Breaking News:

Virus Corona

Situasi Corona, Jatim Batalkan Izin Salat Id di Ruang Publik, Khofifah: Di Rumah Masing-masing

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menegaskan larangan mengadakan salat Id di ruang publik seperti masjid dan tanah lapang.

Penulis: Brigitta Winasis
Editor: Atri Wahyu Mukti
TRIBUN JABAR/TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN
Satu keluarga melaksanakan salat tarawih berjamaah di rumah, di kompleks Rancamanyar Regency 1, Kabupaten Bandung, Sabtu (25/4/2020). Majelis Ulama Indonesia (MUI) menghimbau selama pandemi virus corona (Covid-19) pelaksanaan ibadah salat tarawih selama Ramadan di rumah masing-masing, bertujuan untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19. (TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN) 

TRIBUNWOW.COM - Gubernur Jawa Timur (Jatim) Khofifah Indar Parawansa menegaskan larangan mengadakan salat Id di ruang publik seperti masjid dan tanah lapang.

Ia mengimbau masyarakat Jatim agar dapat merayakan hari raya Idul Fitri di rumah masing-masing.

Keputusan tersebut berdasarkan pertimbangan situasi pandemi Virus Corona serta larangan membuat acara yang dapat menimbulkan massa.

Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa membatalkan izin menyelenggarakan salat Id berjemaah, Senin (18/5/2020).
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa membatalkan izin menyelenggarakan salat Id berjemaah, Senin (18/5/2020). (Capture Youtube KompasTV)

 

Ridwan Kamil Izinkan Aktivitas saat Lebaran di Jawa Barat, namun Sesuai dengan Level Setiap Daerah

Dikutip TribunWow.com, hal itu ia sampaikan saat dihubungi dalam tayangan Kompas TV, Senin (18/5/2020).

Mulanya, ia meluruskan kebijakan awal yang mengizinkan salat id berjemaah.

"Awalnya ada surat dari Sekda ditujukan kepada Masjid Nasional Al-Akbar," papar Khofifah Indar Parawansa.

"Jadi sebetulnya ini sebetulnya surat dari Sekda ke Masjid Nasional Al-Akbar yang saya tidak tahu bagaimana proses sampai terbitnya surat," lanjut dia.

Khofifah menuturkan akan mengevaluasi proses birokrasi surat yang akhirnya memunculkan kebijakan mengizinkan salat berjemaah tersebut.

"Ini bagian yang harus saya koreksi ke dalam, karena rupanya Sekda mendapatkan masukan dari sekian banyak tokoh dan ulama," kata Khofifah.

Dalam surat itu disebutkan masjid terbesar kedua di Indonesia tersebut diizinkan menyelenggarakan salat Id dengan protokol kesehatan yang berlaku.

"Akhirnya kemudian mengkomunikasikan ke Masjid Nasional Al-Akbar untuk bisa menyelenggarakan salat tarawih sampai dengan salat Id dengan berbagai SOP sesuai protokol kesehatan," paparnya.

Meski Perbolehkan Salat Id di Rumah, MUI Larang Warga Gunakan Live Streaming, Ini Alasannya

"Format yang disiapkan memang semuanya pada posisi upaya menjaga physical distancing-nya, wudu di tempat air mengalir yang bisa dijaga," lanjut Khofifah.

Ia mengkhawatirkan hal tersebut akan membuat masjid-masjid lain ikut-ikutan menyelenggarakan salat berjemaah.

"Tetapi ini akan menjadi referensi bagi masjid-masjid lain, termasuk masjid dari berbagai daerah," jelas Gubernur Jawa Timur ini.

"Kalau Al-Akbar saja boleh, apalagi kami yang masjid-masjid kecil," lanjutnya.

Khofifah menerangkan dirinya sudah melakukan sejumlah koordinasi dengan berbagai pihak.

"Kemudian kami tadi dilibatkan dalam rakor yang dikoordinasikan Menko Polhukam dan juga Menteri Agama juga memberikan arahan," kata Khofifah.

Berdasarkan hasil rapat tersebut, surat pertama yang dikeluarkan Sekda akhirnya dicabut.

Dengan demikian, Khofifah mengembalikan salat Id pada imbauan awal yakni untuk diadakan dalam keluarga masing-masing.

"Jadi kita mengimbau semua warga untuk salat Id di rumah masing-masing," tutup Khofifah.

Heran Jatim Macet, Ahli Epidemiologi Sebut Warga Kucing-kucingan dengan Petugas: Tahu Jalan Tikus

Lihat videonya mulai dari awal:

Jatim Masih Ramai di Kala PSBB

Ahli Epidemiologi Windhu Purnomo menanggapi situasi di Jawa Timur yang masih ramai meskipun ada Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Seperti diketahui, Jawa Timur telah menerapkan PSBB di Kota Surabaya, Kabupaten Gresik, dan Kabupaten Sidoarjo sejak 28 April 2020.

Kebijakan tersebut diterapkan untuk menghambat penularan Virus Corona (Covid-19) yang menyentuh angka 1.536 kasus positif di Jawa Timur per Selasa (12/5/2020) pagi.

 Kata Khofifah Indar Parawansa soal PSBB 3 Wilayah Jawa Timur: Sidoarjo Ada Jam Malam, Surabaya Belum

Dikutip TribunWow.com, Windhu Purnomo menyoroti PSBB tidak begitu efektif menekan pertumbuhan kasus di Jawa Timur.

Ia menilai masih banyak pelanggaran yang dilakukan masyarakat, terutama pemudik dari daerah lain yang berpotensi membawa virus ke wilayah Jawa Timur.

"Mereka tahu saja jalan tikus, bahkan bis besar ada saja yang lolos sampai masuk ke daerah-daerah yang ada di Jawa Timur," ungkap Windhu Purnomo, dalam tayangan Kompas TV, Senin (11/5/2020).

"Padahal itu bis," ulangnya mempertegas.

Ia menyebutkan para petugas di check point PSBB kesulitan karena pemudik lebih ahli dalam mencari jalan alternatif.

"Jadi memang mereka lebih tahu daripada petugas sendiri yang kadang-kadang jumlahnya memang tidak terlalu banyak, tidak cukup untuk menyekat semua jalan yang ada di Jawa Timur," papar Windhu.

Ia membenarkan banyak warga yang 'kucing-kucingan' dengan petugas PSBB.

Hal itu terlihat dari jumlah pemudik yang terus meningkat.

"Memang begitu, jadi ini laporan dari teman-teman kepolisian yang tahu persis bahwa ada aja yang tetap lolos," kata ahli epidemiologi dari Universitas Airlangga ini.

Ia juga menyoroti banyaknya warga yang masih beraktivitas di luar rumah.

 Kasus Corona di DKI Turun, Karni Ilyas Singgung Lonjakan Covid-19 di Jatim: Kayak Main Pingpong

"Yang penting juga di daerah Jawa Timur sendiri, bahkan di daerah-daerah yang sudah dilakukan PSBB, pergerakan warga juga masih cukup tinggi," kata Windhu.

"Makanya dalam evaluasi kemarin di Gugus Tugas Provinsi Jawa Timur, memang pergerakan masih ada meskipun sudah turun," lanjutnya.

"Tetapi tidak bebas pergerakan. Pasar-pasar pun masih ada dan para pengunjung tidak melakukan protokol kesehatan yang seharusnya," papar Windhu.

Windhu membenarkan masih banyak kemacetan yang ia lihat di jalan.

"Betul, jadi heran masih ada kemacetan," komentar Windhu.

Melihat fenomena tersebut, Windhu menyampaikan kesimpulannya.

"Artinya begini, di sana jelas ada pembatasan. Ada yang dilarang, ada yang diperkecualikan," kata dia.

Menurut Windhu, masih banyak perusahaan yang beroperasi dan karyawan yang masih nekat berangkat kerja.

"Seperti industri, misalnya. Industri harusnya hanya yang berkaitan dengan kesehatan, bahan pokok, bahan dasar yang dibutuhkan masyarakat, energi," paparnya.

"Tetapi kenyataannya ada perusahaan atau pabrik yang masih tetap beroperasi," jelas Windhu. (TribunWow.com/Brigitta Winasis)

Sumber: Kompas TV
Tags:
Virus CoronaKhofifah Indar ParawansaSholat IdCovid-19
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved