Virus Corona
Curhat Perawat di RSUD Hasan Basry Kandangan yang Tak Bisa Lebaran: Mulai Belajar Memakluminya
Perawat di RS H Hasan Basry Kandangan mengungkapkan pengalamannya saat bertugas untuk tangani pasien Covid-19 di tengah suasana lebaran.
Editor: Ananda Putri Octaviani
Orangtua, serta pihak keluarga sendiri, kata Maulama merasa sedih, saat mengetahui lebaran ini tak bisa kumpul bersama keluarga besar.
Apalagi, sudah tiga bulan tak bisa pulang.
Namun, mereka senantiasa memberikan support dan mendoakannya, agar selalu sehat, terhidar dari virus berbahaya itu.
Untuk melepas rindu dengan orang tua, saudara dan keluarga, hanya bisa dilakukan melalui video call, atau video conference melalui telepon gengam.
Diakui Maulana, sebagai petugas perawat di ruang ICU, dia tak berhadapan langsung dengan pasien Covid-19, karena pasien Covid dirawat di ruang isolasi.
• Momen Reuni Lebaran Dokter Wisma Atlet, Tertawa Kaget Dengar Suara Orangtua: Mama Ya?
Namun, semua perawat di RSHHB, tetap harus waspada dan tiap bertugas wajib menggunakan Alat Pelindung DIri (APB) lengkap.
JIka ada pasien positif, atau menunjukkan gejala awal dan harus dirawat di ruang isolasi.
Namun, ada juga kasus pasien di ruang ICU yang saat dirafid tes, hasilnya reaktif, sehingga sebagai perawat diapun wajib pakai APD.
APD boleh dilepas, hanya saat jam istirahat.
Dia dan teman-temannya sesama tenaga medis berharap, pandemik ini segara berakhir.
Selain itu ia harap masyarakat juga senantiasa menaati protokol kesehatan demi mencegah penyebaran Covid-19 yang pemutusan mata rantainya bisa dilakukan dengan kesadaran bersama menaati protokol tersebut.(Banjarmasinpost.co.id/Hanani)
Artikel ini telah tayang di banjarmasinpost.co.id dengan judul Kisah Tenaga Medis Layani Pasien di RS H Hasan Basry Kandangan, Tiga Bulan Tak Pulang ke Rumah