Breaking News:

Terkini Internasional

Sebut China Manfaatkan Pandemi Covid-19 untuk Lebarkan Kekuasaan, Pakar: Proyek 'One Belt, One Road'

Sejumlah pakar menyebutkan bahwa China tengah memanfaatkan momen untuk melebarkan sayap saat dunia tengah dilanda pandemi Covid-19.

Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Claudia Noventa
theaustralian.com.au
Ilustrasi Presiden China, Xi Jinping. Sejumlah pakar menyebutkan bahwa China tengah memanfaatkan momen untuk melebarkan sayap saat dunia tengah dilanda pandemi Covid-19. 

"Pertempuran dan insiden baru-baru ini dengan tetangga-tetangga kawasan adalah bagian dari strategi jangka panjang China untuk membangun jaringan global besar-besaran proyek infrastruktur yang dikenal sebagai 'One Belt, One Road' yang membentang dari Laut Cina Selatan ke Samudera Hindia, ujung Afrika dan ke Eropa," tuturnya.

"Tiongkok benar-benar mengambil keuntungan dari Covid-19 untuk bergerak secara agresif di seluruh strategi 'One Belt, One Road'," kata pensiunan admiral bintang empat tersebut.

"Jika Anda meletakkan kontroversi baru-baru ini di atas peta, itu adalah keselarasan sempurna dengan inisiatif 'One Belt, One Road'."

Bentrokan paling serius terjadi pada Senin di sepanjang perbatasan antara India dan China di Himalaya.

India mengatakan 20 tentaranya tewas dalam pertempuran dengan pasukan China yang melibatkan batu, jeruji besi dan tinju tanpa senjata militer.

Bentrokan itu adalah perseteruan terburuk di perbatasan yang disengketakan dalam kurun waktu 45 tahun terakhir.

India menuduh China melakukan tindakan yang direncanakan untuk menyerang pasukan India.

Sementara China menyalahkan India atas pertempuran di lembah Galwan tersebut.

Namun, citra satelit komersial telah menunjukkan adanya pergerakan pasukan dan mesin Tiongkok pada hari-hari sebelum konfrontasi.

"Pencitraan tersebut sangat menunjukkan pasukan Tentara Pembebasan Rakyat (China) telah secara teratur menyeberang ke wilayah India pada rute patroli rutin," ujar analisis dari lembaga The Australian Strategic Policy Institute.

Di sisi lain, pada perairan yang disengketakan di Laut Cina Selatan, kapal pengintai maritim China menabrak dan menenggelamkan kapal nelayan Vietnam di dekat Kepulauan Paracel pada bulan April.

John Kei Ditangkap Bersama 25 Anak Buahnya, Para Terduga Pelaku Sempat Menghalangi Polisi

Namun lagi-lagi China membantah tudingan itu, dan mengatakan bahwa kapal nelayan Vietnam yang menabrak kapalnya.

Selain itu, untuk menggarisbawahi klaimnya terhadap Laut China Selatan, China baru-baru ini juga mengganti nama 80 fitur geografis di jalur air dan mendeklarasikan dua "distrik administratif" baru di sekitar pulau Paracel dan Spratly.

Hal ini memicu protes dari Hanoi, Vietnam dan lima negara lainnya yang telah menolak deklarasi China dan mengklaim kepemilikan atas rute transit penting untuk pengiriman global dan rumah bagi sumber daya minyak dan gas alam yang potensial.

Terakhir, pada bulan Mei, para pejabat China meluncurkan undang-undang keamanan nasional untuk Hong Kong yang dikhawatirkan oleh aktivis pro-demokrasi akan menghancurkan kebebasan sipil dan melepaskan otonomi pulau itu dari daratan China.(TribunWow.com)

Tags:
Virus CoronaCovid-19China
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved