Virus Corona
Sebut PSBB Transisi Jakarta dan Malang Raya Bingungkan Publik, Pakar: Hanya untuk Sekedar Beda Saja
Pakar Kebijakan Publik, Trubus Rahardiansyah menyoroti penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di Malang Raya dan DKI Jakarta.
Penulis: Elfan Fajar Nugroho
Editor: Rekarinta Vintoko
Ia juga menyoroti kriteria standar new normal yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization atau WHO).
Sebelumnya hal tersebut disinggung Wali Kota Malang Sutiaji saat membahas penerapan PSBB di wilayahnya.
Trubus menilai masyarakat tidak bisa langsung bersikap disiplin sesuai standar yang ditentukan, tetapi harus melalui proses.
"Bagaimana juga orang bisa langsung berperilaku sebagaimana yang diharapkan dalam konteks WHO?" tanya Trubus.
"Perilaku masyarakat itu 'kan tidak bisa ujug-ujug. Ada tahapan di mana kemudian masyarakat punya pemahaman yang utuh," tambahnya.
Trubus kemudian mengomentari penerapan PSBB yang diserahkan kepada wewenang kepala daerah masing-masing.
Ia menyebutkan hal itu menimbulkan hasil dalam tiap penerapan PSBB menjadi berbeda.
Menurut Trubus, seharusnya PSBB diseragamkan agar tidak menjadi rancu.
• Tak Mau Buru-buru Terapkan New Normal, Ganjar Ungkap Kewajiban Baru Warga: Jangan Salah Persepsi
"Tentunya jadi berbeda kalau memang kebijakannya berbeda," komentar Trubus.
"Kalau misalnya kita lihat daerah yang menerapkan PSBB dengan daerah yang tidak menerapkan PSBB dikatakan sama, otomatis nanti cara berpikirnya jadi rancu," lanjutnya.
Ia menyinggung daerah yang masih masuk zona merah tetapi sudah mulai melonggarkan PSBB.
"Menurut saya yang menerapkan PSBB ini karena daerah merahnya masih banyak," ungkap Trubus.
"Jadi kalau PDP dan ODP-nya masih tinggi seperti DKI Jakarta, ada 66 RW yang masih tinggi sekali, tidak mungkin kita langsung menerapkan kebebasan sebebas-bebasnya," lanjutnya.
Trubus menekankan penting untuk mengedukasi masyarakat terlebih dulu sebelum benar-benar menerapkan new normal.
"Masyarakat 'kan harus diedukasi dan dibimbing dulu," ungkap Trubus.
"Menurut saya membentuk perilaku itu tidak bisa ujug-ujug perilaku yang sudah menjadi budaya. Ada proses dulu, sosialisasi dulu," jelasnya.
(TribunWow/Elfan Nugroho/Brigita)