Virus Corona
Konspirasi Covid-19 di Mata Nadiem Makarim, Jerinx, dan dr. Tirta, Malas Berpikir Vs Kebohongan WHO
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim, Musisi Jerinx, dan infuencer dr. Tirta menjabarkan tanggapan mereka soal teori konspirasi Covid-19
Penulis: anung aulia malik
Editor: Tiffany Marantika Dewi
TRIBUNWOW.COM - Belakangan ini pembicaraan tentang teori konspirasi pandemi Virus Corona (Covid-19) menjadi ramai di publik.
Banyak tokoh menyampaikan pendapatan mereka mengenai teori konspirasi tersebut.
Mulai dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim yang keras membantah teori konspirasi, hingga musisi Jerinx yang percaya soal adanya konspirasi di balik pandemi Covid-19.

Berikut ini adalah pandangan dari tiga tokoh yang namanya dikenal luas oleh masyarakat Indonesia mengenai teori konspirasi pandemi Covid-19.
Nadiem Makariem: Cara Berpikir Malas
Pertama ada pendapat dari Mendikbud Nadiem Makarim yang menganggap bahwa percaya kepada teori konspirasi adalah cara berpikir orang yang malas.
Dikutip dari YouTube Najwa Shihab, Selasa (5/5/2020), awalnya Nadiem mengatakan hal terpenting dalam melawan Covid-19 adalah mengontrol emosi dan menggunakan akal sehat untuk memilah-milah informasi.
Nadiem menjelaskan ketika seseorang panik maka orang tersebut akan kehilangan kendali.
"Karena bawaannya mau panik, bawaannya ketakutan, dan itu mungkin yang merupakan tantangan utama adalah agar tidak lose control, untuk menjaga akal sehat," paparnya.
Di sisi lain, ketika seseorang bisa mengendalikan dirinya sendiri maka ia akan mampu mengambil kebijakan-kebijakan yang rasional untuk melindungi dirinya sendiri, keluarganya maupun asetnya.
"Tapi bagi yang panik, reaktif itu akan kemana-mana, dan menjadikan pola pikir yang tidak sehat," ujar Nadiem.
Presenter kondang Najwa Shihab kemudian menyinggung soal orang-orang yang tidak rasional akhirnya berlari ke teori konspirasi.
"Banyak sekali akhirnya muncul seperti yang tadi kebohongan itu muncul dan dibalut seolah-olah ini valid," kata Najwa.
"Teori-teori konspirasi yang kemudian muncul," lanjutnya.
Najwa mengatakan juga bahwa teori-teori konspirasi turut digandrungi di negara-negara yang tingkat pendidikannya juga lebih maju dibanding Indonesia.
"Dan bukan hanya tejadi di negeri kita kan kalau kita lihat di negeri-negeri di dalam dunia pendidikannya lebih maju, masyarakatnya lebih terbuka, teori-teori konspirasi pun laku dijual," kata dia.

• 11 Penumpang di Bandara Soekarno-Hatta Positif Virus Corona, Langsung Dilarikan ke RS Wisma Atlet
Pemilik Narasi Tv itu lalu menyinggung soal beberapa teori yang populer di negara-negara lain.
"Wah ini disebabkan oleh Menara 5G, wah ini disebabkan oleh senjata biologis massal yang sengaja diciptakan, untuk menarget orang-orang tua, wah ini memang Yahudi, ini China."
Nadiem kemudian menerangkan mengapa teori konspirasi begitu digandrungi.
Ia menjelaskan ketika berada di situasi yang gawat, seseorang cenderung mencari-cari objek untuk disalahkan.
"Satu hal mengenai psikologi manusia, mungkin ini pendidikannya dengan pendidikan juga sangat penting," ujar Nadiem.
"Bahwa kalau terjadi sesuatu yang bisa kita jelaskan, kenapa wabah ini terjadi bisa sampai berdampak kepada ekonomi dan kesehatan dunia seperti ini."
"Harus ada orang yang disalahkan, iya kan? harus ada, banyak sekali orang yang tidak mau menerima situasi ini hal yang organik setelah terjadi, tidak bisa menerima," sambungnya.
Nadiem menyindir orang-orang yang berpaling kepada teori konspirasi sebagai orang-orang malas.
"lebih mudah menyalahkan satu orang, satu pihak, atau mempercayai satu konspirasi. Itu adalah cara berpikir malas iya kan," ucap dia.
Jerinx: Saya Tidak Percaya Kata WHO
Berbeda dengan Nadiem Makarim, musisi asal Bali bernama I Gede Ari Astina atau akrab disapa Jerinx sangat percaya terhadap adanya konspirasi di balik pandemi Covid-19.
Di acara Sapa Indonesia Malam Kompas TV pada Rabu (5/6/2020), Jerinx SID meyakini 99 persen penderita Covid-19 itu sembuh.
Dirinya pun sempat terlibat dengan host acara tersebut yakni Aiman Witjaksono
Ia mengatakan bahwa yang meninggal karena Covid-19 karena ada penyakit bawaan yang menyertai.
"Mas ini mas harus hati-hati loh yang selamat dari Covid-19, 99 persen lebih loh."
"Yang meninggal itu kebanyakan karena dalam keadaan kondisi kritis mereka sudah punya penyakit bawaan dan mereka di usia lansia," ujar Jerinx.

• Unggah Foto Pemakaman Protap Covid-19, Khofifah: Kalau Ada Diksi Lain di Atas Terima Kasih
Lalu, Aiman menyinggung data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di mana angka kematian bisa mencapai lima persen.
Namun, secara tegas Jerinx menegaskan dirinya tak percaya dengan WHO.
Menurutnya Ketua WHO, Tedros Adhanom memiliki rekam jejak yang buruk di negara asalnya, Ethiopia.
"Data kematian dari seluruh dunia empat sampai lima persen jadi 95 persen yang sembuh, tapi di Indonesia jauh di bawah itu. Jadi tidak 99 persen itu data dari WHO," singgung Aiman.
"Sampai detik ini saya tidak percaya apapun kata WHO karena WHO, Tedros kalau Anda search tentang Tedros ketuanya WHO, dia punya rekam jejak yang gelap di Ethiopia," jawab Jerinx.
Jerinx menuding bahwa Tedros terlibat konspirasi dengan Pendiri Microsoft, Bill Gates.
Sehingga, menurutnya WHO tidak bisa menjadi acuan.
"Tapi WHO bilang begini WHO sendiri enggak tahu mereka itu siapa loh, if you read WHO, Who?"
"Jadi mulai kini kalau acuan Anda WHO mengatakan, WHO mengatakan," ucapnya.
Lalu, Aiman menanyakan dari mana data yang dimiliki oleh Jerinx.
"Dari mana Anda bisa mengatakan 99 persen?" tanya Aiman.
Jerinx menjawab bahwa dirinya mengungkapkan hal tersebut atas dasar hasil perbincangan dengan Dokter Tirta Mandhira Hudhi.
"Dari hasil diskusi dengan Dokter Tirta kami sepakat jika berita kesembuhan, jika berusia di bawah 50 dan imun Anda tidak super sehat dan tidak sesempurna orang-orang yang memiliki daya sempurna chance sembuh sangat besar," jelas Jerinx.
dr. Tirta: Jangan Menganggap Enteng Korban
Sedangkan dr. Tirta Mandira Hudhi yang merupakan dokter lulusan Universitas Gadjah Mada, mengambil posisi netral dalam pembahasan teori konspirasi pandemi Covid-19.
Ia mempersilahkan orang-orang untuk percaya kepada teori tersebut, namun ia berpesan agar orang tidak meremehkan adanya pandemi Covid-19.
dr. Tirta juga menginginkan agar jangan sampai karena mempercaya teori konspirasi, orang justru kehilangan empati mereka atas korban-korban yang berjatuhan dari pandemi Covid-19.
Dikutip dari YouTube InCipeng WeTrust, Minggu (26/4/2020), awalnya dr. Tirta menjelaskan bagaimana saat ini begitu banyak teori konspirasi soal pandemi Covid-19 yang beredar di masyarakat.
"Banyak orang bertanya kepadaku bagaimana menghadapi teori konspirasi yang tentang Covid," kata dia.

• Jokowi yang Minta Masyarakat Berdamai dengan Covid-19, Istana: Artinya Kita Jangan Menyerah
Mayoritas teori tersebut mengatakan pandemi Covid-19 sengaja dibuat oleh negara tertentu untuk memenuhi suatu agenda rahasia.
"Jadi banyak konspirasi beredar bahwa Covid itu sebenarnya buatan dari Rockefeller lah, China lah, USA lah," ujarnya.
dr. Tirta menegaskan dirinya sama sekali tidak mempermasalahkan apakah publik ingin mempercayai teori-teori tersebut.
"Namanya aja konspirasi, teori, teori itu bisa dipercaya bisa enggak, lu mau percaya boleh, lu enggak percaya boleh silakan," paparnya.
Hal yang ia inginkan adalah agar publik tidak terpecah hanya karena teori konspirasi yang beredar.
"Tapi satu hal yang pasti adalah jangan sampai perbedaan pendapat karena teori konspirasi itu membuat lu berantem, dan membenci satu sama lain," terang dr. Tirta.
Pria yang juga memiliki usaha perawatan sepatu itu juga menyinggung kemungkinan apabila teori konspirasi yang beredar benar adanya.
Apabila hal itu benar apa adanya dr. Tirta mengatakan tetap tidak ada hal yang bisa diperbuat karena orang-orang biasa hanya menjadi boneka dari dalang yang sesungguhnya.
"Anggap teori konspirasi itu benar, kita sekarang hanya menjadi peserta boneka yang diatur, lu bisa apa, lu mau ngapain," ucap dr. Tirta.
"Jadi menurut gua teori-teori yang beredar di luar sana itu, namanya saja teori bisa bener, bisa enggak," imbuhnya.
dr. Tirta juga mengingatkan agar orang yang tidak percaya tentang teori konsentrasi tidak boleh menghina-hina mereka yang percaya.
dr. Tirta lalu membandingkan dengan sebuah teori konspirasi rekayasa pendaratan di bulan oleh Amerika Serikat, ia tidak mempermasalahkan hal tersebut karena tidak ada korban jiwa yang timbul dari peristiwa itu.
Sedangkan dalam pandemi Covid-19 dr. Tirta menjelaskan bagaimana dalam wabah ini begitu banyak korban yang jatuh.
"Di Covid ini banyak konspirasi-konspirasi beredar, tetapi Covid ini jujur saja memakan korban jiwa banyak banget, dan itu jumlahnya enggak dikit, banyak ribuan," kata dr. Tirta.
dr. Tirta meminta kepada mereka yang percaya soal teori konspirasi Covid-19 agar bisa berempati dengan korban jiwa, dan tidak meremehkan pandemi Covid-19.
"Memang tiga persen yang meninggal, cuma kalian tahu enggak yang kita hadapi sebagai relawan, tenaga medis, lu bayangin 500 kantong jenazah di depan lu sendiri," kata dia.
"Anggap semua yang meninggal di dunia, yang masih menganggap enteng, jika lu percaya konspirasi enggak apa-apa, tapi jangan menganggap enteng korban jiwa," imbuhnya.
Dokter lulusan Universitas Gadjah Mada (UGM) itu lalu mencontohkan bahwa orang dengan penyakit kronis sebenarnya masih bisa hidup, namun karena terpapar Covid-19 kesehatannya semakin memburuk dan akhirnya meninggal dunia.
"Kalau misalkan orang itu stroke, dia kena Covid, gua tanya dia matinya karena apa? Covid, kalau enggak ada Covid dia hidup enggak? Masih bisa hidup, itu poinnya yang harus kita ambil di sini," tandasnya. (TribunWow.com/Anung)