Virus Corona
Di Mata Najwa, Guru Besar UI Ungkit Kebiasaan Warga sebelum Corona: Kesombongan Harus Diturunkan
Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnsis (FEB) UI Rhenald Kasali menyebut Virus Corona memberikan banyak pelajaran untuk masyarakat Indonesia.
Penulis: Jayanti tri utami
Editor: Claudia Noventa
TRIBUNWOW.COM - Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnsis (FEB) Universitas Indonesia (UI), Rhenald Kasali menyebut Virus Corona memberikan banyak pelajaran untuk masyarakat Indonesia.
Dilansir TribunWow.com, Rhenald menyatakan Virus Corona memaksa masyarakat untuk menurunkan kesombongan.
Terkait hal itu, ia pun menyinggung soal kondisi pendidikan hingga kebiasaan masyarakat bersenang-senang sebelum Virus Corona melanda.

• PSBB Jakarta Diperpanjang, Anies Baswedan Putuskan Bulan Juni Masa Transisi: Ada yang Masih Merah
• BREAKING NEWS: PSBB di Jakarta Diperpanjang, Anies: Menetapkan Bulan Juni Ini sebagai Masa Transisi
Dalam tayangan Mata Najwa, Rabu (4/6/2020), Rhenald mengatakan Virus Corona menjadi refleksi bagi seluruh masyarakat Indonesia.
"Yang nomor satu adalah tinggi hari kita harus direndahkan jadi itu banyak refleksi yang terjadi di situ," kata Rhenald.
Selama pandemi berlangsung, kegiatan belajar mengajar dilakukan secara daring.
Karena itu, Rhenald menilai hal itu menjadi poin lebih Virus Corona.
"Sekolah, sekolah sudah mendapat kritik cukup lama yang selama ini enggan menerapkan tekonologi, kali ini dipaksa dengan teknologi," jelas Rhenald.
Tak hanya itu, ia pun menyoroti banyaknya aktivitas di luar rumah yang menjadi terhambat akibat Virus Corona.
Menurut Rhenald, kini masyarakat tak bisa leluasa bepergian untuk berwisata meski memiliki cukup uang.
• Gus Miftah Tanggapi Pertanyaan Takut Corona atau Allah, Najwa Shihab Tertawa: Bisa Diulang Enggak?
"Kemudian senang-senang, senang-senang kita perjalanan ke luar negeri, ke luar kota semuanya tiba-tiba terhambat," ujar Rhenald.
"Harga yang murah tidak bisa kita beli, tiba-tiba seperti itu."
Lantas, Rhenald menyebut kesehatan tak bisa dibeli dengan uang sebanyak apapun.
"Masih untung kita ada teknologi. Kesehatan, kita berpikir juga bisa kita beli," imbuhnya.
Melanjutkan penjelasannya, Rhenald mengatakan saat ini obat yang paling ampuh untuk menangkal Virus Corona yakni dengan menjaga kesehatan tubuh.
Sejumlah tindakan pencegahan disebutnya perlu untuk bisa melindungi diri dari paparan virus yang berasal dari Wuhan, China itu.
"Sekarang obatnya adalah daya imunisasi kita, kemudian pencegahan dan lain sebagainya," ungkapnya.
"Jadi saya kira kesombongan ini harus kita turunkan."
Simak video berikut ini menit ke-1.55:
Gus Miftah Komentari soal Corona
Pada kesempatan itu, hadir pula Pengasuh Pondok Pesantren Ora Aji, Sleman, Gus Miftah.
Gus Miftah mengaku tak sependapat saat Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta masyarakat berdamai dengan Virus Corona.
Dilansir TribunWow.com, Gus Miftah menyatakan ajakan berdamai dengan Virus Corona itu justru menunjukkan kegamangan pemerintah.
Ia juga menduga sejumlah penyebab hingga presiden mengajak masyarakat berdamai dengan virus yang telah menewaskan ribuan orang di Indonesia itu.
• Tanggapi soal Jokowi dan Menkominfo Dinyatakan Melanggar Hukum, Refly Harun: Kita akan Klepek-klepek
Pada kesempatan itu, mulanya Gus Miftah menyebut Virus Corona tak akan hilang dari muka bumi.
"Saya pikir begini, virus ini harus dipahami bahwa virus ini tidak akan hilang sama sekali, akan tetap ada," ucap Gus Miftah.
"Artinya keberadaannya tidak akan hilang sama sekali."
Gus Miftah menyebut, keberadaan Virus Corona justru memaksa wearga untuk peduli dengan kebersihan.
Ia pun secara gamblang menyatakan tak setuju dengan istilah berdamai dengan Virus Corona.
"Islam kenapa kemudian mengajarkan kita untuk kebersihan? Maka kita sering mendengar kebersihan itu sebagian dari iman," kata Gus Miftah.
"Saya pribadi kurang sepakat dengan istilah berdamai dengan virus."
Menurut dia, istilah berdamai bisa digunakan jika kedua pihak memiliki kemauan yang sama.
Hal itulah yang disebutnya masih menjadi tanya hingga kini.
• Semakin Parah, Kota Surabaya Berubah Jadi Zona Hitam Corona, 127 Anak dan Balita Positif Covid-19
Pasalnya, tak ada yang mengetahui kapan Virus Corona mau berdamai dengan seluruh warga di Indonesia.
"Kalau saya berdamai dengan Mbak Nana (Najwa Shihab -red), itu ada kemauan dari saya, ada kemauan dari Mbak Nana," ucapnya.
"Kalau kita berdamai dengan virus, pertanyaannya kita mau berdamai, apakah virusnya mau berdamai? Ini jadi ambigu bahasa ini."
Lantas, Gus Miftah justru menilai ajakan berdamai dengan Virus Corona menjadi wujud kegamangan pemerintah.
Ia pun menyinggung soal keterbatasan anggaran pendapatan belanja negara (APBN) hingga memaksa pemerintah mengizinkan warga mulai bekerja.
"Ketika pemerintah mengeluarkan kalimat berdamai dengan Corona, maka saya lihat seperi kekhawatiran atau kegamangan pemerintah," tutur Gus Miftah.
"Sehingga kemudian apakah berlatarbelakang ABPN tidak cukup, rakyat harus segera bekerja, lalu ada istilah damai dengan Corona."
Lebih lanjut, Gus Miftah menyebut pemerintah selayaknya meminta warga untuk lebih waspada ketimbang berdamai dengan Virus Corona.
Misalnya, dengan menjaga kebersihan dan menaati semua imbauan soal penanganan Virus Corona.
"Mungkin akan lebih tepat jika kita menggunakan harus lebih waspada," kata dia.
"Jadi kalau hidup bersih, sesuai tuntunan agama sebagai style, pahami, sosialisasikan arti protokoler kesehatan, memeprketat pelaksanaan."
"Saya pikir itu lebih bisa diterima oleh akal daripada bahasa berdamai dengan Corona," tukasnya. (TribunWow.com)