Terkini Nasional
Jika Prabowo Maju Lagi, Refly Harun Yakini akan Kembali Terjadi Head to Head di Pilpres 2024
Pakar Hukum Tata Negara, Refly Harun memberikan pandangannya terkait gambaran Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 mendatang.
Penulis: Elfan Fajar Nugroho
Editor: Maria Novena Cahyaning Tyas
TRIBUNWOW.COM - Pakar Hukum Tata Negara, Refly Harun memberikan pandangannya terkait gambaran Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 mendatang.
Dilansir TribunWow.com, Refly Harun mengaku masih menyakini peluang Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto di Pilpres 2024 masih tetap ada.
Oleh karenanya, menurut Refly Harun, jika Prabowo kembali maju di Pilpres 2024 maka yang akan terjadi adalah head to head dari dua pasangan calon saja.
Terlebih menurutnya saat ini Prabowo sudah mempunyai sinyal khusus kepada PDI Perjuangan (PDIP).

• Sinyal Koalisi Gerindra-PDIP di Pilpres 2024, Effendi Gazali: Siapa yang Pernah Sebut Prabowo-Puan?
• 2 Alasan Prabowo Subianto Ungguli Anies Baswedan di Pilpres 2024, M Qodari: Bukan Elektabilitas
Dalam tayangan Youtube pribadinya, Refly Harun, Selasa (11/8/2020), dirinya mengatakan bahwa hubungan baik yang dijalin antara Gerindra dan PDIP nampaknya tidak terlepas untuk tujuan Pilpres 2024.
Kedua belah pihak bahkan terlihat saling memberikan simbiosis mutualisme.
Jika benar demikian Prabowo kembali maju dan bahkan berkoalisi dengan PDIP, maka dipastikan hanya akan memunculkan dua pasangan calon saja.
Hal itu tidak terlepas dengan adanya syarat presidential threshold yang mengharuskan minimal memiliki 20 persen kursi di parlemen.
"Kalau satu sloting itu misalnya dipaksakan kepada Prabowo, maka yang terjadi adalah kemungkinan head to head akan terjadi lagi," ujar Refly Harun.
"Sekarang Prabowo sepertinya menjadi anak emasnya, baik Jokowi maupun Megawati," jelasnya.
Puncaknya adalah ketika pada kongres luar biasa Gerindra saat mengukuhkan Prabowo sebagai ketua umum partai.
Dalam kesempatan tersebut, terlihat munculnya Presiden Joko Widodo dan Megawati melalui sambungan virtual.
Hal itu semakin memantabkan hubungan antara keduanya.
• Enggan Dukung Prabowo di Pilpres 2024, PA 212 Sindir soal Etika Politik: Tahunnya Generasi Muda
"Keduanya sepertinya berharap dengan Prabowo, terbukti mereka berdua hadir ketika Prabowo terpilih kembali," terangnya.
"Itu menunjukkan bahwa hubungan itu sudah sangat baik dan akrab," kata Refly Harun.
Menurut Refly Harun, kepentingan yang didapat oleh Jokowi saat ini adalah di dalam pemerintah yakni dibantu untuk urusan pertahanan, yakni sebagai Menteri Pertahanan.
Sebaliknya, kepentingan yang didapat oleh Prabowo tentunya mengarah untuk mencari dukungan di Pilpres 2024.
Karena seperti yang diketahui, kader kuat dari PDIP, Jokowi dipastikan sudah tidak akan mencalonkan lagi lantaran sudah menjalani dua periode.
Sedangkan putri mahkota, Puan Maharani dirasa masih belum siap untuk menjadi calon presiden.
Oleh karenanya, peluangnya besarnya kemungkinan adalah berangkat dari calon wakil presiden terlebih dahulu.
Kondisi tersebut lantas banyak yang beranggapan bahwa Puan Maharani akan dipasangkan dengan Prabowo Subianto yang dinilai cukup realistis.
"Kepentingan presiden Jokowi adalah dibantu oleh Prabowo dan sangat mungkin Prabowo mengharap endorsement dari Megawati dan Jokowi untuk maju," ungkapnya.
"Megawati kepentingannya apa, ya mungkin mendorong Puan Maharani sebagai wakilnya Prabowo," pungkasnya.
• 212 Berhenti Dukung Prabowo, Pengamat Politik: PA 212 Patut Kecewa, Sering Dianggap Penumpang Gelap
Simak videonya mulai menit ke- 23.30
2 Alasan Prabowo Subianto Ungguli Anies Baswedan di Pilpres 2024
Meskipun pemilihan presiden tahun 2024 masih berlangsung cukup lama, beberapa nama tokoh sudah dielu-elukan akan terjun ke Pilpres 2024, mulai dari Menteri Pertahanan Prabowo Subianto hingga Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Direktur Eksekutif Indo Barometer Muhammad Qodari sendiri meyakini sementara ini hanya Prabowo yang paling potensial memasuki bursa Pilpres 2024.
Pernyataan itu didasari oleh fakta bahwa Prabowo adalah satu-satunya kandidat di survei yang memiliki partai dengan perolehan kursi di DPR yang cukup besar.

Pemaparan itu disampaikan oleh Qodari dalam acara KABAR PETANG, Minggu (9/8/2020).
Pertama ia mengungkit soal survei yang dilakukan oleh pihaknya pada bulan Januari 2020 lalu.
Dari hasil survei tersebut tercatat Prabowo menduduki posisi nomor satu kandidat potensial Pilpres 2024 dengan angka 22 persen, disusul Anies Baswedan dengan angka 14 persen.
Kemudian barulah nama-nama lain seperti Sandiaga Uno, lalu Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang semuanya rata-rata mendapat angka di bawah 10 persen.
Qodari tak memungkiri adanya pandemi Virus Corona (Covid-19) akan mengubah hasil survei.
Bahkan elektabilitas Prabowo cenderung turun.
Namun Qodari masih meyakini Prabowo adalah kandidat paling potensial untuk menjadi calon presiden.
• Bahas Kemungkinan Prabowo Maju di Pilpres 2024, Pengamat Ungkap Kemungkinan Koalisi Gerindra - PDIP
"Pada hari ini kalau saya yang ditanya siapakah orang yang paling potensial menjadi calon presiden, saya cuman berani sebut satu nama," kata dia.
2 Faktor Prabowo Potensial
Qodari mengatakan modal mengikuti Pilpres 2024 nanti justru bukan elektabilitas.
Ia menyoroti posisi Prabowo sebagai Ketua Umum Partai Gerindra dengan perolehan kursi di DPR yang mencapai 14 persen.
Prabowo disebut dapat dengan mudah memenuhi syarat presidential threshold yang mensyaratkan butuh pencapaian kursi sebanyak 20 persen.
"Untuk maju calon presiden itu syarat nomor satu bukan elektabilitas, tapi punya partai politik," kata Qodari.
"Pada hari ini antara nama-nama yang sekarang muncul di survei itu, katakanlah Ganjar Pranowo, Ridwan Kamil, Anies Baswedan."
"Yang punya partai itu praktis cuma Pak Prabowo," lanjutnya.
• Effendi Gazali Bahas Pilpres Terbelah 2 Kubu, Qodari: Tergantung Pak Effendi Mau Judicial Review?
Qodari lalu membandingkan Prabowo dengan para nama-nama pesaingnya yang cenderung lemah, yakni Anies Baswedan masih belum pasti mengikuti partai apa, kemudian Ganjar juga masih bergantung akan keputusan Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri.
Terakhir adalah Ketum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono yang hanya memiliki perolehan kursi di DPR sebesar tujuh persen saja.
(TribunWow/Elfan Nugroho/Anung Malik)