Virus Corona
Ngabalin Kaitkan Arti Kata Ramadan dengan Akhir Pandemi Corona: Artinya Itu Panas sampai Kekeringan
Ngabalin menjelaskan arti kata Ramadan memiliki hubungan dengan akhir pandemi Covid-19.
Penulis: anung aulia malik
Editor: Maria Novena Cahyaning Tyas
TRIBUNWOW.COM - Cuaca panas sempat disebut sebagai faktor yang berpengaruh terhadap penyebaran pandemi Virus Corona (Covid-19).
Berdasarkan penelitian yang ada, beberapa ahli mengatakan bahwa Covid-19 tidak bisa hidup di daerah dengan suhu panas yang tinggi.
Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Ali Mochtar Ngabalin mengaitkan arti kata Ramadan dengan akhir pandemi Covid-19.

• Di ILC, Ngabalin Singgung Hadis Nabi soal Larangan Mudik saat Corona: Covid Ini adalah Mahkluk Allah
Perbandingan itu ia sampaikan saat hadir di acara Indonesia Lawyers Club (ILC), Rabu (29/4/2020).
Menurutnya arti kata Ramadan yang memiliki makna panas ada hubungannya dengan temuan para ilmuan tersebut.
Awalnya, Ngabalin menyoroti judul ILC malam itu, yakni 'Di Tengah Wabah Corona: Dari Ibadah sampai Mudik'.
"Saya memulai dari judul awal kita adalah di tengah wabah Corona dari ibadah sampai dengan mudik," kata dia.
Ngabalin akhirnya memulai menjelaskan dari arti makna Ramadan.
"Bang Karni yang terhormat, di dalam konsep ajaran Islam karenanya ini ada di bulan suci Ramadan, saya ingin mengawali dengan pengertian Ramadan dulu," ujarnya.
Pria kelahiran Fakfak itu menyoroti arti kata Ramadan yang berasal dari bahasa Arab.
Berdasarkan penjelasan Ngabalin Ramadan bermakna panas yang intens hingga menimbulkan kekeringan.
"Ramadan itu sendiri berasal dari akar kata yang bahasa Arab selalu kita sebut dengan kata Ramidha atau Arramadh," jelasnya.
"Artinya itu panas menghapuskan, dan sampai pada kekeringan," lanjut Ngabalin.
Ngabalin lalu menyambungkan arti kata Ramadan tersebut dengan temuan para peneliti tentang kaitan panas dengan akhir Covid-19.
Ia bahkan berharap para temuan peneliti tersebut benar adanya.
"Oleh karena itu kalau kita dalam beberapa waktu yang lalu ada mendengarkan ada para ahli yang memberikan pengertian, dan menjelaskan bahwa Covid-19 ini akan berakhir dalam bulan Ramadan, kita semua mengaminkan itu," papar Ngabalin.
Ngabalin beranggapan apabila Covid-19 hilang saat Ramadan nanti, maka itu adalah berkah dari Allah SWT.
"Apakah pengaruh satu panas itu salah satu juga akan berpengaruh terhadap penyebaran Covid atau virus itu akan mati karena panasnya bulan suci Ramadan dengan hikmah yang ditakdirkan oleh Allah," terangnya.
• Minta Pemerintah Gunakan Akal Sehat Tangani Corona, Sandiaga Uno: Ekonomi Bisa Kita Hidupkan Kembali
Sebelumnya diberitakan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga mengatkan hal serupa soal efek panas terhadap penyebaran Covid-19.
Kepastian tersebut menurut Jokowi berdasarkan hasil penilitian yang dilakukan di Amerika Serikat.
Hal ini disampaikan Jokowi dalam konferensi video di Istana Merdeka, Jumat (24/4/2020) yang ditayangkan melalui Youtube Sekretariat Presiden.
"Tadi pagi saya mendengar penyataan dari pejabat departemen of Homeland Security dari pemerintah Amerika Serikat yang menyampaikan hasil penelitian bahwa suhu udara, sinar matahari, dan tingkat kelembaban udara sangat mempengaruhi kecepatan kematian virus Corona di udara dan dipermukaan tidak berpori," ujar Jokowi.
Kabar baik itu pun disyukuri oleh Jokowi, karena seperti diketahui kita semua hidup di Indonesia yang memiliki iklim tropis.
"Berita ini merupakan kabar menggembirakan bagi kita, Karena kita hidup di alam tropis, yang suhunya panas, udaranya lembab, dan kaya akan Sinar matahari," katanya.
• Tolak 500 TKA China karena Corona, Bupati Konawe Pertanyakan Janji Luhut Binsar Panjaitan
Simak video berikut ini menit awal:
Pakar Prediksikan Ratusan Ribu Kasus Baru
Sebelumnya, Pakar Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia, Pandu Riono kembali mengingatkan masyarakat soal risiko mudik di tengah pandemi Virus Corona.
Dilansir TribunWow.com, Pandu Riono menyebut mudik dalam waktu dekat hanya akan menimbulkan masalah baru.
Bahkan, menurut dia mudik dapat mengancam nyawa pemudik maupun sanak keluarga di kampung halaman.
Hal itu disampaikannya melalui tayangan YouTube Kompas TV, Senin (27/4/2020).
Pada kesempatan itu, Pandu Riono menjelaskan mudik bisa memperbesar risiko penularan Virus Corona di daerah.
Jika terjadi angka mudik separuh dari tahun lalu, Pandu memprediksi akan ada lonjakan Virus Corona hingga 200 ribu kasus baru.
"Jadi mudik itu adalah eksodus atau perbesaran yang kita lihat bisa memberikan dampak ke daerah tujuan mudik," terang Pandu.
"Kita melakukan pemodelan, ternyata kalau dari separuh dari pemudik yang tahun lalu itu bisa memberikan dampak peningkatan kasus yang cukup besar sampai 200 ribu dari kasus yang ada."

• Soal Larangan Mudik, Karni Ilyas Soroti Warga yang Nekat Lalui Jalan Tikus: Mau Nyolong ke Mana?
• Tak Hanya Pengendara Mobil, Pemudik yang Pakai Motor Juga akan Dipaksa Putar Balik
Bahkan menurut dia, tak hanya lonjakan kasus, angka kematian akan meningkat tajam seiring dengan banyaknya masyarakat yang mudik.
Pandu menjelaskan, lonjakan angka kematian tersebut disebabkan karena fasilitas kesehatan penanganan Virus Corona yang belum memadai di daerah.
"200 ribu ini akan ada di kampung halaman yang jauh dari pelayanan kesehatan yang memadai," jelas Pandu.
"Sehingga angka kematiannya akan tinggi, jadi tidak hanya kasus baru saja tapi menimbulkan kematian karena kapasitas layanan kesehata di daerah sangat terbatas." (TribunWow.com/Anung/Gipty)