Breaking News:

Virus Corona

Jelaskan Arti PSBB Sebenarnya, Yurianto: Jangan Digiring Jadi Pembatasan Ekonomi Berskala Besar

Juru Bicara Pemerintah untuk penanganan Virus Corona, Achmad Yurianto memberikan penjelasan terkait maksud PSBB yang sebenarnya.

Youtube/Refly Harun
Pakar Hukum Tata Negara, Refly Harun (kiri) dan Juru Bicara Penanganan Covid-19, Achmad Yurianto di channel YouTube Refly Harun pada Jumat (5/6/2020). Yurianto memberikan penjelasan terkait maksud PSBB yang sebenarnya, tegaskan bukan pembatasan ekonomi. 

TRIBUNWOW.COM - Juru Bicara Pemerintah untuk penanganan Virus Corona, Achmad Yurianto memberikan penjelasan terkait maksud PSBB yang sebenarnya.

Dilansir TribunWow.com, Yurianto mengatakan bahwa PSBB adalah pembatasan sosial berskala besar.

Dirinya menggarisbawahi yang mendapatkan pembatasan utama adalah aktivitas sosial.

Hal ini disampaikan Yurianto dalam tayangan Youtube Refly Harun, Jumat (5/6/2020).

Juru Bicara Pemerintah untuk penanganan Virus Corona, Achmad Yurianto dalam konferensi pers yang tayang di Youtube KompasTV, Minggu (12/4/2020)
Juru Bicara Pemerintah untuk penanganan Virus Corona, Achmad Yurianto dalam konferensi pers yang tayang di Youtube KompasTV, Minggu (12/4/2020) (Youtube/KompasTV)

Bahas Corona dengan Refly Harun, Achmad Yurianto: Banyak yang Tahu, Sok Tahu, dan Pengen Tahu

Yurianto mulanya menjelaskan bahwa awalnya pemerintah masih mengandalkan imbauan kepada masyarakat untuk mengurangi aktivitasnya.

Namun lantaran penyebaran virusnya terus meningkat dan di satu sisi, banyak masyarakat yang tidak mengikuti imbauan tersebut.

Alhasil pemerintah memutuskan memberlakukan PSBB untuk memberikan aturan yang lebih ketat.

"Begitu penularannya secara masif terjadi di banyak tempat, sebarannya cepat, penambahan kasusnya cepat, kemudian juga penularan lokal cepat, maka kita memberikan frame yang berikutnya," ujar Yurianto.

"Oke deh kalau gitu dalam konteks komunitas kita batasi aktivitas sosialnya," imbuhnya.

"Ini kemudian kita sebut sebagai PSBB, pembatasan sosial berskala besar."

Yurianto tidak membenarkan jika PSBB juga diartikan sebagai pembatasan ekonomi berskala besar.

Menurutnya, fokus utama dari PSBB adalah pembatasan sosial karena menyangkut langsung soal aktivitas masyarakat.

Banyak yang Salah Anggapan, Achmad Yurianto Luruskan soal New Normal: Menuju Normal tapi Aman Covid

Meski begitu, Yurianto membenarkan bahwa di dalamnya tentu berhubungan dengan aspek ekonomi maupun pendidikan.

Namun sekali lagi dirinya menegaskan bukan berati adanya pembatasan ekonomi.

"Tolong ini jangan digiring menjadi pembatasan ekonomi berskala besar," kata Yurianto.

"Ini sosial kepada semua aspek, sudah barang tentu aspek ekonomi iya, aspek pendidikan iya, aspek sosial iya," jelasnya.

"Tetapi jangan kemudian diframe seakan-akan ini pembatasan ekonomi," tegasnya.

Sementara itu menyinggung soal adanya relaksasi, maka yang mendapatkan relaksasi adalah aktivitas sosial.

Sedangkan untuk ekonomi dijelaskan memang dari awal tidak dilakukan pembatasan.

"Jadi kalau sekarang relaksasi ya relaksasi ekonomi, tidak seperti itu," terangnya.

"Bukan pembatasan-pembatasan ekonomi," tutup pria yang juga menjabat sebagai Dirjen di Kementerian Kesehatan.

Tahapan Pembukaan Aktivitas di Jakarta selama PSBB Transisi, Pusat Perbelanjaan Dibuka Pekan Ketiga

Simak videonya mulai menit ke- 10.46:

Achmad Yurianto: Kalau Pesimis yang Selesaikan Negara Ini Siapa?

Sebelumnya, Achmad Yurianto menegaskan pemerintah tidak akan berpandangan pesimis dalam menangani Covid-19. 

Hal itu diungkapkan Achmad Yurianto saat ditanya oleh Pakar Hukum Tata Negara, Refly Harun melalui channel YouTube Refly Harun yang tayang pada Jumat (5/6/2020).

Achmad Yurianto alias Yuri menjawab bahwa pemerintah optimis dalam menangani Virus Corona.

 UPDATE Virus Corona di Dunia, Jumat 5 Juni 2020: Kasus AS Lebihi 1,9 Juta Jiwa, Brasil di Posisi 2

Yuri menganggap apa yang dilakukan sudah sesuai dengan jalur yang benar.

"Kalau kita lihat per hari ini Pak Yuri sebenarnya angka pandemi ini menunjukkan gejala yang optimistik atau pesimistik sebenarnya?," tanya Refly.

"Ya kalau kita lihat khusus Indonesia, tidak melihat dunia, khusus di Indonesia maka kita lihat bahwa kita sudah on the right track dalam kaitan penanganannya."

"Artinya tidak ada sisi untuk mengatakan harus pesimis, kalau kita mengatakan pesimis yang menyelesaikan negara ini siapa," ujar Yuri.

Meski optimis, Yuri sadar bahwa pemerintah mau tak mau belajar sambil mengatasi masalah Virus Corona karena pandemi ini baru pertama kali terjadi.

"Apakah kita harus panggil EO (Event Organizer) dari luar negeri? Jadi tidak ada pesimistik tetapi kita menyadari sepenuhnya bahwa kita belum punya pengalaman."

"Ini kan learning by doing, kan sebelumnya belum pernah ada bencana yang serupa," ungkapnya.

 Epidemiolog UI: Masyarakat Tingkat Rendah Dia Enggak Peduli Kena Covid-19, yang Penting Saya Makan

Kemudian, Yuri menegaskan bahwa bencana Covid-19 ini jauh berbeda dengan bencana-bencana lain yang sebelumnya sudah berulang kali terjadi di Indonesia, seperti gunung meletus hingga gempa bumi.

"Ini beda kalau kita misalnya dihadapkan dengan bencana gunung api misalnya, kita sudah memiliki pengalaman banyak tentang gunung api."

"Gempa setidak-tidaknya kita punya bekal untuk pernah menghadapi di berbagai tempat, banjir juga," jelas dia.

Yuri menambahkan, penanganan Covid-19 ini sudah sesuai dengan undang-undang.

"Tetapi terkait dengan Covid-19 ini baru pertama kali terjadi untuk kemudian kita kelola dengan struktur organisasi sesuai mandat undang-undang," ungkapnya.

(TribunWow/Elfan Nugroho/Mariah Gipty)

Tags:
Virus CoronaAchmad Yuriantopembatasan sosial berskala besar (PSBB)
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved