Virus Corona
Nilai Keputusan Jokowi soal PSBB Belum Dicabut Sudah Benar, Qodari: Tapi yang Uji Coba Jangan Beliau
Pernyataan-pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) selama pandemi Covid-19 sering direspon negatif.
Penulis: Mariah Gipty
Editor: Atri Wahyu Mukti
TRIBUNWOW.COM - Pernyataan-pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) selama pandemi Covid-19 tak jarang justru direspons negatif oleh sebagian pihak.
Misalnya soal wacana pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Meski baru wacana dan bukan keputusan, Jokowi tetap sering mendapat respons kurang baik dari masyarakat.

• Belum New Normal, Ridwan Kamil Sebut Daerah Jabar Ini Perpanjang PSBB: Sampai 4 Juni Ikut Jakarta
Dilansir TribunWow.com dari channel YouTube Kompas TV pada Kamis (28/5/2020), Direktur Utama Indo Barometer, M Qodari menilai keputusan presiden soal belum mencabut PSBB sudah benar.
Namun, ia menyayangkan soal Jokowi turun langsung meninjau persiapan New Normal di Summarecon Mall, Bekasipada Selasa (26/5/2020).
"Pak Jokowi itu sudah benar, jadi Beliau itu mengatakan PSBB itu belum dicabut."
"Bahwasannya ini sedang disusun, ini sedang diuji coba, ya yang uji coba jangan Beliau," ujar Qodari.
Namun terkait wacana maupun yang sudah menjadi kebijakan tetap harus dijelaskan oleh Jokowi.
"Jangan beliau, harus diucapkan, ini artinya pengantar kepada masyarakat," lanjutnya.
Lalu, Qodari menegaskan benar bahwa masalah pemerintah bukan hanya Covid-19.
Ada pula masalah kelaparan dan kerusuhan yang mengancam.
"Saya lanjutkan lagi ini, Bung Endi begini yang dihadapi pemerintah ini bukan cuma Covid-19 tapi juga kelaparan dan kerusuhan begitu."
"Nah itu yang harus disampaikan pada masyarakat, itu kan tidak sampai seperti yang disampaikan oleh Bang Ade," kata dia.
• Anggap Kejam, M Qodari Kritik Pihak yang Biarkan Jokowi Tinjau Mal: Suruh Terjun ke Lapangan Ranjau
Menurut Qodari diperlukan komunikasi yang jelas dari pemerintah sehingga tidak menimbulkan persepsi seakan-akan pemerintah mengabaikan masalah kesehatan.
"Jadi seolah-olah pemerintah ini maunya cepat-cepat buka ekonomi memperjuangkan kelompok menengah, kelompok pengusaha, dan melupakan unsur kesehatan."