Virus Corona
Nilai Pemerintah Tak Tegas Urus Corona, Pakar: Dari Awal Takut, Akibatnya Tak Punya Kebijakan Solid
Pakar kesehatan masyarakat, Prof. Hasbullah Thabrany, menyinggung adanya perbedaan penanganan Virus Corona antara Indonesia, China dan Korea.
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Ananda Putri Octaviani
TRIBUNWOW.COM - Pakar kesehatan masyarakat, Prof. Hasbullah Thabrany, mengungkap hal yang menurutnya menyebabkan kasus Virus Corona di Indonesia tidak mengalami penurunan secara cepat.
Hasbullah dalam penjelasannya menyinggung perbedaan penanganan Virus Corona antara Indonesia, China dan Korea.
Ia menyoroti grafik tingkat penularan Korea dan China yang menanjak pada awal virus tersebut menyebar.
Namun grafik tersebut langsung mengalami penurunan setelah dua minggu.

• Soroti Wacana Warga di Bawah 45 Boleh Kerja di Tengah Corona, Pakar Kesmas: Saya Mewanti-wanti
Semetara itu, setelah dua bulan setengah Covid-19 muncul di Indonesia, grafik tingkat penularan masih saja menanjak.
Menurut Hasbullah, kebijakan di Indonesia dinilai kurang solid, karena berusaha mengakomodir berbagai macam aspek.
Dilansir tayangan Indonesia Lawyers Club, Selasa (19/5/2020), Hasbullah menyoroti keputusan yang diambil pemerintah Indonesia.
Ia menyebutkan kebijakan penanganan yang diambil pemerintah didasarkan pada keberagaman situasi yang terjadi di Indonesia.
"Sebuah kebijakan selalu saja kontroversial, makin banyak variasi yang dipertimbangkan, semakin kompleks peraturannya," tutur Hasbullah.
Ia lalu menyinggung kondisi penyebaran Virus Corona di Indonesia yang tak juga menurun setelah sekian bulan virus tersebut dilaporkan ada di Indonesia.
"Kita amati di Indonesia, sejak Virus Corona mulai muncul diumumkan tanggal 2 Maret sampai sekarang ini udah 2 bulan setengah, grafiknya masih naik," ujar Hasbullah.
Jangka waktu tersebut dirasa relatif lama jika dibandingkan dengan waktu penurunan grafik penyebaran Virus Corona di China dan Korea.
"Kalau kita belajar dari China, dua minggu grafik naik tinggi, sudah gitu turun, begitu juga di Korea."
Hasbullah mengatakan bahwa alasan menurunnya grafik tersebut lantaran di China dan Korea, kebijakan yang diambil pemerintahannya sangat tegas.
"Kenapa? di sana keberagaman tidak banyak menjadi pertimbangan untuk kebijakan," imbuhnya.