Virus Corona
Lacak Pola Kasus di Surabaya, Risma Akui Ada Keterlambatan Sarana: Penyebarannya dalam Keluarga
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengungkapkan pola penyebaran kasus Virus Corona (Covid-19) yang terjadi di wilayahnya.
Penulis: Brigitta Winasis
Editor: Maria Novena Cahyaning Tyas
TRIBUNWOW.COM - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengungkapkan pola penyebaran kasus Virus Corona (Covid-19) yang terjadi di wilayahnya.
Dilansir TribunWow.com, hal itu ia sampaikan saat dihubungi dalam tayangan Kompas TV, Senin (1/6/2020).
Seperti diketahui, Surabaya kini menjadi episentrum penyebaran kasus Covid-19 di Jawa Timur.

• Ungkap Tingkat Penyebaran Covid-19 di Surabaya Sebenarnya Masih Terkendali, Risma: Karena Ada Target
Dalam tayangan tersebut, Risma menyebutkan kepadatan Kota Surabaya turut menjadi faktor mudahnya penyebaran virus.
Selain itu, banyak pula pendatang dan pemudik yang datang dari luar Surabaya.
Risma kemudian mencoba membuat peta pola penyebaran kasus di Surabaya.
"Saya mencoba membuat mapping, misalkan di kawasan Surabaya Utara," kata Tri Rismaharini.
"Saya membuat pemetaan di mana titik-titik lokasi penderita atau pasien," jelasnya.
Ia kemudian melihat kondisi lingkungan di sekitar pasien terduga penderita Covid-19.
"Saya melihat kondisi kawasan perumahan itu seperti apa," kata Risma.
Apabila ada seorang pasien yang diduga terkena Virus Corona, maka puskesmas setempat akan melakukan tracing terhadap orang-orang terdekat pasien itu.
"Hasil tracing dari puskesmas, jadi misalkan seseorang berinisial A terkena penyakit, maka puskesmas melakukan tracing di mana dia pergi," papar Risma.
"Kemudian dengan siapa mereka bertemu," lanjutnya.
Selanjutnya orang-orang tersebut akan dikelompokkan menjadi orang tanpa gejala (OTG), orang dalam pemantauan (ODP), pasien dalam pemantauan (PDP), dan orang dalam risiko (ODR).
• Pamitan pada Warga di Hari Jadi Kota Surabaya ke-727, Tri Rismaharini Ucap Maaf dan Sampaikan Pesan
Dari penelusuran tersebut dapat disimpulkan umumnya orang yang tertular Virus Corona sebelumnya pernah berinteraksi dengan pasien positif.
"Setelah itu kita akan jadikan mereka semua kelompok di OTG, ODP, PDP, dan ODR," kata Risma.
"Dari situ kemudian kita bisa melihat selama 4 bulan ini penambahan positif itu masih di dalam koridor pasien tadi," lanjutnya.
Mengetahui fakta tersebut, Risma mengaku tidak kaget.
Ia menyebutkan orang-orang yang masuk dalam gejala tadi harus segera dipisahkan agar tidak semakin menyebarkan virus.
"Kenapa seringkali saya tidak kaget, karena sebetulnya saat awal dia terkena, dia harus bisa dipisahkan dengan lingkungan terdekat keluarganya maupun lingkungan yang lebih besar lagi," jelasnya.
Ia mengakui mengalami kendala sarana tes yang terlambat datang.
"Permasalahannya adalah saat itu kami terlambat untuk mendapatkan sarananya. Untuk tes dan lain-lain kami terlambat," ungkap Wali Kota Surabaya tersebut.
Risma mengungkapkan fakta penyebaran lain, yakni umumnya virus menular antaranggota keluarga.
"Penyebarannya kalau dilihat di Surabaya itu penyebarannya di dalam keluarga," paparnya.
"Itu mereka langsung kita isolasi meskipun belum kita tahu positif atau tidak," lanjut dia.
"Jadi penyebarannya sebetulnya masih di dalam keluarga mereka," tambah Risma.
• Khofifah Buka Suara soal Masalah Mobil PCR yang Sebabkan Risma Ngamuk, Singgung Angka Kematian PDP
Lihat videonya mulai menit 5:50
Klaster Baru di Situbondo
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengungkapkan adanya klaster baru penyebaran Virus Corona (Covid-19) di wilayahnya.
Dilansir TribunWow.com, hal itu ia sampaikan dalam acara Kabar Siang di TvOne, Senin (1/6/2020).
Seperti diketahui, Provinsi Jawa Timur menjadi wilayah kedua terbanyak yang memiliki kasus positif Covid-19 dengan jumlah total 4.922 pasien per Senin (1/6/2020) malam.
• Gaduh Rebutan Mobil PCR antara Risma dan Pemprov Jatim, PDIP Minta Khofifah Lebih Bijak
Khofifah mengungkapkan ada kemungkinan klaster baru dengan ditemukannya 31 kasus positif di Situbondo.
"Kita waktu itu menemukan titik di mana mereka melakukan salat tarawih dan tidak physical distancing dan rapid test," kata Khofifah Indar Parawansa.
Ia mengaku kaget saat mengetahui fakta munculnya klaster baru di wilayah tersebut.
"Ini kita dapatkan lagi yang kemarin dari Situbondo ini agak kaget. Meskipun saya sudah konfirmasi bahwa ini kemungkinan akan ada klaster baru," ungkap Khofifah.
"Kemarin keluar hasil PCR-nya, ada tambahan 31 kasus baru di Situbondo," jelasnya.
Berdasarkan hasil tracing, terungkap pasien adalah anggota jemaah salat tarawih di sebuah masjid.
Saat itu para jemaah tersebut tidak menerapkan jaga jarak sebagai bagian dari protokol kesehatan.
"Itu juga karena klaster di mana hasil tracing-nya mereka tidak dalam posisi physical distancing pada saat mereka ibadah salat tarawih," papar Khofifah.

• Kasus Baru Virus Corona Jatim Melonjak, Emil Dardak: 76 Persen Pasien Tak Merasa Terjangkit Covid-19
"Yang terkonfirmasi awal mereka bekerja di rumah, lalu kemudian mereka mengikuti salat tarawih berjemaah di masjid," lanjutnya.
Dari jumlah hasil positif tersebut, ditetapkan daerah di Situbondo ini menjadi klaster baru.
"Setelah kemudian di-tracing lagi, beberapa jemaah di rapid test dan swab, akhirnya ketemulah yang positif tambahan baru di Situbondo 31," jelas Khofifah.
Melihat pertambahan jumlah yang signifikan itu, Khofifah menyebutkan langsung melakukan telaah.
Menurut Khofifah, perlu segera disiapkan rumah sakit untuk menampung para pasien.
Selain itu, ia menilai perlu disiapkan skema apabila rumah sakit di Situbondo dan Jember tidak mampu menampung pasien Covid-19.
"Hasil tracing kita lihat kembali untuk melakukan proses intervensi yang kira-kira paling efektif," katanya.
"Misalnya kita bisa melihat ketersediaan rumah sakit di Situbondo. Berarti kalau mereka positif, harus segera dibawa ke layanan terdekat," lanjut Khofifah.
"Kalau Jember tidak memungkinkan, harus dibawa ke Surabaya," tambahnya. (TribunWow.com/Brigitta Winasis)