Breaking News:

Terkini Internasional

Dikuburkan secara Massal, Korban Tanah Longsor di Pertambangan Giok Terbesar Myanmar Capai 172 Jiwa

Para penambang batu giok yang menjadi korban dalam tanah longsor di Myanmar dimakamkan secara massal, Jumat (4/7/2020).

Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Lailatun Niqmah
AFP
Seorang wanita menangisi keluarganya yang menjadi korban dalam tragedi longsoran tanah yang melanda pertambangan batu giok terbesar di dunia yang terletak di Hpakant, Myanmar, Kamis (2/7/2020). 

TRIBUNWOW.COM - Para penambang batu giok yang menjadi korban dalam tanah longsor di Myanmar dimakamkan secara massal, Jumat (4/7/2020).

Tanah longsor yang terjadi di kawasan pertambangan Hpakant, Myanmar utara disebutkan sebagai yang terparah karena telah menewaskan lebih dari 170 orang.

Kebanyakan dari para korban adalah pekerja migran yang mencari nafkah di tambang terbuka yang berbahaya dekat perbatasan China.

Tanah longsor yang terjadi di situs penambangan giok di Hpakant, Kachin, Myanmar utara, tewaskan ratusan orang, Kamis (2/7/2020).
Tanah longsor yang terjadi di situs penambangan giok di Hpakant, Kachin, Myanmar utara, tewaskan ratusan orang, Kamis (2/7/2020). (Tangkapan Layar Video BBC)

Video Detik-detik Longsoran Dahsyat Menyapu Tambang Giok Terbesar di Dunia, Disebut seperti Tsunami

Aniaya dan Lakukan Kekerasan Seksual pada Tahanan di Penjara hingga Tewas, 5 Polisi India Ditangkap

Dilansir channelnewsasia.com, Jumat (4/7/2020), para pekerja tambang tersebut dimakamkan bersamaan dalam peti mati kayu lapis.

Beberapa di antaranya hanya ditandai dengan nama, beberapa dengan foto, sebelum akhirnya dimasukkan dalam  lubang makam besar yang digali menggunakan alat berat di dekat tempat longsor.

Peristiwa ini merupakan bencana tanah longsor terparah yang melanda pertambangan giok terbesar di dunia tersebut.

Tragedi itu terjadi pada hari Kamis ketika lereng bukit runtuh karena hujan lebat, mengirimkan banjir lumpur kepada para pekerja yang sedang menjelajahi tanah untuk mencari pecahan batu giok.

"Misi pencarian dan penyelamatan berlanjut hari ini. 172 mayat ditemukan pada tengah hari," kata Departemen Pemadam Kebakaran Myanmar.

Mereka bergabung dengan sejumlah orang yang terbunuh setiap tahun di Hpakant, sebuah daerah yang dekat dengan perbatasan China di negara bagian Kachin.

Ketika foto-foto orang yang meninggal beredar di media sosial, pengguna Facebook mulai mengidentifikasi para pekerja yang jauh dari anggota keluarganya tersebut.

Sejumlah komentar juga datang dari mantan penambang yang kehilangan rekannya, mereka mengenang kebaikan dan kemurahan hatinya selama masa sulit bersama di lereng gunung.

Namun, sejumlah mayat yang sulit diidentifikasi karena kondisinya, masih belum dapat dikenali identitasnya.

Diketahui, puluhan penambang tewas setiap tahun karena tanah longsor dan kecelakaan lain di lereng gunung yang tidak stabil.

Mereka sering berasal dari komunitas etnis minoritas miskin, yang mencari sisa bongkahan batu berharga yang ditinggalkan oleh perusahaan besar.

Batu berkualitas rendah dapat ditukar dengan makanan atau dijual seharga $ 20 atau sekitar Rp 300.000 ke broker yang menunggu.

"Banyak dari mereka (yang mati) adalah Rakhine," ujar Phon Graing, seorang pejabat kota Hpakant, merujuk pada kelompok etnis yang tinggal ratusan kilometer jauhnya di ujung lain negara itu, dan yang termasuk komunitas termiskin di Myanmar.

"Tapi kita belum memiliki angka spesifik," lanjutnya.

Sementara itu, seperti yang dikutip TribunWow.com dari bbc.com, Sabtu (4/7/2020), Hpakant adalah situs tambang batu giok terbesar di dunia.

Perdagangan batu giok Myanmar dilaporkan bernilai lebih dari 30 miliar dolar per tahun atau sekitar 400 triliun rupiah.

"Mencari batu mulia secara tradisional adalah satu-satunya pekerjaan bagi orang-orang di daerah ini. Mereka tidak punya pilihan mata pencaharian lain," kata penduduk setempat bernama Shwe Thein kepada BBC.

"Mereka akan menambang dengan cara apa pun entah mereka memiliki izin resmi atau tidak. Meskipun tanah longsor terus terjadi, banyak organisasi, termasuk kelompok bersenjata, yang terlibat dalam penambangan batu giok mengatakan situasi di sini baik. Jadi sulit bagi dunia luar untuk mengetahui situasi nyata di sini," ungkapnya.

Undang-undang penambangan batu permata baru telah disahkan tahun lalu, tetapi para kritikus mengatakan pemerintah memiliki terlalu sedikit inspektur dengan otoritas terbatas untuk menghentikan praktik ilegal.

Dilaporkan bahwa para pegiat telah menuduh militer, pengedar narkoba, kelompok pemberontak dan kepentingan bisnis China mengendalikan perdagangan batu giok dan mencegah eksploitasi batu permata berharga yang lebih aman dan lebih berkelanjutan.

Pria Nekat Bakar Diri Dalam Kantor Polisi di Uganda, Frustasi Motornya Disita dan Dimintai Uang Suap

Pria Tewas setelah Ditolak 18 Rumah Sakit karena Bergejala Covid-19, Meninggal di Depan Pintu RS

Detik-detik Terjadinya Tanah Longsor

Bencana tanah longsor menelan ratusan pekerja di lokasi penambangan giok di di daerah Hpakant, Kachin, Myanmar Utara, Kamis (2/7/2020).

Dalam video yang direkam pada saat kejadian, terlihat longsoran tanah yang menimpa kubangan air serupa danau, yang menyebabkan gelombang air menyapu ke segala arah.

Sementara, terlihat orang-orang berlarian dengan panik untuk menyelamatkan diri.

Bencana ini menjadi yang paling parah terjadi selama ini karena telah menelan lebih dari ratusan korban jiwa.

Petugas penyelamat yang dikerahkan, hingga saat ini telah berhasil menemukan dan mengevakuasi 162 jenazah korban longsor.

Dilansir bbc.com, Jumat (3/7/2020) penyelamatan terus berlanjut sepanjang hari karena sejumlah orang yang diketahui masih hilang di lokasi.

Menurut petugas pemadam kebakaran, gelombang lumpur dan batu yang dipicu oleh hujan deras menggulung para penambang batu tersebut.

Dikatakan bahwa pada pukul 19.15 waktu setempat, regu penyelamat telah berhasil menemukan 162 jasad korban longsor.

Sementara itu 54 orang yang terluka dibawa ke rumah sakit untuk mendapat perawatan.

Namun tidak ada rincian angka yang diberikan untuk jumlah orang yang masih hilang.

Menanggapi peristiwa tersebut, Menteri Urusan Sosial Negara Bagian Kachin, Dashi La Seng, mengatakan bahwa lonsorang itu terlihat seperti bencana tsunami.

"Tiba-tiba sejumlah besar lumpur bersama dengan air hujan mengalir ke dalam lubang. Itu seperti tsunami," tutur La Seng.

Hujan deras berlanjut sepanjang hari selama aksi penyelamatan dilakukan.

Polisi mengatakan bahwa peringatan telah dikeluarkan pada hari Rabu (1/7/2020), agar orang-orang tidak berada di lokasi tersebut mengingat curah hujan sangat tinggi dalam beberapa hari.

Namun, beberapa orang tidak mengidahkan peringatan tersebut, meskipun saran itu mungkin juga telah menyelamatkan banyak nyawa.

Dalam sebuah video yang diambil saat insiden itu terjadi, menunjukkan tanah longsor besar yang mengalir ke lubang besar atau danau dan menyebabkan gelombang air menyapu sekitarnya.

Menurut kesaksian Maung Khaing, seorang penambang berusia 38 tahun yang berada di lokasi, ia melihat tumpukan tanah menjulang hampir runtuh dan orang-orang berteriak menyuruh lari.

"Dalam semenit, semua orang di bawah (bukit) menghilang. Saya merasa hampa. Ada orang-orang yang terjebak dalam lumpur berteriak minta tolong tetapi tidak ada yang bisa membantu mereka," tuturnya.

Lihat tayangan selengkapnya dari menit pertama:

(TribunWow.com)

Tags:
Tanah LongsorMyanmarBerita Viral
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved