Terkini Internasional
Twitter Memasang Label Peringatan di Atas Cuitan Trump, Sebut Mengandung Ancaman dan Kekerasan
Twitter sekali lagi menempatkan label peringatan di atas cuitan Presiden Amerika Serikat Donald Trump, dan mengklaim ia melanggar kebijakan platform.
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Claudia Noventa
TRIBUNWOW.COM - Twitter sekali lagi menempatkan label peringatan di atas cuitan Presiden Amerika Serikat Donald Trump, dan mengklaim ia melanggar kebijakan platform tersebut, Selasa (23/6/2020).
Trump dinilai melanggar karena disebutkan telah melancarkan ancaman yang berbahaya pada kelompok tertentu.
Hal ini dilakukan seperti sebelumnya, Twitter juga menghapus tweet presiden tersebut terkait ungkapannya mengenai tuduhan campur tangan asing dalam pemilihan.

• Jelang Pemilihan Presiden AS 2020, Trump Dinilai Menaikkan Isu Rasial untuk Mencari Dukungan
Seperti yang diunggahnya pada akun Twitter pribadinya @realDonaldTrump, Selasa (23/6/2020), Trump menuliskan cuitan terkait aksi "BlackLivesMatter".
"Tidak akan pernah ada 'Zona Otonomi' di Washington, D.C., selama aku menjadi presidenmu. Jika mereka mencoba, mereka akan menghadapi pemaksaan yang serius," tulis Trump dalam unggahannya.
Karena dipandang mengandung kekerasan dan ancaman terhadap pihak tertentu, Twitter kemudian memberi peringatan di atas cuitan tersebut.
Menanggapi hal tersebut, Sekretaris Pers Gedung Putih, Kayleigh McEnany menuliskan respon di akun Twitter-nya @PressSec, rabu (24/67/2020).'
Ia membela Trump dan mengatakan bahwa yang dilakukan presiden tersebut merupakan upaya penegakan hukum.
"Mari berterus-terang tentang apa yang terjadi. Twirtter melabeli itu (cuitan Trump) 'perilaku kekerasan' saat Presiden Amerika Serikat mengatakan ia akan menegakkan hukum. Twitter berkata upaya pencegahan para perusuh secara paksa merebut wilayah untuk membuat zona tanpa hukum di ibukota kami itu "kasar"," tutur McEnay.

Sementara itu, dilansir cnbc.com, Selasa (23/6/2020), cuitan itu disinyalir merespon para pengunjuk rasa yang melakukan aksinya pada hari Senin.
Para pengunjuk rasa anti-rasisme tersebut tidak berhasil menurunkan patung Mantan Presiden Andrew Jackson di dekat Gedung Putih.
Monumen tersebut akan dijatuhkan sehubungan dengan perbudakan kulit hitam yang terjadi di Amerika pada masa silam.
Setelah tak berhasil meruntuhkan patung tersebut, para pengunjuk rasa mencoba mengklaim daerah di dekat Plaza Black Lives Matter sebagai "Zona Otonomi Black House".
• 10 Hal tentang Trump yang Diungkap John Bolton, Mengira Finlandia Satelit Rusia hingga Diejek Sekutu
Baru-baru ini, Twitter telah lebih aktif menegakkan kebijakan kontennya terhadap presiden.
Kebijakan-kebijakan tersebut termasuk label khusus yang memungkinkan Twitter untuk menandai tweet dari para pemimpin dunia yang melanggar standarnya, namun membiarkan cuitan tetap utuh sehingga dapat dilihat oleh publik.