Terkini Daerah
Kisah Yusuf, Pengungsi Rohingya yang Terdampar di Aceh: Harus Bayar Utang Perjalanan Seumur Hidup
Muhammad Yusuf, warga Negara Bagian Rakhine, Myanmar yang menjadi pengungsi Rohingya menceritakan kisahnya yang harus bekerja seumur hidup.
Editor: Rekarinta Vintoko
"Stok makan kita diatur oleh orang Burma, dari makan satu hari sekali, sampai makan empat hari sekali.
"Saya sempat dipukul dengan besi tajam, dihantam dengan kayu di punggung, sampai ditendang di bagian muka," tutur Yusuf.
Muhammad Nabi, pengungsi Rohingya lainnya, mengaku juga menerima perlakuan tersebut.
Dia mengklaim sempat dipukul dan disiram dengan air panas dari mesin oleh sekumpulan orang Burma yang mengoperasikan kapal, saat meminta makanan dan minuman karena dahaga.
"Saya minta makan, saya minta minuman, tapi dibilang bodoh oleh orang Burma, kemudian disiram air panas," kata Muhammad Nabi sambil menunjukkan bekas luka pada bagian kaki kanan.
Siksaan itu berakibat fatal pada sejumlah pengungsi Rohingya.
"Beberapa lainnya mati di laut. Karena itu, kami tersisa 99 orang," kisah Yusuf.
Ditolong para nelayan Aceh
Muhammad Yusuf mengatakan awalnya ada tiga kapal yang berangkat.
Satu kapal yang berisi orang Burma telah kembali ke Bangladesh, satu kapal masih berada di laut, sementara kapal yang dinaikinya mengalami kerusakan mesin.
Menurut Muhammad Nabi, orang-orang Burma meninggalkan mereka begitu kapal mereka rusak di tengah laut.
"Mereka orang Burma lari dengan satu kapal lagi ke Bangladesh, setelah mesin kapal kami rusak," ujarnya.
Selama terkatung-katung di laut, mereka meminum air laut.
"Satu hari makan, tiga hari tidak makan. Kalau haus kita harus mengambil baju untuk mengambil air laut, baru kemudian diperas dan diminum," kata Muhammad Nabi.
Setelah terombang ambing di laut selama 4,5 bulan, mereka ditolong sejumlah nelayan Aceh yang melihat kapal yang mereka tumpangi naik turun dibawa ombak tanpa mesin yang berfungsi.