Virus Corona
Curhat Perawat di RSUD Hasan Basry Kandangan yang Tak Bisa Lebaran: Mulai Belajar Memakluminya
Perawat di RS H Hasan Basry Kandangan mengungkapkan pengalamannya saat bertugas untuk tangani pasien Covid-19 di tengah suasana lebaran.
Editor: Ananda Putri Octaviani
TRIBUNWOW.COM - Tak bisa pulang ke rumah, saat lebaran Idul FItri, di saat semua orang berkumpul keluarga, bukan hal baru bagi tenaga medis.
Terlebih selama masa pandemik Covid-19.
Mereka harus rela berlebaran di rumah sakit, mendampingi dan melayani pasien-pasien.

• Berlebaran di Wisma Atlet, Perawat Pasien Covid-19: Sebenarnya Kita Itu Lelah, Cuman Tanggung Jawab
Baik pasien biasa maupun pasien PDP atau positif terpapar.
Hal itu juga dialami perawat di RS H Hasan Basry Kandangan, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Muhammad Maulana (24).
Perawat muda ini, bertugas di ruang ICU, RSHHB.
Lebaran tahun ini, dia pun kebagian tugas standby di rumah sakit pada hari H dan hari selanjutnya selama Idul Fitri.
Meski tugasnya tak berhadapan langsung dengan pasien Covid-19, kewaspadaan tetap saja harus dilakukan.
Tiap bertugas, Maulana wajib memakai APD lengkap, sebagai ikhtiar mencegah tertular jika ada pasien reaktif.
Lebaran 2020, merupakan tahun kedua dia menjadi perawat di rumah sakit rujukan se-Banua Anam yang merawat pasien Covid-19 tersebut.
“Beda dengan tahun sebelumnya, saya bisa mudik karena tak kena jadwal jaga. Tahun ini kebagian jaga di kondisi pandemi, jadinya tak bisa berlebaran bersama keluarga di rumah,” tutur Maulana.
• Curhat Ayah Tenaga Medis Kesepian Tak Bisa Lebaran bersama Anaknya: Hanya Dia yang Tidak Bisa Datang
Dia mengaku, sudah tiga bulan selama pandemi, tak bisa pulang ke rumah orangtuanya, di Gambut, Kabupaten Banjar.
Setelah bertugas di rumah sakit, Maulana pulang ke rumah yang ditinggalinya, di Desa Kapuh, Kecamatan Simpur.
“Sedih pastinya. Tapi dari awal memilih sebagai petugas kesehatan, saya harus ikhlas dengan risikonya."
"Apalagi, tugas ini tugas kemanusiaan, melayani masyarakat yang sakit. Saya mulai belajar memakluminya,” ungkap Lana.
Orangtua, serta pihak keluarga sendiri, kata Maulama merasa sedih, saat mengetahui lebaran ini tak bisa kumpul bersama keluarga besar.
Apalagi, sudah tiga bulan tak bisa pulang.
Namun, mereka senantiasa memberikan support dan mendoakannya, agar selalu sehat, terhidar dari virus berbahaya itu.
Untuk melepas rindu dengan orang tua, saudara dan keluarga, hanya bisa dilakukan melalui video call, atau video conference melalui telepon gengam.
Diakui Maulana, sebagai petugas perawat di ruang ICU, dia tak berhadapan langsung dengan pasien Covid-19, karena pasien Covid dirawat di ruang isolasi.
• Momen Reuni Lebaran Dokter Wisma Atlet, Tertawa Kaget Dengar Suara Orangtua: Mama Ya?
Namun, semua perawat di RSHHB, tetap harus waspada dan tiap bertugas wajib menggunakan Alat Pelindung DIri (APB) lengkap.
JIka ada pasien positif, atau menunjukkan gejala awal dan harus dirawat di ruang isolasi.
Namun, ada juga kasus pasien di ruang ICU yang saat dirafid tes, hasilnya reaktif, sehingga sebagai perawat diapun wajib pakai APD.
APD boleh dilepas, hanya saat jam istirahat.
Dia dan teman-temannya sesama tenaga medis berharap, pandemik ini segara berakhir.
Selain itu ia harap masyarakat juga senantiasa menaati protokol kesehatan demi mencegah penyebaran Covid-19 yang pemutusan mata rantainya bisa dilakukan dengan kesadaran bersama menaati protokol tersebut.(Banjarmasinpost.co.id/Hanani)
Artikel ini telah tayang di banjarmasinpost.co.id dengan judul Kisah Tenaga Medis Layani Pasien di RS H Hasan Basry Kandangan, Tiga Bulan Tak Pulang ke Rumah