Terkini Nasional
Buron KPK Harun Masiku Dikabarkan Meninggal Dunia, Refly Harun: Ataukah Sudah Ada di Akhirat?
Eks Politisi PDIP yang kini menjadi buron Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Harun Masiku dikabarkan meninggal dunia.
Penulis: Mariah Gipty
Editor: Tiffany Marantika Dewi
Yang jelas bahwa dalam kasus Harun Masiku diketahui sudah ada empat orang terlibat.
"Faktanya belum jelas siapa yang terlibat, yang jelas yang terjadi adalah tiga orang, yaitu Wahyu Setiawan, Agustiani Tio Fredelina dan Saeful Bahri."
"Lalu keempat Harun Masiku yang buron entah kemana bahkan ada yang bilang sudah meninggal," jelas Refly.
Lihat videonya mulai menit ke-6:09:
Alasan Harun Masiku Diduga Sudah Meninggal
Koordinator Masyarakat Antikorupsi (MAKI), Boyamin Saiman di acara Aiman Kompas TV pada Senin (11/5/2020) menegaskan, soal meninggalnya Harun Masiku berdasarkan analisis.
"Tidak mendadak sih kalimatnya karena ini hanya berdasarkan sifatnya analisis saja," ujar Bonyamin.
Pasalnya, pihaknya mengaku bisa melacak koruptor kakap Mantan Sekretaris Mahkamah Agung (MA), Nurhadi.
Berbeda dengan kasus Harun Masiku.
"Bahwa Nurhadi itu hampir tiap minggu, bahkan seminggu ada dua kali empat klaster informan datang ke saya untuk memberitahu tentang hartanya, transaksi keuangannya, bahkan ada yang memberikan foto rekeningnya, tapi saya enggak buka rekeningnya karena rahasia bank."
"Nah, untuk Harun Masiku ini sama sekali blank," ujar Bonyamin.
Boyamin menyebutkan, penelusuran terakhir mengenai Harun Masiku sejak tiga hingga enam bulan lalu.
Dari pelacakan itu, Harun Masiku sempat meminta uang rekannya untuk membeli tiket pesawat.
• Refly Harun Cerita Kejanggalan Kasus Harun Masiku, dari Ngototnya PDIP hingga Tanda Tangan Megawati

"Dan penelusuran saya yang paling jauh itu, itu hanya ketemu temannya Harun Masiku yang sudah tiga bulan, enam bulan yang lalu, yang berkaitan pernah saya katakan dimintai tiket pesawat."
"Jadi prapradilan itu, karena kemudian berpikirnya KPK ini tidak mengembangkan bahwa Harun Masiku untuk tiket saja minta temannya, bahasa saya kan tidak kuat membeli," jelasnya.