Breaking News:

Virus Corona

Direktur LBME Akui Terlambat dalam Mengembangkan Vaksin, Ungkap Alasannya: Baru Mulai Bulan April

Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Prof. Amin Soebandrio memberikan penjelasan terkait pengembangan vaksin Virus Corona (Covid-19).

Youtube/Indonesia Lawyers Club
Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Prof. Amin Soebandrio dalam acara Indonesia Lawyers Club (ILC), Selasa (11/8/2020). Dirinya memberikan penjelasan terkait pengembangan vaksin Virus Corona (Covid-19). 

TRIBUNWOW.COM - Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Prof. Amin Soebandrio memberikan penjelasan terkait pengembangan vaksin Virus Corona (Covid-19).

Dilansir TribunWow.com, Amin Soebandrio mengatakan bahwa saat ini pengembangan vaksin Covid-19 di Indonesia sudah memasuki uji klinis tahap ketiga yang sedang digarap oleh Bio Farma.

Vaksin tersebut didatangkan dari China dengan nama vaksin Sinovac.

Hal itu disampaikannya saat menjadi narasumber dalam acara Indonesia Lawyers Club (ILC), Selasa (11/8/2020).

Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eljkman, Prof. Amin Soebandrio memberikan penjelasan terkait pengembangan vaksin Virus Corona (Covid-19), dalam acara Indonesia Lawyers Club (ILC), Selasa (11/8/2020).
Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Prof. Amin Soebandrio memberikan penjelasan terkait pengembangan vaksin Virus Corona (Covid-19), dalam acara Indonesia Lawyers Club (ILC), Selasa (11/8/2020). (Youtube/Indonesia Lawyers Club)

Di ILC, Pandu Riono Sebut Indonesia Gagal Tangani Covid-19: Pak Jokowi Harus Memimpin Langsung

Dalam kesempatan tersebut, dirinya berharap pengujian vaksin Sinovac tahap ketiga memberikan hasil yang positif sehingga bisa segera diedarkan dan disuntikkan kepada masyarakat Indonesia yang sudah menunggu cukup lama.

Selain mengembangkan vaksin Sinovac, pemerintah Indonesia juga sudah merencanakan memproduksi vaksin sendiri.

Dikatakannya bahwa hal itu dilakukan lantaran sudah menjadi stategi dengan memadukan vaksin buatan sendiri dengan vaksin buatan negara lain.

"Kita sudah menyaksikan semua dimulai uji klinik fase ketiga dari vaksin Sinovac ini," ujar Amin Soebandrio.

"Tentu kita semua mengharapkan hasilnya akan baik, sehingga itu akan bisa dipakai," harapnya.

"Pertanyaan yang banyak sekali diajukan, kalau sudah ada vaksin itu ngapain kita bikin vaksin sendiri. Sebetulnya kita sudah cukup lama menggunakan, intinya adalah kita ada dua strategi," terangnya.

Karena menurutnya, vaksin buatan Tanah Air tentunya lebih sesuai dengan karakteristik virus yang beredar maupun kondisi dari masyarakatnya sendiri.

Dirinya menambahkan produksi vaksin sendiri tersebut diharapkan mampu memenuhi separuh dari kebutuhan vaksin Indonesia.

Minta Jokowi Ganti Nama Kabinetnya Jadi Kabinet Covid, Pandu Riono: Sampai Selesai Masih Ada Masalah

"Yang utama adalah mengembangkan kemampuan dan kapasitas membuat vaksin sendiri yang berdasarkan informasi dari virus yang beredar di Indonesia yang kemudian dikembangkan di Indonesia oleh anak-anak Indonesia dan untuk orang-orang Indonesia," ungkapnya.

Lebih lanjut, Amin Soebandrio mengakui bahwa memang ada keterlambatan dalam pengembangan vaksin Covid-19 di Indonesia dibandingkan negara-negara lain, terlebih China.

Alasannya menurutnya lantaran waktu penyebaran virus di Indonesia yang baru masuk pada bulan Maret.

Berbeda dengan China yang menjadi negara pertama terdampak Covid-19.

Praktis pengembangan vaksin pun lebih dulu dilakukan.

"Kenapa ada vaksin dari tempat lain, kita menyadari bahwa kita mulainya memang agak terlambat bahwa China dan negara-negara lain Januari itu sudah mulai mengembangkan vaksin," kata Amin Soebandrio.

"Penelitian mereka sudah jalan karena mereka punya akses virus yang pertama kali."

"Kita baru mulai praktis bulan April, jadi Maret saya menerima mandat dari Menristek dan juga sebelumnya sudah ada meeting dengan Menkes yang meminta kita untuk memimpin suatu konsorsium untuk pembuatan vaksin," jelasnya menutup.

Di ILC, Anies Baswedan Bahas soal Atasi Corona: Kami Tidak Mendengarkan Klaim Orang Tidak Jelas

Simak videonya mulai menit awal:

Jadi Relawan Vaksin Covid-19, Ridwan Kamil: Bukan sebagai Kelinci Percobaan

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil buka suara terkait alasannya mengajukan diri sebagai relawan pengujian vaksin Virus Corona (Covid-19).

Dilansir TribunWow.com, Ridwan Kamil menegaskan bahwa menjadi relawan pengujian vaksin Covid-19 tidak lantas dianggap dijadikan sebagai kelinci percobaan.

Oleh karenanya, untuk membuktikan dan mematahkan anggapan tersebut, Ridwan Kamil siap untuk menjadi relawan yang akan diuji coba dengan disuntikkan vaksin.

Klarifikasi Ridwan Kamil soal vaksin Covid-19 itu diungkapkan melalui acara Indonesia Lawyers Club (ILC) yang tayang pada Selasa (11/8/2020).
Klarifikasi Ridwan Kamil soal vaksin Covid-19 itu diungkapkan melalui acara Indonesia Lawyers Club (ILC) yang tayang pada Selasa (11/8/2020). (Channel YouTube Indonesia Lawyers Club)

 

Tidak sendirian, Ridwan Kamil mengatakan ditemani oleh Kapolda Jawa Barat dan Panglima Kodam (Pangdam).

Kepastian itu disampaikan dalam acara Indonesia Lawyers Club (ILC), Selasa (11/8/2020).

"Saya sendiri mendaftarkan diri sebagai relawan bersama Kapolda dan Pangdam, semata-mata untuk menunjukkan gestur bahwa pengetesan ini bukan kelinci percobaan," kata Ridwan Kamil.

"Ada bahasa, 'Pemimpinnya aja takut berarti rakyat dijadikan kelinci percobaan'," imbuhnya.

"Saya kira enggak begitu," tegasnya.

 Tak Mau Hoaks Tersebar, Ridwan Kamil Jelaskan Alasan Kerja Sama Vaksin Covid-19 dengan Tiongkok

Mantan Wali Kota Bandung itu mengatakan banyak sudut pandang dalam menghadapi dan menyikapi pandemi Covid-19.

Mulai dari kacamata politik, secara ilmiah, maupun dari sudut pandang kemanusiaan.

Oleh karena itu, ketersediaan dirinya sebagai relawan pengujian vaksin, yang utama harus dilihat dari sudut pandang kemanusiaan yakni kegotongroyongan.

"Kalau melihat Covid ini ada tiga kacamata. Kalau pakai kacamata politik marah-marah isinya, kalau pakai kacamata ilmiah kita cari solusi, kalau bahas Covid dari kacamata kemanusiaan kita cari kegotongroyongan," kata Ridwan Kamil.

"Dan kami terdaftar. Saya akan dites, disuntikkan virus itu," jelasnya.

Lebih lanjut, Ridwan Kamil menjelaskan bahwa nantinya penyuntikan vaksin tersebut atau vaksinasi akan dilakukan sebanyak dua kali pada setiap orang.

Menurutnya sebenarnya ada tiga tipe vaksinasi yang umum digunakan.

Pertama adalah sebagian dari virus diambil dan disuntikkan ke tubuh.

Kedua, menyuntikkan virus yang telah dilemahkan.

Kemudian yang ketiga, menggunakan virus yang telah dimatikan.

 Meski dari China, Ketua Tim Riset Uji Klinis UNPAD Jamin Vaksin Covid-19 Layak Konsumsi atau Halal

Dikatakannya bahwa metode ketiga itu adalah yang paling aman untuk diberikan kepada manusia.

Namun diakuinya metode tersebut harus dilakukan dua kali penyuntikan untuk memastikan reaksi dari vaksin tersebut.

"Virus dimatikan ini kelemahannya harus dua kali suntik. Jadi bisa dibayangkan sejumlah penduduk Indonesia dikali dua kali," tuturnya.

Oleh sebab itu, yang menjadi pertimbangan selanjutnya tentunya adalah jumlah produksi dari vaksin tersebut menjadi lebih banyak.

"Itulah PR besarnya. Selain produksi, ada manajemen logistik bagaimana memberikan kepada masyarakat," tambah Ridwan Kamil.

Simak videonya mulai menit ke- 14.40

(TribunWow/Elfan Fajar Nugroho)

Tags:
Indonesia Lawyers Club (ILC)VaksinCovid-19Amin SoebandrioVirus Corona
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved