Komisioner KPU Terjaring OTT KPK
Haris Azhar Sebut KPK Sengaja Loloskan Nurhadi dan Harun Masiku, Aiman: Bahasa Anda Jelas Sekali
Haris Azhar angkat bicara soal kasus korupsi yang menyeret nama mantan Sekretaris Mahkamah Agung (MA), Nurhadi.
Penulis: Jayanti tri utami
Editor: Atri Wahyu Mukti
TRIBUNWOW.COM - Direktur Eksekutif Lokataru Foundation, Haris Azhar angkat bicara soal kasus korupsi yang menyeret nama mantan Sekretaris Mahkamah Agung (MA), Nurhadi.
Dilansir TribunWow.com, Nurhadi ditetapkan sebagai tersangka setelah terbukti menerima uang suap sebesar Rp 46 miliar.
Terkait hal itu, Haris Azhar menduga Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sengaja meloloskan Nurhadi untuk kepentingan tertentu.

• MAKI Ungkap Hidup Mewah Nurhadi meski Jadi Buronan KPK, Bayar Cicilan Apartemen 250 Juta Sebulan
• Harun Masiku Dikabarkan Meninggal karena Diduga Ditembak Mati, MAKI: Paling Gampang Ya Ditembak Mati
Melalui kanal YouTube Kompas TV, Senin (11/5/2020), Haris Azhar menganggap KPK telat melakukan tindakan penyelidikan terhadap keberadaan Nurhadi.
"Menurut saya, perdebatannya sebetulnya enggak menjawab fakta," kata Haris.
"Faktanya begini loh, waktu tim KPK turun ke Jawa Timur kita kan juga mantau, itu sebetulnya tindakan yang telat dan sangat telat."
Haris Azhar mengatakan, KPK hanya mendapat bukti ampas karena kedatangannya sudah dideteksi oleh Nurhadi.
Tak hanya itu, menurut dia KPK memang sengaja ingin meloloskan Nurhadi dari jeratan hukum.
"Yang didapat itu cuma ampas-ampasnya, bahwa itu sudah terdeteksi, sudah terdeteksi," jelas Haris.
"Tapi tadi sudah saya bilang dari awal, ini skema KPK yang hari ini adalah skema yang memang untuk meloloskan orang seperti Nurhadi."
Pernyataan Haris itu pun langsung ditanggapi Presenter Aiman Witjaksono.
• KPK Diminta Selidiki Dugaan Korupsi dalam Proyek Kartu Prakerja yang Telan Anggaran Rp 5,6 Triliun
Ia menilai Haris Azhar begitu jelas menyebut dugaan adanya kesengajaan KPK meloloskan Nurhadi.
"Meloloskan? Bahasa Anda jelas sekali, sengaja?," sahut Aiman.
Lantas, Haris pun menyinggung soal berbelitnya proses di KPK sebelum melakukan penyelidikan kasus korupsi.
Haris mengungkit pernyataan Dewan Pengawas (Dewas) KPK yang mengaku belum mendapatkan surat pengajuan penyelidikan kasus Nurhadi.
"Iya sengaja, karena mereka harus minta izin dulu, izinnya harus ke Dewas dulu," terang Haris.
"Dalam perdebatan yang lain kita tahu Dewas bilang 'Saya enggak pernah dapat surat pengajuan untuk urusan yang lain'."
Haris menilai, hal itu membuktikan adanya beda pendapat di KPK yang hingga kini belum terselesaikan.
Bahkan, ia menyinggung pernyataan Koordinator Masyarakat Anti-korupsi (MAKI), Boyamin Saiman yang telah memberikan sejumlah bukti keberadaan sejumlah koruptor seperti Nurhadi dan Harun Masiku.
"Jadi masih ada missing link di dalam KPK-nya," ucap Haris.
"Saya cuma mau bilang, barangkali apa yang disampaikan oleh Bung Boyamin itu sudah clear sebagai sebuah informasi atau petunjuk."
Meskipun Bonyamin memberikan banyak informasi, hingga kini KPK belum juga berhasil menangkap Nurhadi dan Harun Masiku.
Karena itu, Haris menilai penyidik KPK tak bekerja sebagaimana mestinya.
"Bahwa kalau misalnya perwakilan KPK malam ini menyebutkan bahwa, misalnya itu enggak jelas, kurang matang dan lain-lain."
"Ini penyidiknya Boyamin atau siapa," tandasnya.
• Untuk Pertama Kalinya, KPK Kini Pajang Tersangka Kasus Suap saat Konferensi Pers
Simak video berikut ini menit ke-3.45:
Kabar Harun Masiku Ditembak Mati
Pada kesempatan itu, sebelumnya Boyamin Saiman gamblang menduga tersangka kasus korupsi, Harun Masiku sudah meninggal dunia.
Dilansir TribunWow.com, sebelumnya, Harun Masiku yang hingga kini masih buron merupakan tersangka kasus korupsi pergantian antar waktu (PAW).
Harun Masiku diduga memberikan uang suap kepada Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Wahyu Setiawan, untuk melancarkan jalannya menjadi anggota DPR dari fraksi PDIP.
Tak hanya soal meninggal dunia, Harun Masiku bahkan juga dikabarkan ditembak mati agar tak membuka kasus korupsi para petinggi.
• Refly Harun Cerita Kejanggalan Kasus Harun Masiku, dari Ngototnya PDIP hingga Tanda Tangan Megawati
Boyamin Saiman menjawab soal kabar Harun Masiku ditembak mati.
"Ya matinya itu kan macam-macam, paling gampang kan memang ditembak mati," kata Boyamin.
Terkait hal itu, Boyamin pun kembali mengungkit kasus yang menyeret nama Harun Masiku.
Selain Harun Masiku, kasus korupsi itu dilakukan bersama mantan caleg PDIP yang lain, Saeful bahri.
"Karena apa? Yang sederhana dari persidangan kemarin kan kita pantau, ada kesepakatan uang yang dipakai ngurus itu kan (Rp) 1 Miliar," kata Boyamin.
"Dari Saeful Bahri itu kan (Rp) 400 M (juta -red), katanya ada (Rp) 200 (juta) lagi itu uang penghijauan atau apa."
Menurut Boyamin, ada transaksi yang tak diselesaikan Harun Masiku.
• Yasonna Tegaskan Tak Kenal Harun Masiku, Benny K Harman: Pak Menteri Tidak Tahu? Coba Sumpah Lagi
Ia menyebut, Harun Masiku tak melunasi uang yang dijanjikan kepada Wahyu Setiawan senilai total 600 juta rupiah.
"Artinya kan itu kan ada lagi komitmen Harun untuk nambal (Rp) 600 (juta)-nya," Boyamin.
"Dan itu nampaknya Harun Masiku juga bohong tidak menyediakan uang itu."
Hal itu diduganya dilakukan Harun Masiku karena tak memiliki banyak uang.
Boyamin menambahkan, tak selesainya sejumlah transaksi itu menyebabkan ada petinggi yang ingin menghabisi nyawa Harun Masiku.
"Karena memang setahu saya dia enggak punya duit."
"Dari sinilah mungkin banyak orang geram, jadi nampaknya ini orang yang mengurusi pun, yang enggak enak bandar politisnya yang berkepentingan dia (Harun) jadi DPR pun tampaknya juga ditipu," sambungnya.
Lebih lanjut, Boyamin menyebut dugaan pembunuhan terhadap Harun Masiku itu dilakukan untuk membungkam politisi PDIP itu agar tak membuka kasus korupsi pejabat yang lain.
"Jadi kemudian pada posisi inilah kemudian banyak orang yang berkeinginan 'Udahlah, dia mati aja lebih baik daripada nanti buka-buka'," terang Boyamin.
"Karena dia ke mana-mana nampaknya juga tidak beres," tandasnya. (TribunWow.com)