Virus Corona
Ungkap Beda Istilah PSBB dengan Anies, Pakar Kesehatan Soroti Rencana New Normal: Itu Keniscayaan
Dokter Hermawan Saputra mendukung keputusan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang memperpanjang masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
Penulis: Jayanti tri utami
Editor: Atri Wahyu Mukti
TRIBUNWOW.COM - Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat, Dokter Hermawan Saputra mendukung keputusan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang memperpanjang masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
Dilansir TribunWow.com, Hermawan menyebut ada sejumlah hal yang perlu dipertimbangkan jika ingin menerapkan New Normal.
Ia menyebut, New Normal adalah hal yang pasti akan terjadi.
Hal itu disampaikannya dalam kanal YouTube Apa Kabar Indonesia tvOne, Kamis (4/6/2020).

• PSBB DKI Diperpanjang, Dokter Hermawan Saputra Puji-puji Anies Baswedan: Cukup Elegan dan Bijak
• Wagub DKI Jakarta Riza Patria Tegaskan PSBB Transisi Beda dengan New Normal: Ini Lebih Berat
Pada kesempatan itu, mulanya Hermawan menyinggung beda sebutan pelonggaran PSBB antara dirinya dan Anies Baswedan.
"Kalau Anies kan istilahnya pelonggaran PSBB, kalau kami istilahnya kelenturan PSBB," kata Hermawan.
"Dua hal yang berbeda, jadi kelenturan itu bisa bermakna sesekali bisa ketat untuk segmen tertentu tetapi juga bisa kita fleksibelkan."
Lebih lanjut, Hermawan secara gamblang menyatakan New Normal adalah suatu kesnicayaan.
Hal yang terpenting menurutnya yakni ketepatan waktu penerapan New Normal.
"Karena kenormalan baru itu sebuah keniscayaan, enggak mungkin tidak," jelas Hermawan.
"Persoalannya timing, kapan timing yang tepat? Nah kelihatannya Pak Gubernur DKI, Gubernur Jawa Barat dan juga beberapa daerah kabupaten seperti Kabupaten Kerawang, Kota Bogor cukup mendengarkan masukan dari pakar kesehatan."
"Khususnya dari Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia," sambungnya.
Hermawan menambahkan, Virus Corona diperkirakan mencapai puncaknya pada Juni 2020 ini.
• PSBB Diperpanjang, Apakah Anies Sudah Sejalan dengan Pusat? Johnny G Plate: Gubernur yang Lebih Tahu
Karena itu, ia mengimbau semua warga untuk tetap berhati-hati.
"Di mana sebenarnya bulan Juni ini adalah fase transisi yang kita harus hati-hati karena tricky," jelas Hermawan.
"Kenapa tricky? Karena lebaran kemarin, seminggu sebelum dan seminggu sesudah sebenarnya cukup permisif masyarakat kita."
"Ada keramaian di jalanan, macet, mungkin juga tempat-tempat pasar antriannya panjang."
Terkait hal itu, ia pun menyinggung padatnya arus mudik lebaran.
Hermawan menilai, arus mudik turut menyumbang peningkatan Virus Corona di pertengahan Juni 2020.
"Iya, ada yang mudik. Hal-hal ini menyebabkan kasus kita makin akan naik sekitar pekan kedua, ketiga Juni."
"Dan juga dua provinsi besar, DKI dan Jawa Baratnya akan berakhir di pertengahan," tukasnya.
Simak video berikut ini menit ke-2.00:
Masa Transisi DKI Jakarta
Di sisi lain, sebelumnya Pakar epidemiologi Universitas Indonesia, Tri Yunis Miko Wahyuono menyoroti perkembangan Provinsi DKI Jakarta yang akan memasuki masa transisi pembatasan sosial berskala besar (PSBB) terkait Covid-19.
Hal itu dipaparkan melalui tayangan di kanal YouTube tvonenews, menyusul berakhirnya PSBB tahap ketiga berakhir pada Kamis (4/6/2020).
Dalam masa transisi sebelum memasuki normal baru, Tri sebenarnya khawatir angka penularan Virus Corona di DKI Jakarta kembali meningkat.
• Tanggapi Perubahan pasca Corona, Guru Besar UI Minta Kurangi Kesombongan: Masih Untung Ada Teknologi
Hal itu akibat aktivitas sosial yang mulai dilonggarkan sedikit demi sedikit yang membuat interaksi orang ke orang juga meningkat.
Padahal sifat penularan Covid-19 ini ialah dari manusia ke manusia.
"Jadi pada wabah yang sifat menularnya dari orang ke orang, begitu ada kerumunan atau interaksi orang ke orang maka ada kemungkinan akan meningkat," tutur Tri dikutip TribunWow.com.
Selain itu Tri juga menyoroti kontrol aparat terhadap kepatuhan masyarakat pada protokol kesehatan.
Pasalnya, pihaknya menganggap masyarakat tingkat menengah ke bawah sampai saat ini saja masih sulut untuk tertib.
"Apalagi kalau kepatuhan pakai masker, jaga jarak tidak dipastikan. Saya dapat memastikan di Mall yang highclass bisa diatur, tapi yang midle atau bawah itu sulit diatur," kata Tri.
"Masyarakat tingkat rendah tidak peduli kena Covid atau enggak yang penting kita bisa makan, itu yang mesti diperhatikan masyarakat yang seperti itu," lanjutnya.
• Fakta Baru Kasus George Floyd, Dinyatakan Positif Virus Corona sejak April
Selain itu, yang perlu diperhatikan lagi adalah kontrol terhadap angka penularan harian dan mingguan.
Menurutnya, DKI Jakarta mesti mentukan jumlah minimal kasus yang aman untuk senantiasa dikendalikan dan terus ditekan.
Sebab, bila kasus penularan per minggu masih mencapai angka puluhan, itu pun masih bisa mengakibatkan letupan kasus baik PDP maupun ODP masih sangat banyak.
"Sebenarnya perlu ditentukan berapa kasus yang dianggap terkontrol, jadi kalau 60-80 kasus berarti dalam seminggu itu ada 400-600 kasus dan menurut saya masih banyak," ujar Tri.
"Jadi harus ditentukan jumlah minimal yang dapat diamankan oleh DKI Jakarta, misal apakah puluhan kasus? Karena puluhan kasus saja dalam semingu akan mengakibatkan banyak PDP atau ODP, dan itu bukan pekerjaan tidak gampang," tuntasnya. (TribunWow.com)