Virus Corona
Warga Paksa Petugas Corona Lepas Hazmat dan Ancam Bakar Mobil, Gugus Tugas: 'Di Sini Tak Ada Covid'
Proses pemakaman pasien dalam pengawasan (PDP) Virus Corona (Covid-19) menjadi ricuh di Pamekasan, Jawa Timur.
Penulis: Brigitta Winasis
Editor: Ananda Putri Octaviani
TRIBUNWOW.COM - Proses pemakaman pasien dalam pengawasan (PDP) Virus Corona (Covid-19) menjadi ricuh di Pamekasan, Jawa Timur.
Jenazah yang berasal dari Kecamatan Waru berinisial S (60) hendak diambil paksa oleh warga saat akan diantar ke lokasi pemakaman pada Sabtu (13/6/2020).
Diduga warga setempat menolak jenazah dimakamkan dengan cara protokol Covid-19.

• Hasil Swab Negatif, Keluarga Makamkan Ulang Jenazah PDP Corona: Tidak Ada Gejala Demam, Batuk, Sesak
Dilansir TribunWow.com, Ketua Gugus tugas Covid-19 RSUD Slamet Martodirdjo dr Syaiful Hidayat mengonfirmasi kejadian tersebut.
Ia menjelaskan kronologi kejadian yang berujung kericuhan tersebut.
"Pasien kami tanggal 10 kemarin dirawat kemudian meninggal. Kita sudah lakukan protokol kesehatan untuk pemakaman," kata dr Syaiful Hidayat, dalam tayangan Apa Kabar Indonesia Pagi di TvOne, Senin (15/6/2020).
Pihak rumah sakit sudah menyiapkan tim pemakaman dan ambulans.
Syaiful menyebutkan keluarga sudah setuju jenazah akan dimakamkan dengan protokol kesehatan.
"Keluarga pun sudah menerima pasien ini dimakamkan di tempat yang ditentukan," papar Syaiful.
Namun dalam proses menuju lokasi pemakaman muncul sekelompok warga mengadang ambulans.
Mereka melarang petugas pemakaman masuk ke wilayah tersebut.
"Di tengah jalan, sebelum sampai ke lokasi petugas kami dicegat sekelompok warga," tutur Syaiful.
"Jumlahnya sekitar 300 sampai 500 orang. Warga mencegat petugas kami agar jangan sampai masuk ke wilayah itu," jelasnya.
Tidak hanya itu, para petugas dipaksa melepas pakaian alat pelindung diri (APD) yang diwajibkan untuk menangani kasus Covid-19.
Warga bahkan mengancam akan membakar mobil jenazah.
"Petugas kami diminta untuk melepas hazmat atau pakaian yang kita pakai untuk menangani kasus Covid," ungkap dr Syaiful.
"Dipaksa, kalau tidak kendaraan akan dibakar dan mereka siap untuk dilukai. Jadi urusannya nyawa," lanjutnya.
• Marak Jenazah Covid-19 Diambil Paksa Keluarga, Imam Prasodjo Soroti Warga Tak Percaya Corona
Setelah itu warga juga melontarkan ancaman lainnya.
Syaiful menilai justru warga setempat yang enggan menerima pasien atau jenazah Covid-19.
Ia menyebutkan warga khawatir akan terjadi penularan Virus Corona di daerah tersebut.
"Yang kami lihat warga tidak mau daerah itu disebut punya pasien atau jenazah Covid. Jadi menganggap daerahnya masih hijau," kata Syaiful.
"Jangan sampai ada Covid masuk sini. 'Di sini itu tidak ada Covid', begitu bilangnya," lanjutnya.
Menurut Syaiful, pihak keluarga sendiri sudah mengizinkan protokol kesehatan dilakukan terhadap jenazah anggota keluarganya.
Kejadian pengadangan tersebut di luar dugaan petugas pemakaman dan keluarga.
"Sebenarnya kalau segi keluarga, keluarga itu tidak masalah. Dari rumah sakit keluarga sudah mendampingi, bahkan mengawal ambulans kami," jelas Syaiful.
"Tetapi tanpa sepengetahuan keluarga dan kita juga tidak siap waktu itu, tiba-tiba ada warga banyak di tengah jalan menyetop ambulans," tambah dia.
• Oknum Ambil Paksa Jenazah PDP Corona Bisa Terancam Hukuman Seumur Hidup: Membahayakan Orang Lain
Lihat videonya mulai menit 1:00
Keluarga di Manado Nekat Dobrak RS Ambil Paksa Jenazah
Keluarga pasien dalam pengawasan (PDP) Virus Corona (Covid-19) mengambil paksa jenazah pasien tersebut dari Rumah Sakit Pancaran Kasih Manado, Sulawesi Utara, Senin (1/6/2020).
Dilansir TribunWow.com, keluarga dan warga setempat mendobrak masuk ruang jenazah rumah sakit tersebut.
Mereka nekat mengambil paksa jenazah PDP untuk dapat disemayamkan di rumah keluarganya.
• Di Rumah Sakit yang Sama, Terjadi Lagi Keluarga Pasien PDP di Manado Tolak Protap Pemakaman Covid-19
Mereka juga menolak jenazah PDP itu dimakamkan dengan protokol kesehatan.
Personel polisi kemudian berupaya membubarkan paksa massa yang membuat kericuhan di depan rumah sakit.
Menurut keterangan istri almarhum, Wati Wahid, mulanya terdapat kebingungan lantaran pasien tersebut sebelumnya sempat dinyatakan nonreaktif.
Namun pasien tersebut diminta agar dipindah ke ruang isolasi dan menjalani karantina 14 hari.
"Kita tidak mau," kata Wati Wahid dengan nada tinggi, seperti yang tampak dalam tayangan iNews, Selasa (2/6/2020).
Sebelumnya ia juga menolak suaminya dipindah di ruang isolasi.

"Kita sudah rapid, hasil negatif. Kenapa ditaruh di atas (ruang isolasi)?" tanya Wati.
Wati Wahid dan anggota keluarga lainnya kemudian nekat membawa pulang jenazah tersebut.
"Kita mau bawa pulang, itu tim penjemput sudah ada di rumah sakit," lanjutnya masih dengan raut wajah geram.
Meskipun begitu, pada Senin (1/6/2020) malam pihak rumah sakit mengumumkan pasien tersebut sempat mengalami gejala pneumonia dan tidak sadarkan diri sehingga memenuhi syarat untuk dimakamkan sesuai protokol kesehatan.
Direktur RS Pancaran Kasih Frangky Kambey menjelaskan proses pemeriksaan yang sebelumnya dilakukan terhadap pasien.
"Untuk menentukan pasien ini Covid-19, dia harus melakukan pemeriksaan PCR dan harus positif," papar Frangky Kambey.
"Dalam hal ini, pasien ini kita diagnosa sebagai PDP Covid-19," lanjut dia.
• Viral Wanita Diseret Petugas Ber-APD, Berawal dari Paksa Pertahankan Jenazah Suami yang PDP Corona
Frangky membenarkan penanganan jenazah PDP Covid-19 harus mengikuti standar tertentu.
"Untuk protokol yang digunakan adalah harus protokol penanganan jenazah Covid-19," papar Frangky. (TribunWow.com/Brigitta Winasis)