Breaking News:

Terkini Nasional

Dosen UII Diteror, Hendri Satrio Singgung Kata Mahfud MD: Ngeri Orangnya Juga kalau Diterusin

Pengamat Komunikasi Politik, Hendri Satrio mendesak pemerintah segera menangkap pelaku teror terhadap dosen Universitas Islam Indonsia (UII).

Penulis: Jayanti tri utami
Editor: Maria Novena Cahyaning Tyas
YouTube Apa Kabar Indonesia tvOne
Pengamat Komunikasi Politik, Hendri Satrio dalam kanal YouTube Apa Kabar Indonesia tvOne, Sabtu (30/5/2020). Hendri Satrio mendesak pemerintah segera menangkap pelaku teror terhadap dosen Universitas Islam Indonsia (UII). 

TRIBUNWOW.COM - Pengamat Komunikasi Politik, Hendri Satrio mendesak pemerintah segera menangkap pelaku teror terhadap dosen Universitas Islam Indonesia (UII).

Dilansir TribunWow.com, teror tersebut merupakan buntut dari seminar mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (UGM) yang akhirnya batal diselenggarakan.

Diketahui, seminar tersebut mengangkat tema pemecatan presiden di masa pendemi Virus Corona.

Terkait hal itu, Hendri Satrio lantas mengungkap manfaat penangkapan pelaku teror terhadap karier Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Angkat Tema Pemecatan Presiden, Anggota Diskusi Diteror dan Rumah Pembicara Digedor Pria tak Dikenal

Pernyataan tersebut disampaikannya melalui kanal YouTube Apa Kabar Indonesia tvOne, Sabtu (30/5/2020).

"Tadi di awal saya berikan bahwa ada persepsi di pemerintahan Pak Jokowi itu ada tiga hal tadi yang tidak menjadi fokus utama, demokrasi, pemberantasan korupsi dan penegakan HAM," ucap Hendri.

Lebih lanjut, Hendri pun menyinggung pernyataan Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD.

Menurut dia, jika Menko Polhukam sudah turut angkat bicara, seharusnya pelaku teror bisa dengan mudah ditangkap.

"Makanya dengan kondisi seperti ini, apalagi tadi Pak Menko Polhukam sudah bicara, KSP sudah bicara," ucap Hendri.

"Harusnya peneror ini tidak sulit lagi untuk ditemukan."

Terkait hal itu, Hendri menyebut Jokowi bisa mendapat untung jika pelaku teror segera ditangkap.

Pakar UI Anggap Keputusan Jokowi soal New Normal Bisa Berbahaya: Masyarakat Sakit Siapa yang Kerja?

Menurutnya, citra baik Jokowi bisa segera pulih jika hal itu dilakukan.

"Pentingnya apa peneror ini ditemukan? Yang pertama persepsi bahwa Jokowi mencintai demokrasi itu kembali," kata dia.

"Kemudian yang kedua tidak ada lagi yang semena-mena terhadap sebuah kegiatan akademis yang memberikan kritikan membangun buat pemerintah."

Hendri mengatakan, kekhwatiran pasti dirasakan korban teror.

Meski Mahfud MD menyebut teror itu tak berarti penting, ia menilai rasa takut tetap dirasakan korban.

"Tapi kan ngeri orangnya juga kalau diterusin, orang ancamanan-ancamannya sudah sangat dalam, pembunuhan loh."

"Ya deg-degan, takutlah itu pastinya."

"Kan enggak seru juga ngomong secara verbal tapi kemudian mengancam nyawa, makanya harusnya ini cepat ditangani."

Karena itu, Hendri mendesak pemerintah segera menangkap peneror dosen UII tersebut.

Selain untuk memberikan rasa aman, Hendri menilai penangkapan peneror itu bisa menjadi bukti bahwa pemerintah tak terlibat.

"Dan kita bisa menilai apakah pemerintah terlibat atau tidak itu dari cepat atau tidaknya penanganan kasus ini."

"Lah sampai sekarang kan belum ketahuan," pungkasnya.

Disebut Refly Harun Lawan Jokowi Pasca Dicopot bersama Anies, Sudirman Said: Urusan yang Menafsirkan

Simak video berikut ini menit ke-6.30:

Kritik Refly Harun

Di sisi lain, sebelumnya Pakar Hukum Tata Negara Universitas Gadjah Mada (UGM), Zainal Arifin Mochtar angkat bicara soal kabar batalnya seminar bertajuk pemakzulan presiden di masa pandemi Virus Corona.

Dilansir TribunWow.com, Zainal Arifin Mochtar menanggap pembatalan seminar tersebut menjadi wujud tak diizinkannya warga berbeda pendapat dengan pemerintah.

Ia bahkan menyinggung soal pihak yang sengaja menghalangi publik mengkritik pemerintah.

Hal itu disampaikan Zainal Arifin dalam kanal YouTube Refly Harun, Minggu (31/5/2020).

Kecewa soal Rangkap Jabatan Wamen, Refly Harun Puji Susi-Erick Thohir: Mereka Rela Hilang Kesempatan

Pada kesempatan itu, sebelumnya Pakar Hukum Tata Negara Refly Harun meminta pendapat Zainal soal kebebasan berpendapat di era sekarang.

Menurut Refly, pembicaraan soal kebebasan seharusnya bahkan sudah selesai diperdebatkan sejak era reformasi.

Karena itu, Refly menganggap situasi yang kini terjadi begitu horor.

"Di republik ini Bung merasa enggak sesungguhnya kok sepertinya kita masih berkutat soal-soal yang sifatnya harusnya kita sudah selesai sejak reformasi," kata Refly.

"Yaitu kebebasan berserikat, berkumpul serta mengeluarkan pendapat baik secara lisan maupun tulisan. Bung merasa enggak sepertinya kok ada suasana horor dalam hal itu saat ini?"

Menanggapi pertanyaan Refly, Zainal lantas menyoroti kebijakan yang seolah melarang publik berbeda pendapat dengan pemerintah.

Menurut Zainal, kebebasan berpendapat seharusnya menjadi hak penuh publik.

"Saya mengatakan begini, jadi berbeda pendapat ini seakan-akan menjadi bid'ah, lalu kemudian orang penganjur bid'ah ini harus masuk neraka," ujar Zainal.

"Padahal menurut saya seharusnya kebabasan itu bagian penting sepanjang kemudian tidak ada pemaksaan dan lain sebagainya."

Refly Harun Sindir Rangkap Jabatan 3 Wamen: Gaji Pembantu Menteri Tak Ada Apa-apanya dari Dirut BUMN

Lantas, Zainal menyinggung adanya pihak yang sengaja mencegah publik untuk berpendapat.

"Memang yang harus diperbincangkan ini siapa sih sebenarnya yang sangat anti-demokrasi?." ucap Zainal.

"Karena kan kalau kita kemudian merujuk ini pasti negara, ini pasti aparat, kan belum tentu juga."

Terkait hal itu, Zainal pun menyoroti Farid Gaban yang mengkritik Menteri Koperasi dan UMKM, Teten Masduki.

Menurut Zainal, terdapat kejanggalan dalam kasus tersebut karena ada pihak yang melaporkan Farid Gaban ke kepolisian.

"Karena saya melihat ada gerakan yang tidak pas, seringkali misalnya Mas Farid Gaban mengkritik Teten," ucap Zainal.

"Yang itupun Teten enggak ada masalah, lalu ada orang yang melaporkan."

Menanggapi hal itu, Zainal mencurigai adanya pihak yang sengaja membuat citra negara buruk dengan melakukan sejumlah pengancaman.

"Jadi kita belum tentu mengatakan ini wajah negara, bisa jadi ada orang yang memang bertindak itu."

"Bisa jadi ada yang menunggangi itu, bahkan misalnya saya bilang bisa jadi loh ada yang mau menjelekkan negara dengan melakukan pengancaman," tandasnya. (TribunWow.com)

Tags:
Universitas Islam Indonesia (UII)Universitas Gadjah Mada (UGM)Mahfud MD
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved