Virus Corona
WHO Sebut Virus Corona Mungkin Tak Pernah Hilang hingga Masih Lama untuk Menuju ke Keadaan Normal
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memprediksi kemungkinan Virus Corona tak pernah hilang dari muka bumi.
Penulis: Tiffany Marantika Dewi
Editor: Ananda Putri Octaviani
TRIBUNWOW.COM - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memprediksi kemungkinan Virus Corona tak pernah hilang dari muka bumi.
Untuk itu, WHO memperingatkan warga dunia untuk belajar dengan gaya hidup baru beserta adaptasi.
Dikutip TribunWoW.com dari channelnewsasia, Rabu (13/5/2020), saat beberapa negara di dunia mulai melonggarkan pembatasan lockdown tak akan banyak berpengaruh.
• Singapura Mencatatkan Kasus Pasien Corona Sembuh Tertinggi dalam Sehari, Melebihi Kasus Baru
"Kami memiliki virus baru yang masuk ke populasi manusia untuk pertama kalinya," ujar Direktur Kedaruratan WHO, Michael Ryan.
"Kami kesulitan memprediksi kapan kami bisa mengatasinya."
"Virus ini mungkin hanya menjadi endemik di dunia dan virus ini mungkin tidak akan pernah hilang," tambah Michael Ryan.
Ia lalu mencontohkan seperti virus HIV yang hingga kini masih menjadi virus mematikan yang hidup bersama manusia.
• Keluhan Karyawan yang Di-PHK soal Kenaikan Iuran BPJS: Kantong Orang Susah, Uang 10 Ribu Juga Besar
Diketahui lebih dari separuh umat manusia telah mengalami pelonggaran lockdown sejak krisi Virus Corona.
Namun, WHO tak menjamin bahwa hal tersebut tak bisa menghentikan gelombang baru Virus Corona.
"Banyak negara ingin keluar dengan langkah-langkah yang berbeda," ujar Tedros Adhanom selaku Kepala WHO.
Selain itu, Michael Ryan mengatakan bahwa untuk kembali ke keadaan normal masih berada di waktu yang lama.

8 Kandidat Teratas Vaksin Virus Corona
Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO), mengumumkan adanya 8 kandidat teratas vaksin Virus Corona, Selasa (12/5/2020).
Peneliti di seluruh dunia terus mencoba menemukan vaksin Virus Corona, lebih dari 90 vaksin dikatakan tengah dikembangkan untuk melawan virus tersebut.
Setidaknya enam kelompok sudah mulai menyuntikkan formulasi ke dalam sukarelawan dalam uji keamanan.
• Sebut Adanya Mutasi pada Sejumlah Sampel Virus Corona, Peneliti Khawatir Vaksin Tidak akan Berfungsi
Sementara beberapa kelompok peneliti lain sudah mulai menguji pada hewan.
Namun menurut WHO, ada 8 calon vaksin yang dikembangkan digadang-gadang dapat menjadi penangkal Virus Corona.
Dilansir TimesNowNews.com, Selasa (12/5/2020), Direktur Jendral WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, menyatakan bahwa penemuan vaksin Covid-19 akan memakan waktu paling tidak 12 hingga 18 bulan.
Meskipun begitu, pihaknya menyatakan dalam konferensi video antara Dewan Ekonomi dan Sosial PBB, bahwa upaya percepatan penelitian, pengobatan dan pengujian virus tengah dilakukan.
Percepatan ini dapat dilaksakan lantaran adanya bantuan biaya dari 40 pemimpin negara, organisasi dan bank sebesar 7,4 miliar euro atau setara dengan sekitar 119 miliar rupiah.
"Kita memiliki kandidat (vaksin) yang bagus sekarang. Peringkat teratas ada sekitar 7, 8 (kandidat vaksin). Tapi kita memiliki lebih dari 100 kandidat," tutur Tedros.
"Kami sedang memfokuskan pada beberapa kandidat yang kami miliki, yang dapat membawa kemungkinan hasil lebih baik dan meningkatkan percepatan kandidat dengan potensi lebih baik tersebut."
“WHO telah bekerja dengan ribuan peneliti di seluruh dunia untuk mempercepat dan melacak pengembangan vaksin mulai dari mengembangkan model hewan hingga desain uji klinis dan semua yang ada di antaranya," tambahnya.
• Kemungkinan Covid-19 Menular Melalui Hubungan Seks, Peneliti Temukan Virus Corona pada Sperma Pasien
Tedros menekankan bahwa Covid-19 sangat menular dan dapat membunuh manusia.
Sejauh ini, setidaknya 283.978 orang di dunia telah kehilangan nyawanya karena pandemi coronavirus dan lebih dari 4 juta orang telah terinfeksi Virus Corona.
Menurut Tedros, adanya pandemi ini telah mengajarkan pelajaran yang menyakitkan kepada segenap penduduk di dunia.
Selain itu, pandemi ini juga mengajarkan pentingnya memiliki sistem kesehatan nasional dan regional yang kuat.
Dari catatan yang dimiliki WHO, Eropa Barat saat ini telah mengalami penurunan kasus Covid-19 baru, namun kasus Virus Corona tersebut malah meningkat di Eropa Timur, Afrika, Asia Tenggara, Mediterania Timur, dan beberapa daerah lain.
Metode Pengembangan Vaksin Virus Corona
Untuk menemukan vaksin Virus Corona, sejumlah peneliti di dunia mencoba menemukan antivirus tersebut dengan metode yang berbeda.
Seperti yang dikutip TribunWow.com dari nature.com, Selasa (12/5/2020), pengembangan vaksin Virus Corona tersebut dapat diklasifikasikan dalam beberapa jenis metode.
Diketahui, vaksin bertujuan mengekspos tubuh pada antigen yang akan memicu respon imun sehingga dapat memblokir atau membunuh virus saat seseorang terinfeksi.
Untuk menemukan antigen tersebut, ilmuwan menggunakan sejumlah metode, dari penggunaan virus itu sendiri, hingga melakukan rekayasa genetik.
Berikut sejumlah metode yang dilakukan oleh peneliti di seluruh dunia dalam usaha menemukan vaksin Virus Corona.
Vaksin dari Virus
Setidaknya tujuh tim sedang mengembangkan vaksin menggunakan virus itu sendiri.
Virus tersebut akan dilemahkan atau dibuat tidak aktif dan dimasukkan ke tubuh.
Banyak vaksin yang ada dibuat dengan cara ini, seperti antivirus yang digunakan untuk melawan Campak dan Polio.
Namun kendalanya, vaksin ini membutuhkan pengujian keamanan yang luas dalam sejumlah tahap.
Adapun Tim peneliti dari Sinovac Biotech di Beijing yang menggunakan metode ini, telah mulai menguji versi SARS-CoV-2 yang tidak aktif pada manusia.
Vaksin Virus-vektor
Sekitar 25 kelompok mengatakan mereka sedang mengerjakan vaksin vektor-virus.
Pada metode ini, virus seperti Campak atau Virus Adeno direkayasa secara genetis sehingga dapat menghasilkan protein Virus Corona dalam tubuh.
Virus-virus ini dilemahkan sehingga tidak dapat menyebabkan penyakit.
Ada dua jenis virus yang bisa digunakan dalam metode ini, yaitu virus masih dapat mereplikasi di dalam sel dan yang tidak bisa karena gen kunci telah dinonaktifkan.
Vaksin Asam Nukleat
Setidaknya 20 tim bertujuan untuk menggunakan instruksi genetik (dalam bentuk DNA atau RNA) untuk protein Virus Corona yang mendorong respon imun.
Asam nukleat dimasukkan ke dalam sel manusia, yang kemudian menghasilkan salinan protein virus.
Hal ini ditujukan untuk memicu pembentukan sel imun tubuh yang akan mengenali virus tersebut sehingga dapat menangkalnya saat terjangkit.
Vaksin Berbasis Protein
Banyak peneliti ingin menyuntikkan protein coronavirus langsung ke dalam tubuh.
Peneliti tersebut juga menggunakan fragmen protein atau cangkang protein yang meniru lapisan luar Virus Corona.
28 tim sedang mengerjakan percobaan vaksin berbasis protein tersebut.
Cangkang protein yang kosong dibuat menirukan struktur Virus Corona, namun tidak memiliki daya infeksi. (TribunWow.com/ Tiffany Marantika/ Noviana)