Breaking News:

Virus Corona

Indonesia Mulai Uji Coba Plasma Darah Penyintas Virus Corona sebagai Alternatif Terapi

Terkait uji coba ini, peneliti mengingatkan bahwa , jika berhasil, terapi plasma darah tersebut bukanlah obat massal untuk Covid-19.

Editor: Ananda Putri Octaviani
istimewa via Tribunnews.com
Ilustrasi penanganan pasien Corona di RS Margono Soekarjo, Purwokerto 

Salah satu penyintas Covid-19 di Indonesia yang sudah menyumbangkan plasma darahnya untuk uji klinis tersebut adalah Ratri Anindyajati, atau pasien 03.

Ratri mengatakan bahwa awalnya ia tak langsung yakin akan berpartisipasi dalam penelitian tersebut.

"Waktu awal di-approach sama Kemenkes melalui RSPAD [Gatot Soebroto] kan dibilangin, iya nih, ternyata ada penelitian bahwa plasma darah yang sudah sembuh bisa bantu yang sedang sakit. Tapi karena aku pribadi bukan orang medis sama sekali jadi begitu dikasih tahu bahwa itu nanti darah merahku diambil semuanya, terus masuk ke sebuah mesin, disaring plasma darahnya, itu takut saja sebenarnya. Itu bagaimana sih konsepnya? Mesinnya seperti apa?" kata Ratri.

Ia lalu memikirkan permintaan tersebut selama dua minggu, yang dipakainya untuk pelan-pelan membaca dokumen yang diberikan oleh pihak rumah sakit sebelum menandatangani pernyataan yang menunjukkan kesediaannya menjadi donor plasma darah.

Pihak rumah sakit, kata Ratri, sabar menanti sampai ia siap dan bersedia menjadi donor.

"Begitu [plasma darah] kita diambil, sakitnya itu seperti ada jarum masuk, jarumnya tebal banget sih, aku belum pernah lihat jarum pengambilan darah sebesar itu," ujar Ratri.

Ratri menyumbang 200cc darah, yang tidak semuanya diambil secara langsung. Prosesnya dilakukan dalam dua kali putaran: pertama, ia menyumbang 100cc darah.

Darah merah yang keluar masuk ke sebuah mesin, di mana terdapat sebuah selang untuk menyaring plasma darah yang masuk ke tabung lain. Darah merah yang sudah keluar lalu masuk ke tubuhnya kembali. Pengambilan darah 100cc yang berikutnya pun dilanjutkan dengan proses yang sama.

"Jadi total aku duduk di situ 45 menitan, hampir 50 menit, tanganku kesemutan," ujar Ratri.

Sementara itu adiknya dan ibunya, yang adalah pasien Covid-19 01 dan 02 di Indonesia, tidak bisa menjadi donor karena alasan kesehatan. Ia mengatakan, sang ibu telah melahirkan tiga kali, sehingga tidak bisa menjadi donor.

Meskipun awalnya takut, Ratri mengatakan ia akhirnya bersedia menjadi donor untuk kebaikan masyarakat bersama. Selain itu, ia menjadi tenang setelah diberitahu dokter bahwa menyumbang plasma darah tidak membuat kepala pusing dan reproduksinya di dalam tubuh hanya 15 hari, dibandingkan dengan donor darah yang reproduksinya bisa mencapai enam minggu.

Ratri, beserta adik dan ibunya, memilki tekanan darah rendah sehingga ia tidak pernah dibolehkan menyumbang darah.

"Memang takut, tapi akhirnya aku pikir it's for the greater good saja, dan sebenarnya the sooner vaksin untuk Covid-19 bisa ditemukan kan the sooner for everyone ...and to my own benefit, kalau aku sakit lagi dan vaksinnya sudah ada, kan itu lebih enak," katanya.

Perlu protokol kesehatan yang aman

Amin Soebandrio, kepala LBM Eijkman, mengatakan saat ini pihaknya tengah menyusun protokol kesehatan yang aman bersama RSPAD Gatot Soebroto.

Halaman
1234
Sumber: BBC Indonesia
Tags:
VaksinVirus CoronaCovid-19
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved