Breaking News:

Virus Corona

Kementan Luncurkan Kalung Antivirus Corona, Bantah terkait Kemarahan Jokowi: Kita Tidak Ada Anggaran

Peneliti Kementan Indi Dharmayanti membantah peluncuran kalung antivirus Corona adalah untuk menyerap anggaran.

Penulis: Brigitta Winasis
Editor: Lailatun Niqmah
Capture YouTube Sekretariat Presiden
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyinggung anggaran Kemenkes yang belum dipakai untuk penanganan Covid-19, dalam Sidang Kabinet Paripurna pada Kamis (18/6/2020), ditayangkan Minggu (28/6/2020). 

TRIBUNWOW.COM - Kepala Balai Besar Penelitian Veteriner Kementerian Pertanian (Kementan) Indi Dharmayanti membantah peluncuran kalung antivirus Corona adalah untuk menyerap anggaran.

Dilansir TribunWow.com, hal itu ia sampaikan dalam tayangan Sapa Indonesia Malam di Kompas TV, Minggu (5/7/2020).

Sebelumnya Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengecam penggunaan anggaran untuk penanganan Covid-19 sebesar Rp 75 triliun baru diserap 1,53 persen.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) saat memberikan kalung antivirus Corona, beberapa waktu lalu.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) saat memberikan kalung antivirus Corona, beberapa waktu lalu. (Youtube Kementan)

Alasan Kementan Luncurkan Kalung Antivirus, Sebut Manfaatkan Bahan Sekitar: Kita Temukan Eucalyptus

Tidak lama kemudian, Kementan meluncurkan inovasi berbasis eucalyptus yang diklaim mampu menangkal bahkan membunuh Virus Corona.

Indi sebagai perwakilan Kementan kemudian membantah kedua hal tersebut berkaitan.

Ia menyebutkan penelitian antivirus tersebut sudah dilakukan jauh sebelum Jokowi menegur para menterinya.

"Sangat tidak benar, karena riset ini kita mulai di akhir Maret awal April," tegas Indi Dharmayanti.

Ia menjelaskan peluncuran produk antivirus Corona itu sudah dilakukan sebelumnya.

"Kita sudah me-launching itu di Mei, jadi sudah ada dua kali lauching," kata Indi.

"Pertama launching dengan Bapak Menteri Pertanian, dengan mengundang Gugus Tugas, kemudian mengundang Kementerian Kesehatan," lanjutnya.

Diketahui Kementan kemudian menggandeng perusahaan swasta untuk mengadakan proyek tersebut.

"Kemudian karena ada lisensor yang berminat, kita lakukan lagi di tanggal 25 Mei," papar Indi.

Soal Reshuffle Kabinet Jokowi: Menkes, Mendikbud, dan Menparekraf Dikabarkan akan Digantikan

Ia kembali menegaskan program Kementan tersebut bukan merupakan imbas dari kemarahan presiden.

"Itu tidak berkaitan sama sekali dengan yang disebutkan," tegas Indi.

Selain itu, ia menyinggung program Kementan tidak menggunakan anggaran penanganan Covid-19.

Menurut Indi, langkah Kementan ini justru membantu pemerintah segera menangani Covid-19.

"Tentang anggaran, kita tidak ada anggaran spesifik untuk riset ini. Justru kami menggunakan yang ada untuk membantu mengurangi paparan Covid-19 dengan kemampuan kami," jelasnya.

Indi menyebutkan program itu harus diluncurkan mengingat Kementan memiliki komoditas, bahan dasar eucalyptus, sumber daya manusia, dan Virus Corona itu sendiri.

"Kalau kami tidak melakukan apa-apa, apa kata dunia? Jadi inilah yang kita lakukan salah satunya," jelas Indi.

"Dengan anggaran terbatas, ini yang kita hasilkan sementara ini," paparnya.

Ia menyebutkan Kementan masih akan melakukan penelitian lebih lanjut tentang kalung antivirus Corona.

"Tentu akan kita lakukan lebih lanjut," tambah Indi.

Kementan Luncurkan Kalung Antivirus, Dokter Paru Nilai Sia-siakan Anggaran: Obat yang Masih Jamu

Lihat videonya mulai menit 2:30

Tanggapan Epidemiolog

Pakar Epidemiologi Universitas Indonesia (UI) Syahrizal Syarif mempertanyakan klaim Kementerian Pertanian (Kementan) tentang inovasi antivirus Corona.

 Kementan Luncurkan Kalung Antivirus, Dokter Paru Nilai Sia-siakan Anggaran: Obat yang Masih Jamu

Dilansir TribunWow.com, Syahrizal kemudian menanggapi inovasi tersebut saat dihubungi dalam tayangan Sapa Indonesia Malam di Kompas TV, Minggu (5/7/2020).

Menurut Syahrizal, minyak eucalyptus belum dapat dinyatakan sebagai obat Virus Corona.

"Ini kategorinya adalah jamu," jelas Syahrizal Syarif.

Meskipun tidak dapat diklaim sebagai obat, Syahrizal menilai tidak masalah jika Kementan ingin memproduksi barang tersebut.

"Ketika mau diproduksi, monggo (silakan) saja," kata Syahrizal.

Ilustrasi - Seorang ilmuwan menunjukkan vaksin eksperimental untuk virus corona COVID-19 yang diuji di Laboratorium Kontrol Kualitas di fasilitas Biotek Sinovac di Beijing.
Ilustrasi - Seorang ilmuwan menunjukkan vaksin eksperimental untuk virus corona COVID-19 yang diuji di Laboratorium Kontrol Kualitas di fasilitas Biotek Sinovac di Beijing. (NICOLAS ASFOURI / AFP)

Ia menyoroti klaim penelitian Kementan yang menyebutkan minyak eucalyptus dapat digunakan untuk membunuh virus.

Diketahui eucalyptus adalah tanaman sejenis minyak kayu putih yang umum digunakan masyarakat untuk obat herbal sehari-hari.

"Jadi persoalannya bukan karena komersialisasi jamu, tidak ada masalah di sana," papar Syahrizal.

"Yang jadi masalah adalah klaim bahwa jamu ini bisa bersifat antivirus. Itu yang jadi masalah," tegas epidemiolog tersebut.

Menurut Syahrizal, Kementan seharusnya berhati-hati menggunakan istilah antivirus.

Ia menilai istilah tersebut dapat menimbulkan kerancuan dalam pemahaman masyarakat dan akhirnya hanya mengandalkan kalung antivirus.

"Saya kira mungkin kita perlu menjaga masyarakat agar produk-produk yang ada di pasaran, tentunya masyarakat tahu persis apa manfaat produk itu," jelas Syahrizal.

Syahrizal menyebutkan seharusnya ada sosialisasi lebih lanjut yang dilakukan Gugus Tugas.

"Ketika ini disebut sebagai antivirus, saya kira bagian ini merupakan bagian tanggung jawab Gugus Tugas," kata Syahrizal.

"Di sana ada tim pakar yang mengedukasi masyarakat," lanjutnya.

Menurut Syahrizal, adanya kalung antivirus tersebut dapat menimbulkan salah persepsi di masyarakat.

"Jangan sampai masyarakat salah paham, mempunyai harapan yang berlebihan," tandasnya.

Dikutip dari laman resmi pertanian.go.id, Kepala Balitbang Pertanian Fadjry Djufry menjelaskan eucalyptus dikenal masyarakat sebagai obat herbal dengan berbagai manfaat.

Manfaat tersebut termasuk melegakan saluran pernapasan, kemudian menghilangkan lendir, pengusir serangga, disinfektan luka, penghilang nyeri, mengurangi mual, dan mencegah penyakit mulut.

Selain itu, Fadjry mengklaim minyak atsiri eucalyptus dapat menjadi antivirus terhadap virus avian influenza (flu burung) subtipe H5N1, gammacorona virus, dan betacoronavirus.

Fadjry berpendapat minyak eucalyptus sudah digunakan masyarakat Indonesia secara turun-menurun.(TribunWow.com/Brigitta Winasis)

Sumber: Kompas TV
Tags:
Kalung AntivirusVirus CoronaKementerian Pertanian (Kementan)Syahrul Yasin Limpo
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved