim Said (kiri) menilai Presiden Joko Widodo (Jokowi) (kanan) memiliki kesalahan yang sama dengan presiden sebelum-sebelumnya.  Hal itu diungkapkan di acara Indonesia Lawyers Club (ILC) pada Selasa (19/8/2020).
Professor Salim Said (kiri) menilai Presiden Joko Widodo (Jokowi) (kanan) memiliki kesalahan yang sama dengan presiden sebelum-sebelumnya. Hal itu diungkapkan di acara Indonesia Lawyers Club (ILC) pada Selasa (19/8/2020). (Channel YouTube Indonesia Lawyers Club/Sekretariat Presiden)

Di ILC, Feri Amsari Sebut Munculnya KAMI akibat Kelalaian Pemerintah Jokowi: Alasannya Sederhana

Salim menyinggung awalnya Jokowi mengaku tidak berambisi menjadi orang nomor satu di Indonesia.

"Pak Jokowi itu kalau diselidiki dengan baik, menjadi presiden itu mula-mula 'kan reluctant," kata Salim Said.

Ia mengingatkan hal itu sempat disebut Jokowi saat menjabat sebagai gubernur.

"Masih ingat enggak kampanye dia jadi gubernur, kalau ditanya wartawan mau presiden, 'Oh tidak, jadi gubernur saja'," papar Guru Besar Universitas Pertahanan tersebut.

Meskipun Jokowi sendiri tidak berambisi, Salim Said menyebutkan ada pihak lain yang mendorong agar politisi PDIP itu mau diusung sebagai presiden.

"Tapi ada satu keadaan yang Anda tidak bisa tolak kalau Anda didorong naik ke situ," jelas Salim.

"Siapa yang mendorong naik ke situ adalah macam-macam kekuatan. Itu yang saya sebut oligarki," terangnya.

Ia menilai sosok 'pendorong' ini kini menagih Jokowi setelah berhasil meyakinkannya agar mengemban jabatan presiden.

Meskipun begitu, Salim tidak menyebut hal seperti apa yang ditagih balik dari Jokowi.

Gatot Nurmantyo Ungkap Alasan Bergabung di Gerakan KAMI: Saya Telah Diberikan Kenikmatan Luar Biasa

Pengamat politik tersebut menegaskan dirinya bukan bermaksud mengkritik Jokowi karena menerima diusulkan menjadi presiden.

"Itu sebabnya saya tidak mengkritik Pak Jokowi sebagai pribadi. Sistem, ini sebuah sistem," tegas Salim Said.

Salim lalu membandingkan hal itu dengan masa kepemimpinan Presiden Soeharto.

Menurut dia, presiden kedua Indonesia tersebut juga sama-sama menjadi korban dari sebuah sistem.

Pakar ilmu politik itu menilai akan selalu ada pihak-pihak yang membela sosok Soeharto sekalipun, yakni orang-orang yang diuntungkan.

Salim menyebutkan Jokowi hanya kurang banyak belajar ilmu politik.

"Ya Allah, kasihanilah Pak Jokowi. Mungkin kesalahannya karena tidak belajar ilmu politik, dia terima ketika dirayu-rayu jadi presiden. Paling-paling itu doa saya supaya Anda semua tidak memaki Pak Jokowi," tambahnya.

Lihat videonya mulai menit 15:50

Fahri Hamzah Kembali Kritik Pemerintahan Jokowi

Dalam acara tersebut, hadir pula Wakil Ketua Umum Partai Gelora, Fahri Hamzah yang menyinggung penyakit dalam pemerintahan, yakni persoalan feodalisme.

Dilansir TribunWow.com, Fahri Hamzah mengatakan bahwa munculnya fenomena feodalisme tidak bisa dipungkiri di dalam suatu negara.

 Di ILC, Feri Amsari Sebut Munculnya KAMI akibat Kelalaian Pemerintah Jokowi: Alasannya Sederhana

 Dapat Bintang Mahaputra dan Tak Ikut KAMI, Fahri Hamzah Dapat Sindiran Peribahasa Karni Ilyas di ILC

Fahri Hamzah mengatakan bahwa adanya sistem feodalisme membuat jalannya pemerintahan menjadi sangat terganggu dan tidak sehat.

Semua kebijakan atau keputusan yang dilakukan oleh pemerintah semata-mata hanya memikirkan keuntungan materi untuk memperkaya golongan.

Dikatakannya bahwa bukti nyata pemerintahan yang feodalisme adalah memiliki tujuan hanya untuk kebesaran dan kekuatan para pemimpin.

"Memang feodalisme di negeri kita itu dahsyat sekali, kalau orang itu sudah punya banyak uang, sudah punya banyak kekuasaan itu yang menggerogoti di sekitarnya itu membuatnya tidak rasional," jelasnya.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan arahan dalam Ratas Percepatan Penanganan Pandemi Covid-19 di Istana Merdeka, Senin (13/7/2020).
Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan arahan dalam Ratas Percepatan Penanganan Pandemi Covid-19 di Istana Merdeka, Senin (13/7/2020). (Capture YouTube Sekretariat Presiden)

"Dari dulu kekuasaan itu mencoba membangun mitos kebesarannya, maka dia pakai mahkota, baju kebesaran, kegagahan yang luar biasa supaya orang takut dan itu masih terjadi," kata Fahri Hamzah.

Dirinya kemudian menyoroti penampilan dari Jokowi yang dinilai sebenarnya jauh dari anggapan feodalisme.

Hal itu ditunjukkan dengan tidak adanya kemewahan yang diperlihatkan oleh Jokowi ketika berkuasa dalam dua periode.

Meski begitu menurutnya, feodalisme di dalam pemerintahan Jokowi masih tetap ada.

Fahri Hamzah menambahkan hal itulah yang memberikan pengaruh buruk kepada kepemimpinan Jokowi.

 Di ILC, Said Didu Peringatkan Jokowi Ancaman Infrastruktur Trap: Kemungkinan akan Dijual ke Asing

"Saya tidak mau menilai misalnya Pak Jokowi kan pengin mencopot ornamen itu karena dalam dua kali ini tarungnya dengan Pak Prabowo, yang sekarang sudah ada dalam pemerintahan," terangnya.

"Dia coba copot itu bintang-bintang, dia pakai baju putih, terlihat sederhana."

"Tapi apakah feodalisme hilang? Tidak, mereka masih ada di sana," tegas Fahri Hamzah.

"Dan itulah yang membuat Jokowi tidak wajar. Dan itu yang membuat kekuasaan berjarak dengan kaum intelektual," pungkasnya. (TribunWow.com/Brigitta/Elfan)

Tags:
Salim SaidIndonesia Lawyers Club (ILC)Jokowi
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved