Terkini Nasional
Aria Bima Tegaskan Ekasila Trisila di RUU HIP Bukan dari PDIP, Ketua PA 212: Partainya Apa?
Anggota DPR Fraksi PDI Perjuangan, Aria Bima menegaskan bahwa konsep Ekasila dan Trisila dalam RUU HIP itu bukan dari PDIP.
Penulis: Elfan Fajar Nugroho
Editor: Rekarinta Vintoko
TRIBUNWOW.COM - Anggota DPR Fraksi PDI Perjuangan, Aria Bima menegaskan bahwa konsep Ekasila dan Trisila dalam Rancangan Undang-Undang Haluan Ideologi Pancasila (RUU HIP) itu bukan dari PDIP.
Dilansir TribunWow.com, Aria Bima mengatakan bahwa Ekasila dan Trisila itu dari partai lain.
Namun ia mengaku tidak mau membukanya dalam forum Kabar Petang tvOne, Kamis (25/6/2020).
Karena menurutnya tidak patut untuk disampaikan di depan publik.

• Ketua PA 212 Minta PDIP Tak Berlebihan soal Pembakaran Bendera Partai: Ada Persoalan Lebih Penting
Aria Bima lantas meminta kepada Slamet Maarif untuk membicarakan dalam forum tersendiri.
Ia juga bersedia untuk membuka rekaman rapat saat itu.
"Kalau yang tentang itu, saya tidak patut membuka di sini," ujar Aria Bima.
"Tetapi kita bisa buka risalah rapatnya yang menegaskan Trisila Ekasila itu bukan dari PDI Perjuangan," sambungnya.
Dirinya memang mengakui bahwa konsep Trisila dan Ekasila ada di dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD ART) PDIP.
Dan menurutnya itu hanya digunakan untuk kepentingan internal partai.
Namun untuk draft yang ada di RUU HIP ditegaskan bukan dari PDIP.
"Bahwa di dalam anggaran dasar kami menggunakan itu, itu anggaran untuk partai kami," ungkapnya.
Mendengar penjelasan dari Aria Bima, pembawa acara kemudian menanyakan apakah itu diusulkan oleh partai lain.
Dirinya kemudian menyinggung soal komposisi suara di DPR, yakni sebanyak 128 kursi.
• Sayangkan Pembakaran Bendera PDI Perjuangan, Ganjar Pranowo: Tidak Setuju Boleh, Merusak Janganlah
"Artinya dari fraksi lain? Soalnya kalau komposisi suaranya 128 PDIP," tanya pembawa acara.
Namun, Aria Bima tidak ingin membahas hal tersebut.
Ia hanya menegaskan bahwa Trisila dan Ekasila dalam draft RUU HIP bukan dari PDIP.
"Jangan digeser dulu, Ekasila Trisila itu bukan dari PDIP, poinnya di situ dulu," tegasnya.
Setelah itu Ketua Persaudaraan Alumni 212, Slamet Maarif meminta Aria Bima mengatakan partai mana yang mengusulkan hal itu, jika bukan dari PDIP.
Namun lagi-lagi, Aria Bima tetap tidak mau mengungkapkan nama partainya, karena ia memahami hal itu tentunya akan memberikan kegaduhan tersendiri.
Dirinya justru menunggu Slamet Maarif untuk datang ke DPR.
"Sebutkan saja kalau dari partai lain, sebutkan dong partainya apa, ayo sebutkan, kalau emang betul dari partai lain, enggak usah ditutup-tutup," tanya Slamet Maarif.
"Nanti tak tunggu di DPR, tak jelasin," jawab Aria Bima.
"Ini ketentuan, jangan bikin gaduh," jelasnya.
• Bendera PDI Perjuangan Dibakar Massa, Megawati Soekarnoputri Minta Seluruh Kader Rapatkan Barisan
Simak videonya mulai menit ke- 21.15
Aria Bima Jelaskan soal RUU HIP: Belum Pernah Baca Pidato Bung Karno 1 Juli?
Anggota DPR Fraksi PDI Perjuangan, Aria Bima memberikan tanggapan terkait aksi protes dan tudingan yang disampaikan oleh Ketua Persaudaraan Alumni 212, Slamet Maarif.
Dilansir TribunWow.com, Slamet Maarif sebelumnya membenarkan terkait aksi demo hingga pembakaran bendera Partai PDIP di depan Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (24/6/2020).
Alasannya karena masyarakat jelas menolak Rancangan Undang-Undang Haluan Ideologi Pancasila (RUU HIP) yang dinilai telah bertentangan dengan ideologi bangsa yang sebenarnya.
Dikatakan Slamet Maarif, dua hal yang paling disorot adalah perubahan bunyi sila pertama dan penyusutan menjadi Trisila dan Ekasila.
Aria Bima lantas mengaku tidak membenarkan tudingan yang disampaikan oleh Slamet Maarif.
Menurutnya, dalam poin-poin dalam RUU HIP tidak seperti yang dibayangkan oleh Slamet Maarif maupun masyarakat Indonesia.
Dirinya menganggap bahwa Slamet Maarif belum pernah membaca pidato presiden pertama Indonesia, Ir. Soekarno pada 1 Juli, bertepatan dengan hari Kesaktian Pancasila.
Aria Bima lantas membacakan potongan pidato dari Ir. Soekarno.
• Bendera Kebesarannya Dibakar, PDIP akan Tempuh Jalur Hukum: Kami Tengarai Ini Memang Disengaja
"Kalau Pak Slamet ada tuduhan tadi ada unsur-unsur yang itu dianggap tidak sesuai dengan Ketuhanan Yang Maha Esa, karena ada ketuhanan yang berkebudayaan," ujar Aria Bima.
"Tak bacakkan, 'Gek-gek' (jangan-jangan, -red) Pak Slamet belum pernah baca pidato Bung Karno 1 Juli?" ucapnya.
"Saya bacakan, prinsip kelima menyusun Indonesia merdeka dengan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa."
"Prinsip ketuhanan bukan saja bangsa Indonesia bertuhan, tetapi masing-masing orang Indonesia hendaknya bertuhan, tuhannya sendiri."
"Hendaknya negara Indonesia negara yang tiap-tiap orangnya menyembah Tuhan, dengan cara yang leluasa, segenap rakyat hendaknya bertuhan secara berkebudayaan yakni dengan tiada egoisme agama dan hendaknya negara Indonesia suatu negara bertuhan marilah kita amalkan jalankan agama baik Islam, baik Kristen dengan cara beradab," kata Aria Bima membacakan pidato dari Ir. Soekarno.
Aria Bima mengakui bahwa dirinya juga paham dengan yang apa dimaksud dengan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Sementara itu menurutnya, terkait perubahan Ketuhanan yang Berkebudayaan bukan berarti menghilangkan Tuhan yang satu tadi.
"Jadi begini, kita paham betul yang bener itu ketuhanan yang maha esa," kata Aria Bima.
"Jangan diantitesis itu proses awal, ketuhanan dan kebudayaan itu bukan antitesis bukan menghilangkan Ketuhanan Yang Maha Esa," tegasnya.
"Memang berbudaya, cara mengekspresikan ketuhanan itu," pungkasnya.
(TribunWow/Elfan Fajar Nugroho)