Virus Corona
Provokator Jemput Paksa Jenazah Corona Pakai Isu Konspirasi, Gubernur Sulsel: Ada yang Tidak Nyaman
Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah menyebut para provokator di balik aksi penjemputan paksa jenazah PDP mengangkat isu konspirasi rumah sakit.
Penulis: anung aulia malik
Editor: Rekarinta Vintoko
TRIBUNWOW.COM - Beberapa hari belakangan sudah terjadi berulang kali aksi warga mengambil paksa jenazah berstatus pasien dalam pengawasan (PDP) Virus Corona (Covid-19) di Makassar, Sulawesi Selatan.
Aksi pengambilan paksa jenazah PDP terjadi di tiga rumah sakit berbeda yakni di RS Dadi, RS Labuang Baji, dan RS Stellamaris.
Gubernur Sulawesi Selatan Nurdin Abdullah melihat ada oknum yang sengaja memperkeruh suasana sehingga terjadi aksi penjemputan paksa jenazah PDP.

• Tanggapi Tudingan Jenazah Covid Diperjualbelikan Organnya, Erlina Burhan: Tuduhan Tak Masuk Akal
Dikutip dari YouTube Kompastv, Kamis (11/6/2020), awalnya Nurdin menjelaskan kejadian penjemputan paksa tidak terjadi begitu saja.
"Jadi ini rentetan," jelasnya.
Ia bercerita, awalnya kericuhan terjadi saat para jenazah PDP hendak dimakamkan.
"Mulai dari pemulasaran hampir semua kuburan terjadi penolakan," kata Nurdin.
Penolakan bahkan terjadi pada lokasi pemakaman yang dikhususkan untuk para pasien Covid-19.
"Jadi kita buat kuburan Covid khusus, di sana juga ditolak," ujar Nurdin.
Nurdin mengatakan pihaknya telah menangkap sejumlah provokator yang sengaja membuat ricuh suasana.
"Tapi kita mulai tangkap orang-orang itu provokator," tegasnya.
Barulah setelah terjadi penolakan pemakaman jenazah Covid-19, kerusuhan berlanjut pada aksi pengambilan paksa jenazah PDP.
"Ini merembet ke pengambilan jenazah paksa," kata Nurdin.
"Kita tidak kekurangan pengamanan, jadi dia memang hebat ini."
Gubernur kelahiran Parepare itu menduga ada pihak yang terganggu di saat pemprov Sulsel mulai bisa menangani Covid-19.
"Jadi masuknya luar biasa, sekarang ini karena kita sudah menangani Covid, terus beberapa inovasi-inovasi kita lakukan. Tentu ada yang tidak nyaman dengan kondisi ini saya kira," jelasnya.
"Tapi kita tetap positif thinking saja, kita akan melakukan pengamanan lebih ketat lagi."
Berdasarkan informasi yang ia dapat, Nurdin mengatakan para provokator di balik aksi penjemputan paksa jenazah PDP mengangkat isu konspirasi rumah sakit.
Isu tersebut menarasikan pihak RS berusaha meraup keuntungan dari kondisi pandemi Covid-19.
"Jujur saya sampaikan hampir (semua -red) isu yang dia (provokator) tebar adalah ini adalah sebuah skenario Covid ini untuk memberikan keuntungan yang besar kepada rumah sakit, kepada perawat, dokter," papar Nurdin.
"Itu isu yang dia bangun."
Nurdin secara tegas membantah isu-isu tersebut.
"Padahal betul-betul nakes kita sudah bekerja siang malam, berpisah dengan keluarga, jadi tidak seperti itu (isu yang beredar)," pungkasnya.
• 4 Fakta Kasus Jemput Paksa Jenazah Covid-19 Makassar, 5 Reaktif Corona hingga Bukan Anggota Keluarga
Tak Semuanya Keluarga Pasien
Sebelumnya diberitakan dikutip dari YouTube tvOneNews, Rabu (10/6/2020), Kabid Humas Polda Sulsel Kombes Pol. Ibrahim Tompo mengatakan dari 33 orang yang diamankan oleh pihak kepolisian, 10 di antaranya telah ditetapkan sebagai tersangka.
Setelah itu 18 orang sudah dipulangkan oleh pihak kepolisian.
Lima orang yang reaktif rapid test kemudian diisoalsi di sebuah hotel guna mencegah penyebaran Covid-19.
Mengenai 10 orang yang dijadikan tersangka, Ibrahim mengatakan sepuluh orang itu kemudian langsung ditahan oleh pihak kepolisian.
"Jadi yang betul-betul bisa kita jadikan tersangka, kita proses hukum langsung, dan langsung ditahan," ungkapnya.
• Sosiolog Duga Adat dan Agama Sebabkan Kasus Jemput Paksa Jenazah Covid-19: Ada Pergulatan
Hingga kini polisi masih menyelidiki lebih lanjut kasus penjemputan jenazah paksa Covid-19.
"Kemudian beberapa orang yang mungkin masih dalam batas saksi itu tetap akan kita lakukan pendalaman-pendalaman kembali," ujar Ibrahim.
Ibrahim mengatakan bahwa tidak semua orang yang terlibat ternyata keluarga pasien.
Beberapa di antara mereka diketahui hanya sebagai tetangga pasien.
"Kita memang harus bercerita dan melihat dari sisi kasusnya," jelas Ibrahim.
"Dari beberapa kasus yang ada ini memang sebagian ada yang dari keluarga dekat, namun sebagian juga cuma tetangga-tetangga."
"Jadi tidak semuanya dari kerabat," sambungnya.
Simak tayangan selengkapnya dari menit awal:
(TribunWow.com/Anung)