Virus Corona
Sopir Travel Cerita Selundupkan Pemudik Nekat saat PSBB: Antara Mati di Jakarta atau Mati di Kampung
Seorang sopir travel di Jakarta, Andre, mengungkapkan pengalamannya tetap dapat menyelundupkan pemudik pulang kampung di tengah PSBB.
Penulis: Brigitta Winasis
Editor: Maria Novena Cahyaning Tyas
TRIBUNWOW.COM - Seorang sopir travel di Jakarta, Andre, mengungkapkan pengalamannya tetap dapat menyelundupkan pemudik pulang kampung di tengah Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Sebelumnya diketahui DKI Jakarta menerapkan PSBB untuk menekan pertumbuhan kasus positif Virus Corona (Covid-19) di wilayahnya.
Meskipun ada PSBB dan larangan mudik, banyak pemudik yang masih nekat dan mencari sejumlah cara untuk pulang kampung.

• Wacana PSBB Selesai Juni, Pakar Epidemiologi Sebut Jangan Percaya: Perilakunya Masih Amburadul
Dilansir TribunWow.com, Andre menyebutkan dirinya sudah sejak lama mengantar pemudik ke daerahnya masing-masing.
"Kita mulai di awal Maret, kita udah mulai start awal untuk bisa ngangkut orang pulang ke daerahnya masing-masing," papar Andre, dalam tayangan Fakta di TvOne, Senin (11/5/2020).
"Sebelum PSBB pun, teman-teman udah oper ke daerah. Warga Jakarta udah dioper ke daerah," tambah sopir travel lainnya, Argo.
Andre menyebutkan mendapat penumpang dari tawaran seorang teman.
Menurut Andre, banyak pekerja proyek di Jakarta yang kehilangan pekerjaannya atau sudah putus kontrak.
Akibatnya mereka tidak punya pilihan lain karena sudah tidak ada penghasilan.
"Kalau kita awalnya dari info-info. Karena mulut ke mulut, teman katanya kebetulan ada yang kerja di proyek dan mereka sudah habis kontrak," jelas Andre.
"Pilihannya antara mati di Jakarta atau mati di kampung," tambahnya.
Melihat peluang tersebut, Andre menawarkan diri.
"Mau enggak mau mereka punya minat, kita punya kesempatan, ya udah jalankan," ungkapnya.
Ia membenarkan kebanyakan pemudik yang diangkutnya adalah karyawan yang sudah tidak memiliki kontrak.
• Nekat Mudik dengan Mengaku Seorang Polisi, Sopir Tak Bisa Mengelak dan Putar Balik: Oke Siap Pak
"Surat putus kontraknya ada dan mereka messnya sudah dibubarkan," kata Andre.
"Jadi tidak ada pilihan lain mau ke mana, siapa yang mau nanganin, siapa yang mau back up mereka," lanjut dia.
Faktor ekonomi juga menjadi pertimbangan lain bagi para pekerja tersebut.
"Kalau misalnya mereka mati di sini enggak ada yang ngurus, mendingan mereka mati di kampung," komentar Andre.
"Seandainya mereka kena penyakit ini juga, setidaknya keluarga mereka ada di kampung," lanjut dia.
Argo menambahkan sebetulnya arus mudik sudah mulai berlangsung bahkan sejak PSBB berlaku.
Melihat banyaknya karyawan putus kontrak yang hendak pulang kampung, Argo menawarkan jasa travel miliknya.
Ia kemudian menjelaskan caranya mendapat calon penumpang.
"Sebelum Corona ini memang kita udah main di travel, jadi di status teman-teman di WA itu kita udah pasang iklan," kata Argo.
"Mungkin teman ini ingat sama kita kalau kita ada kendaraan," lanjut dia.
Oleh karena ada larangan mudik, pengusaha travel kini turut terdampak dan kehilangan penghasilan.
"Namanya kita posisi butuh, apapun yang terjadi, terjadilah," tambah Argo.
• Bukan untuk Mudik, Achmad Yurianto Ungkap Alasan Transportasi Umum Jalan Lagi, Termasuk Angkut Nakes
Lihat videonya mulai dari awal:
Tanggapan Ahli Epidemiologi
Ahli epidemiologi Dewi Nur Aisyah menyebutkan pentingnya mematuhi larangan mudik yang disampaikan pemerintah.
Seperti diketahui, sebelumnya telah muncul imbauan agar masyarakat tidak perlu melaksanakan tradisi mudik yang umum dilakukan pada Lebaran.
Larangan tersebut bertujuan menekan penyebaran Virus Corona di Indonesia, terutama di berbagai daerah yang telah menjadi episentrum.
• Berkali-kali Diberhentikan Petugas, Pemudik dari Jakarta Menyerah: Kalau Dilanjutin yang Ada Capek
Dikutip TribunWow.com, Dewi Nur Aisyah mengungkapkan pendapatnya tentang imbauan tersebut.
"Bisa saja orang yang mau mudik merasa sehat, badannya tidak ada gejala, baik-baik saja," kata Dewi Nur Aisyah, dikutip dari iNews, Minggu (3/5/2020).
"Tapi belum tentu kondisinya benar-benar bebas dari virus," tegasnya.
Tindakan mudik dapat mempercepat perpindahan virus ke daerah lain.
Menurut Dewi, hal tersebut akan mempercepat penyebaran Virus Corona.
"Jadi kalau misalnya pemudik itu benar-benar pulang ke kampung halaman, tentu saja dapat mempercepat laju transmisi dari satu daerah ke daerah lain," jelasnya.
"Semakin banyak pergerakan orang dari satu tempat ke tempat lain tentu akan semakin meningkatkan risiko," kata Dewi.
Selain itu, pemudik akan bertemu anggota keluarganya di kampung halaman.
Dewi menyoroti kemungkinan pemudik akan bertemu anggota keluarga yang sudah lanjut usia dan memiliki riwayat kesehatan tertentu.
"Kebanyakan pemudik akan bertemu sanak saudara, keluarga, dan lain sebagainya," papar Dewi.
"Dalam kebanyakan kasus, yang ditemui kondisinya belum tentu lebih sehat dibandingkan dirinya. Daya tahan tubuhnya lebih rendah," lanjut dia.
• Menangis Keempat Anaknya Tak Bisa Mudik saat Lebaran, Warni: Sepi, Nggak Ada yang Diajak Ngobrol
"Misalnya orang yang memiliki penyakit jantung, diabetes, hipertensi," jelas pakar epidemi tersebut.
Seperti diketahui, lansia lebih rentan terpapar Virus Corona, terutama yang memiliki riwayat kesehatan kronis.
"Bisa jadi untuk dirinya tidak ada masalah, tapi ketika dia berpindah dari satu tempat ke tempat lain, dia menularkan penyakitnya lalu membuat penyakit itu menyebar di kampung halamannya," ucap Dewi.
"Fatalitasnya tentu akan berbeda untuk yang sudah lanjut usia atau memiliki kondisi berbeda," tambahnya.
Dewi menegaskan tradisi mudik harus sangat dihindari pada tahun ini.
"Mudik tahun ini harus sangat-sangat dibatasi," tegas Dewi. (TribunWow.com/Brigitta Winasis)