Virus Corona
Risiko Penularan Corona pada Anak, Psikolog: Anak Itu Cerminan Orang Tua, Jangan Ditakut-takutin
Psikolog Anak dan Remaja, Novita Tandry memberikan tanggapan terkait risiko penularan Virus Corona terhadap seorang anak.
Penulis: Elfan Fajar Nugroho
Editor: Atri Wahyu Mukti
TRIBUNWOW.COM - Psikolog Anak dan Remaja, Novita Tandry memberikan tanggapan terkait risiko penularan Virus Corona terhadap seorang anak.
Dilansir TribunWow.com, Novita mengatakan bahwa manusia sebenarnya bisa dengan mudah melakukan adaptasi, termasuk dengan Virus Corona.
Menurutnya, terlebih untuk anak-anak yang masih sangat polos.

• Dokter Sebut Kematian Anak akibat Corona di Indonesia Tinggi di Asia, Imbau Sekolah Dibuka Desember
Novita mengungkapkan bahwa anak-anak akan bergerak mengikuti dari orang tuanya sebagai contoh.
Maka dari itu, kunci untuk memberikan pemahaman kepada anak terkait Corona yaitu ada pada diri orang tuanya sendiri.
Hal ini disampaikan Novita dalam acara Sapa Indonesia Pagi yang tayang di kanal Youtube KompasTV, Minggu (7/6/2020).
"Sebenarnya manusia kan makhluk adaptif, makhluk yang paling bisa beradaptasi dari semua makhluk ciptaan Tuhan," ujar Novita.
"Jadi kalau buat saya anak juga adalah anak itu cerminan orang tua," jelasnya.
Oleh karenanya, Novita meminta kepada semua orang tua untuk memberikan pemahaman serta contoh yang baik dalam menyikapi Covid-19.
Selain itu, menurutnya, para orang tua tidak perlu untuk memberikan pemahaman yang berlebih, terlebih untuk tujuan menakut-nakutin.
Dirinya mengatakan membuat anak merasa takut bukan langkah terbaik.
Namun sebaliknya, anak-anak harus bisa dikuatkan hatinya, termasuk juga dari segi imunitas tubuhnya.
• Muncul Klaster Kelima Covid-19 di Yogyakarta, Total Ada 244 Kasus Positif Virus Corona
"Jadi kalau orang tuanya adaptif tadi dengan kasih dengan sabar dan tidak (jangan) menakut-nakutin," terang Novita.
"Dan terakhir kita fokus sebagai orang tua kepada hal yang lebih menguatkan hati, apa yang menguatkan hati, meningkatkan imunitas tubuh, olah raga, bergerak bersama-sama dengan anak-anak," jelasnya.
Selain itu, Novita mengatakan supaya anak-anak dijauhkan dari makanan yang tidak bergizi seperti jenis jungfood maupun instanfood.
"Hindarkan semua makanan junkfood, instanfood, dan lain sebagainya," ungkapnya,
"Jadi fokus kepada yang menguatkan hati, jangan fokus kepada yang melemahkan hati."
Lebih lanjut, ia menjelaskan dampak yang akan terjadi jika orang tua justru memberikan sikap yang melemahkan hati, yakni akan menghasilkan hormon kortisol.
Padahal yang dibutuhkan adalah hormon yang menguatkan, satu di antaranya dengan memberikan perlakukan yang sabar dan penuh kasih sayang.
• Tak Mau Buru-buru Terapkan New Normal, Ganjar Ungkap Kewajiban Baru Warga: Jangan Salah Persepsi
"Yang melemahkan hati itu bikin hormon kortisol, hormon yang melemahkan yang diproduksi di dalam tubuh kita," kata Novita.
"Kita fokus yang menguatkan endorfin, dopamin, oksitosin, yang membuat kita lebih positif ke depan."
"Dengan memfokuskan pada yang menguatkan hati, anak juga akan kuat."
"Lakukan itu dengan cinta dengan kasih dan dengan sabar," pungkasnya.
Simak videonya mulai menit ke- 6.21:
Dokter Sebut Kematian Anak akibat Corona di Indonesia Tinggi di Asia
Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dokter Aman B. Pulungan menolak wacana tatanan baru atau New Normal di lingkungan pendidikan.
Dokter Aman B. Pulungan beralasan, kurva Virus Corona pada anak masih terus meningkat.
Hal itu diungkapkan dokter Aman B. Pulungan pada dialog virtual di acara Satu Meja Kompas TV pada Rabu (2/6/2020).
Mulanya, dokter Aman menjelaskan bahwa data yang dimiliki IDAI dengan pemerintah hampir sama.
• Mardani Ali Sebut Pemerintah Tak Libatkan Warga saat Rencanakan New Normal: Anies Bilang Jangan Dulu
"Kalau data kita sebetulnya ini hampir sama tentunya dengan data yang ada di pemerintah."
"Jadi data kita kumpulkan dari dokter anak yang merawat dari seluruh Indonesia," jelas dokter Aman.
Sementara ini, anak yang positif Virus Corona di Indonesia sudah 1000.
Namun, ia menduga bisa jadi lebih banyak dari itu.
"Dan sampai saat ini yang positif infeksi itu hampir mendekati 1000 bahkan kalau kita lihat data sekarang di Jatim ataupun di DKI bahkan lebih dari pada itu."
"Jadi ada beberapa data itu bahkan lebih dari data yang ada dari dokter anak yang merawat," jelasnya.
Lalu, ia menyoroti jumlah meninggal akibat Virus Corona pada anak.
Dokter Aman mengatakan bahwa kematian pada anak akibat Covid-19 di Asia cukup tinggi.
• Tentang New Normal di Sekolah, Dokter Anak Soroti Herd Immunity: Bersabarlah Dulu
"Namun data yang meninggal di kita juga cukup bermakna, jadi yang kami sangat konsen adalah bahwa dibandingkan dengan negara-negara lain itu kita yang paling bermakna dan tinggi terutama di Asia, kita belum tau di Amerika kapan selesainya."
"Tinggi dibanding di tempat lain yang untuk meninggal," ungkap dokter Aman.
Jumlah Pasien Dalam Pengawasan juga cukup banyak.
"Yang positif itu sampai awal minggu ini 26 dan PDP yang meninggal itu 100 an."
"Jadi kalau diperiksa lebih banyak lagi, tentu lebih banyak lagi yang positif mungkin yang meninggal," kata dia.
Akibatanya, IDAI mengusulkan agar sekolah lebih baik dibuka pada Desember 2020.
"Dengan data-data kemudian, IDAI kemudian mengusulkan agar pendidikan berupa tatap muka diundur ke Desember 2020," tanya presenter.
"Betul bagi kami satu anak meninggalpun tidak boleh di negara kita ini," jawab dokter Aman.
• Soal Ibadah saat New Normal, Jusuf Kalla: Kita Berdosa bila Tidak Beri Kesempatan Orang Salat Jumat
Ia mengatakan, semua komponen data terkait Virus Corona pada anak masih meningkat.
Sehingga, ia meminta agar bisa menjaga anak untuk tetap berada di dalam rumah.
"Jadi ketika kita lihat data kami bahwa ini masih meningkat baik yang PDP maupun yang positif, maupun yang meninggal ini kurvanya masih meningkat."
"Jadi kami menganggap bahwa untuk saat ini anak masih musti di rumah dulu, di rumah dulu, tolong kita lindungi anak Indonesia," imbaunya.
(TribunWow/Elfan Nugroho/Mariah Gipty)