Virus Corona
Kembali Tegaskan PSBB Tidak Dilonggarkan, Achmad Yurianto Singgung Sikap Jokowi: Ada Dua Aspek
Juru Bicara Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto menegaskan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) tidak akan dilonggarkan.
Penulis: Brigitta Winasis
Editor: Ananda Putri Octaviani
TRIBUNWOW.COM - Juru Bicara Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto menegaskan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) tidak akan dilonggarkan.
Seperti diketahui, sejumlah daerah masih menerapkan PSBB untuk mencegah penyebarna Virus Corona (Covid-19).
Meskipun begitu, wacana pelonggaran PSBB mulai beredar dan akan digantikan new normal yang disebut sebagai cara hidup baru sesudah pandemi.

• Dampingi Jokowi Siapkan The New Normal, Anies: Yang Menentukan PSBB Diperpanjang Bukan Pemerintah
Dilansir TribunWow.com, Achmad Yurianto menanggapi isu pelonggaran PSBB tersebut.
"Terlalu mendramatisir," komentar Achmad Yurianto, dalam acara Fakta di TvOne, Senin (25/5/2020).
Ia menjelaskan rencana pelonggaran PSBB baru sebatas skenario.
"Ini skenario yang dikembangkan pemerintah dan ini yang kemudian kita pikirkan," kata Yurianto.
"Paling tidak untuk bicara saat ini, hari ini, belum ada relaksasi PSBB sampai dengan saat ini," tegasnya.
Yurianto menyebutkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga selalu menegaskan agar pemerintah daerah menaruh perhatian penuh terhadap pelaksanaan PSBB.
"Bahkan presiden memerintahkan seluruh kepala daerah untuk meningkatkan pengendalian PSBB yang nanti diukur dari pertambahan kasus dan sebagainya," kata Yurianto.
Yurianto mengatakan saat ini fokus pemerintah adalah upaya menurunkan angka kasus positif.
"Kita berbicara skenarionya sekarang, bagaimana kita akan menurunkan," paparnya.
• Viral Sosok Pria di Bandung Ngamuk Ditegur Petugas PSBB Ternyata Polisi, Berujung Dimutasi
Selain itu, ada kriteria yang harus dilihat sebelum pelonggaran PSBB.
Kriteria tersebut adalah dari segi kesehatan dan kondisi ekonomi.
"Kita akan mulai melakukan kajian dengan dua aspek," kata Yurianto.
"Satu, aspek epidemiologi penyakit. Kalau penyakitnya sudah penyebarannya tidak meluas lagi dan pertambahannya sudah tidak terlalu signifikan lagi," paparnya.
Angka kematian yang menurun juga menjadi faktor pertimbangan.
"Kedua, apabila kemudian sistem ekonomi sosial masyarakat juga kita pulihkan, maka kita mulai berpikir mari kita bolehkan," lanjutnya.
Meskipun begitu, apabila faktor-faktor tersebut dipenuhi bukan berarti PSBB dapat dilonggarkan sepenuhnya.
"Bukan dicabut (PSBB)," tegas Yurianto.
Ia memberi contoh negara lain yang sudah melonggarkan lockdown, yakni New Zealand.
Yurianto menyebutkan aktivitas masyarakat tidak sepenuhnya dibebaskan meskipun sudah tidak lockdown.
"Seperti di New Zealand, mal boleh buka hanya dengan 60 persen toko," ungkap Yurianto.
"Masuknya pun dibatasi dan food court tidak boleh buka," lanjut dia.
• PSBB Berpotensi Diperpanjang, Anies Baswedan Ungkap Tiga Faktor: Kita Mengulang Proses Kemarin
Lihat videonya mulai menit 3:30
Faktor PSBB Bisa Diperpanjang
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menjelaskan faktor-faktor yang membuat Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dapat diperpanjang.
Dilansir TribunWow.com, hal itu ia sampaikan dalam konferensi pers Gugus Tugas Penanganan Covid-19 yang ditayangkan Kompas TV, Senin (25/5/2020).
Anies Baswedan juga menekankan pentingnya kedisiplinan masyarakat, terutama dalam suasana Idul Fitri.
• Pemudik akan Kesulitan Kembali ke Jakarta, Anies Baswedan Tegas Tak Izinkan Masuk Selama PSBB
Sebelumnya, PSBB sempat diperpanjang periode ketiga sampai 4 Juni 2020.
"Perpanjangan ini adalah masa menentukan," kata Anies Baswedan.
Ia menyebutkan tiga kriteria yang dapat menjadi syarat PSBB benar-benar selesai di DKI Jakarta.
Faktor tersebut meliputi jumlah kasus positif, kasus baru, dan reproduction number yang menunjukkan potensi penularan virus.
"Bila di hari-hari ini penularan di Jakarta menurun, angka kasus baru menurun," papar Anies Baswedan.
"Kemudian yang biasa digunakan ahli Epidemiologi reproduction number, angkanya di Jakarta sekitar satu," lanjutnya.
Seusai faktor-faktor tersebut ditentukan, maka akan dimulai cara hidup baru yang disebut sebagai new normal.
"Apabila turun di bawah satu, maka mulai sesudah tanggal 4 Juni kita bisa melakukan transisi menuju normal baru," kata Anies.
Ia kemudian menyinggung faktor kedisiplinan masyarakat yang penting dalam menekan penyebaran Virus Corona.
Menurut dia, apabila masyarakat tetap tidak disiplin maka ada kemungkinan PSBB harus diperpanjang.

• Belum Siap New Normal, dr Erlina Minta Jangan Bandingkan Negara Lain: Kita Tidak Bicara Jakarta
"Tetapi bila hari-hari ke depan angkanya meningkat karena kita mulai bebas, mulai bepergian, tidak disiplin menggunakan masker, tidak disiplin cuci tangan," papar Anies.
"Ada potensi kita harus memperpanjang, seakan mengulang proses yang kita kerjakan kemarin," lanjutnya.
"Ini yang sudah kita kerjakan di Jakarta," tambah Anies Baswedan.
Ia menyoroti situasi pandemi saat ini yang berbarengan dengan Ramadan dan Idulfitri.
"Lalu kita sekarang berhadapan dengan situasi yang cukup unik. Di masa akhir perpanjangan PSBB ini bersamaan musim mudik dan musim arus balik," katanya. (TribunWow.com/Brigitta Winasis)