Breaking News:

Jasad ABK Dibuang ke Laut

Kasus ABK Indonesia Diperbudak, Pakar Sebut Tak Ada Kaitan dengan Pemerintah China: Kebetulan

Pakar hukum internasional Hikmahanto Juwana mengomentari kasus ABK Indonesia yang diperlakukan tidak layak di sebuah kapal ikan asal China.

Penulis: Brigitta Winasis
Editor: Atri Wahyu Mukti
MBC/Screengrab from YouTube
Sebuah tangkapan layar dari video yang dipublikasikan media Korea Selatan MBC memperlihatkan, seorang awak kapal tengah menggoyang sesuatu seperti dupa di depan kotak yang sudah dibungkus kain berwarna oranye. Disebutkan bahwa kotak tersebut merupakan jenazah ABK asal Indonesia yang dibuang ke tengah laut oleh kapal asal China. 

TRIBUNWOW.COM - Pakar hukum internasional Hikmahanto Juwana mengomentari kasus anak buah kapal (ABK) Indonesia yang diperlakukan tidak layak di sebuah kapal ikan asal China.

Dikutip TribunWow.com, hal itu ia sampaikan ketika dihubungi dalam Kompas TV, Kamis (7/5/2020).

Sebelumnya kasus tersebut mencuat saat diulas kantor berita Korea Selatan MBC News.

Pakar hukum internasional Hikmahanto Juwana mengomentari kasus ABK Indonesia dipekerjakan tidak layak di kapal asal China, Kamis (7/5/2020).
Pakar hukum internasional Hikmahanto Juwana mengomentari kasus ABK Indonesia dipekerjakan tidak layak di kapal asal China, Kamis (7/5/2020). (Capture Youtube KompasTV)

 

ABK Ceritakan Rekan yang Tewas di Kapal China, Bengkak lalu Sesak Napas: Aku Sampaikan ke Mandor

Diduga sejumlah ABK asal Indonesia dipekerjakan dengan upah tidak layak, serta tidak mendapat fasilitas makanan dan minuman yang tidak pantas.

Mereka juga bekerja sampai 18 jam per hari dengan waktu istirahat 6 jam.

Viral pula sebuah video jenazah ABK Indonesia yang meninggal akibat sakit dibuang ke laut.

Awalnya, Duta Besar RI untuk Korea Selatan Umar Hadi menyampaikan perkembangan kasus yang terjadi.

Seperti diketahui, kasus itu terkuak saat kapal tersebut bersandar di pelabuhan Busan, Korea Selatan.

"Ada prosedur ketika kapal merapat di suatu pelabuhan, kapten kapal harus melaporkan kepada syahbandar," papar Dubes Umar Hadi.

"Apalagi kalau ada awaknya yang dimakamkan di laut, itu ada prosedurnya," lanjutnya.

Saat ini otoritas keamanan Korea Selatan telah memeriksa syahbandar pada pelabuhan Busan.

Meskipun begitu, Umar menyebutkan kasusnya jauh lebih rumit daripada kelihatannya.

"Faktanya, kasusnya tidak se-straightforward itu," ungkap Umar Hadi.

Kemenlu Ungkap Perkembangan ABK Indonesia yang Berada di Korea Selatan, akan Panggil Duta Besar RRT

Saat di tengah laut, ada perpindahan ABK dari kapal yang satu ke kapal lain.

"Jadi kapal yang merapat ada dua kapal, itu namanya Tian Yu 8 dan Liang Ting 608, itu hanya membawa dari tengah laut," jelas Umar.

"Padahal ABK kita tadinya bekerja di kapal lain, namanya Long Xing 629," lanjutnya.

Umar menyebutkan fakta ini masih didalami pemerintah Korea Selatan.

"Jadi ada komplikasi juga di situ. Kalau saya tidak begitu dalam mengenai kasusnya, tapi ini yang sedang dipelajari betul oleh aparat," papar Umar Hadi.

Sejauh ini ia masih menunggu hasil investigasi.

"Jadi masih simpang siur informasinya, kapal yang mana yang memakamkan," katanya.

"Karena pindahnya juga di mana, ini yang masih kita tunggu dari penelusuran aparat hukum setempat," lanjut Umar.

Menanggapi hal tersebut, Hikmahanto Juwana meluruskan kasus lintas negara tersebut.

Ia menegaskan bahwa kasus ini tidak secara langsung berkaitan dengan kebijakan masing-masing negara.

"Yang pasti adalah ini juga tidak langsung berkaitan dengan kedua pemerintah, Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah China," tegas Hikmahanto Juwana.

"Karena saya ingin mengatakan bahwa yang bermalah ini kan adalah kapal yang kebetulan berbendera China," lanjut dia.

Meskipun begitu, kedua belah negara dapat bekerja sama untuk menginvestigasi kasus ini.

"Tentu Pemerintah Indonesia bisa minta kepada Pemerintah China agar Pemerintah China mau bekerja sama untuk menyelesaikan permasalahan ini," papar Hikmahanto.

"Karena kapalnya berbendera China, sehingga siapa yang bersalah akan dihukum, intinya seperti itu," tutupnya.

ABK Indonesia Diperbudak di Kapal China, Susi Pudjiastuti Ungkit Kasus Lama Benjina: Bertahun-tahun

Lihat videonya mulai menit 6.00:

Kesaksian ABK yang Selamat

Seorang anak buah kapal (ABK), Riski Fauzan, mengungkapkan kronologi rekannya meninggal dunia saat bekerja di kapal ikan berbendera China.

Dikutip TribunWow.com, hal itu ia sampaikan saat dihubungi dalam TvOne, Kamis (7/5/2020).

Seperti diketahui, muncul berita sejumlah ABK Indonesia yang diperlakukan tidak manusiawi saat bekerja di kapal ikan asal China. 

 Mengapa ABK Indonesia di Kapal China Tidak Kabur meski Dieksploitasi? Begini Komentar Pengamat

Kemudian viral video jenazah ABK Indonesia yang meninggal akibat sakit dibuang ke laut.

Kabar tersebut mencuat saat disorot stasiun berita Korea Selatan MBC dan menjadi viral di negara itu.

Awalnya, Riski menuturkan bagaimana mereka sudah pasrah mendapat perlakuan seperti itu di atas kapal.

"Tidak berdaya, kami hanya ABK saja," kata Riski Fauzan melalui sambungan telepon.

"Walaupun anak-anak cuma berharap yang penting bisa berharap selamat sampai finish nanti. Jadi lebih ke pasrah," jelas dia.

Sebelumnya Riski Fauzan sempat menuturkan para ABK menderita penyakit yang tidak mereka ketahui namanya.

Ia menyebutkan gejalanya seperti bengkak-bengkak.

Riski mengaku tidak tahu-menahu bagaimana tubuh rekan-rekannya bisa mengalami seperti itu.

"Aku juga enggak tahu," tutur Riski.

"Awalnya, sih, dari kaki aja yang bengkak. Lalu dia menjalar ke paha, ke badan, ke leher, lalu ke muka," lanjut dia.

Diketahui ada tiga ABK yang meninggal dunia selama bekerja di kapal tersebut.

"Akhirnya di ujung, dari satu per satu almarhum langsung kena ke paru-paru. Kayak sesak napas," papar Riski.

Riski menyebutkan dirinya melihat langsung bahkan mendampingi rekannya sebelum meninggal dunia.

Kesaksian ABK yang selamat dari kapal China, Riski Fauzan, Kamis (7/5/2020).
Kesaksian ABK yang selamat dari kapal China, Riski Fauzan, Kamis (7/5/2020). (Capture YouTube TvOne)

 ABK Indonesia Diperbudak di Kapal China, Susi Pudjiastuti Ungkit Kasus Lama Benjina: Bertahun-tahun

Ia kemudian menjelaskan kronologi rekan ABK Sepri yang meninggal dunia.

Awalnya Sepri merasakan sakit dan sesak napas.

"Awalnya almarhum Sepri sekitar jam 02.00-03.00 udah mulai sesak. Napasnya kayak sempit," ungkap Riski.

"Mungkin dalam satu detik bisa berapa kali," lanjut dia.

Sepri rupanya sempat berharap kapal akan segera berlabuh.

Riski lalu menyampaikan kondisi temannya itu ke atasannya di kapal.

"Lalu dia sempat ngomong, 'Bang gimana? Kapalnya mau nyandar apa enggak?'," tutup Riski.

"Lalu aku sampaikan ke mandor kami. Kata mandor kami, 'Nunggu laporan dari perusahaan China'," lanjut dia.

Sepri merasa tubuhnya sudah tidak sanggup lagi bertahan.

Dalam kurun waktu dua jam kemudian, Riski kehilangan seorang rekan ABK.

"Jam 05.00 almarhum masih ngomong lagi, udah enggak kuat katanya," jelas Riski.

"Lalu jam 07.00 beliau pergi ke toilet untuk buang air. Setelah pulang dari buang air itu langsung mengembuskan napas terakhir," papar dia.

 Kesaksian ABK Selamat dari Kapal China, Makan Umpan Ikan Tak Segar: Selain ABK Indonesia Makan Fresh

Riski mengatakan ketiga rekannya cukup lama menderita bengkak-bengkak.

"Kurang lebih 1 bulan. Ada yang lebih ada yang kurang," katanya.

Saat itu ia tidak tahu secara pasti lokasi kapal.

"Aku tidak tahu tepatnya, karena kami tidak pernah lihat monitor kapten di atas," ungkap Riski.

"Mungkin waktu itu kami sedang fokus kerja jadi enggak pernah naik-naik ke atas. Setahu saya di Samudra Pasifik aja," tambahnya. (TribunWow.com/Brigitta Winasis)

Sumber: Kompas TV
Tags:
Anak Buah Kapal (ABK)IndonesiaChinaKorea Selatan
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA
KOMENTAR

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved