Terkini Internasional
Cerita Ibu Bertemu dengan Anaknya yang Diculik 32 Tahun Lalu: Rasanya Kami Tidak Bisa Dipisahkan
Seorang ibu bernama Li Jingzhi menceritakan kisahnya selama 30 tahun dalam mencari sang anak, Mao Yin, yang diculik pada 1988.
Editor: Rekarinta Vintoko
TRIBUNWOW.COM - Seorang ibu bernama Li Jingzhi menceritakan kisahnya selama 30 tahun dalam mencari sang anak, Mao Yin, yang diculik pada 1988 dan menjadi korban perdagangan anak.
Dilansir BBC Indonesia, Li Jingzhi hampir putus asa karena mengira tidak bisa bertemu lagi dengan putranya.
Namun setelah sekian lama menanti, akhirnya pada bulan Mei, Li Jingzhi mendapat kabar lewat telepon bahwa putranya ditemukan.

• Bangga karena Ada Wajah Anaknya di Uang Rp 75.000, Orangtua: Saat Pemotretan Katanya Rahasia
Setiap akhir pekan Jingzhi dan suaminya membawa anak mereka yang masih balita, Mao Yin bermain ke kebun binatang, atau ke salah satu taman di kota Xi'an, ibu kota Provinsi Shaanxi di China tengah.
Dan salah satu acara rekreasi ini selalu teringat jelas dalam ingatannya.
"Saat itu usianya baru sekitar 1,5 tahun. Kami membawanya ke kebun binatang Xi'an City. Dia melihat seekor cacing di tanah. Dia sangat penasaran, lalu menunjuk cacing tersebut dan berseru 'Mama, itu cacing!' Dan saat saya membawanya keluar dari kebun binatang, dia menggenggam cacing itu di tangannya dan mendekatkannya ke wajah saya," ujar Jingzhi.
Mao Yin adalah anak satu-satunya - saat itu kebijakan memiliki satu anak di China berjalan tanpa kendala, jadi tak banyak pertanyaan untuk bisa memiliki banyak anak.
Sebagai ibu, Jingzhi ingin putranya belajar tekun dan menjadi orang sukses, jadi dia menjulukinya Jia Jia, yang berarti "hebat".
"Jia Jia adalah seorang anak yang berperilaku sangat baik, pintar, patuh, dan bijaksana. Dia tidak suka menangis. Dia sangat lincah dan menggemaskan. Dia adalah tipe anak yang disukai semua orang ketika mereka melihatnya," kata Jingzhi.
Jingzhi dan suaminya selalu mengantar putranya ke tempat penitipan anak-anak, lalu menjemputnya kembali seusai kerja.
"Setiap hari, setelah pulang kerja, saya bermain dengan anak saya," kata Jingzhi.
"Saya sangat senang."
Jingzhi bekerja di sebuah perusahaan pengekspor gandum dan jika musim panen tiba, dia harus keluar kota selama beberapa hari untuk bertemu para distributor.
Jia Jia biasanya tinggal di rumah bersama ayahnya.
Pada suatu hari, saat melakukan perjalanan ke luar kota, dia menerima pesan dari atasannya untuk segera pulang.