Virus Corona
Nekat Mudik saat Corona Dipaksa Putar Balik, Mahfud MD: Terlanjur Keluar Uang Itu Urusan Dia
Mahfud MD membahas soal larangan mudik terkait yang dikeluarkan oleh Presiden RI Joko Widodo terkait penanganan pandemi Covid-19.
Penulis: anung aulia malik
Editor: Ananda Putri Octaviani
TRIBUNWOW.COM - Menteri Politik Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD menanggapi soal langkah pemerintah dalam memberlakukan pelarangan mudik saat pandemi Virus Corona (Covid-19).
Mahfud menjelaskan hingga saat ini para pemudik yang nekat untuk keluar dari Jakarta dipaksa untuk putar balik ke daerah asal mereka, begitu juga warga berasal dari luar yang ingin ke Jakarta.
Ia bahkan mengatakan dirinya tidak peduli apabila masyarakat merugi karena telah mengeuarkan uang selama perjalanannya.

• Kisah di Balik Video Viral Bapak Tutup Pintu Pagar Rumah saat Anaknya Mudik karena Takut Corona
Dikutip dari YouTube BNPB Indonesia, Sabtu (25/4/2020), awalnya host acara perbincangan tersebut dr. Lula Kamal menanyakan kapan waktu pelarangan mudik dimulai.
"Kemarin ada cerita mengenai pulang kampung versus mudik," kata dr. Lula Kamal.
"Kapan kita dianggap mudik, kapan kita berhenti tidak boleh lagi pulang kemanapun, atau pergi ke kampung, hitungannya apa? Pertengahan Ramadan kah atau bagaimana," lanjutnya.
Mahfud MD mengatakan pelarangan mudik telah berlaku sejak Jumat (24/4/2020).
"Perhitungannya tanggal 24 April kemarin," kata dia.
Terkait banyak ditemukan pelanggaran aturan larangan mudik, Mahfud meminta hal tersebut dimaklumi.
Sebab aturan baru saja diberlakukan, dan masyarakat masih menyesuaikan.
"Jadi 24 April kemarin itu orang sudah dilarang mudik, bahwa pada hari pertama, kedua mungkin karena masih penyesuaian, masih terjadi pelanggaran di sana-sini, itu bisa dimaklumi," papar Mahfud.
Meskipun demikian Mahfud menunjukkan bahwa aturan tersebut sudah berjalan dengan baik.
Ia menyinggung soal pemberitaan di media yang menunjukkan bagaimana telah banyak pemudik yang terlanjur berangkat, tapi dipaksa untuk kembali ke daerahnya masing-masing.
Terkait kerugian orang-orang tersebut, Mahfud mengatakan itu sudah menjadi risiko masing-masing.
"Dengan segala risiko yang melakukannya (nekat mudik) bahwa dia terlanjur keluar uang itu urusan dia," ujar Mahfud.
"Pokoknya Anda enggak boleh keluar Jakarta."
Tidak hanya orang yang ingin keluar ke Jakarta, Mahfud menjelaskan pelarangan juga berlaku bagi orang-orang yang ingin masuk ke Jakarta.
"Yang mau masuk juga itu sudah banyak yang disuruh balik, di mana-mana," terang Mahfud.
Mahfud menjelaskan semakin hari aturan larangan mudik akan semakin diperketat.
"Mungkin semakin hari akan semakin ketat penegakannya," tuturnya.
• Nekat Mudik saat Corona, Kemenhub Siap Sanksi Tegas Mulai 7 Mei: Ini Memang Perlu Waktu
Kapan Larangan Berakhir?
Mahfud lalu menjelaskan sampai kapan aturan larangan mudik akan diberlakukan.
Pertama ia menjelaskan berdasarkan peraturan yang ada, larangan akan selesai setelah lebaran berakhir.
Namun apabila kondisi belum kunjung membaik, maka larangan mudik bisa diperpanjang terus.
Mahfud menjelaskan berdasarkan skenario pemerintah, negara telah mengantisipasi hingga bulan Desember, karena libur lebaran dipindahkan ke akhir tahun.
Ia tak memungkiri sudah banyak prediksi yang mengatakan pandemi Covid-19 akan berakhir pada Juli.
"Itu artinya antisipasi kita sampai Desember, meskipun di dalam banyak prediksi diperkirakan Juli sudah akan selesai," kata Mahfud.
"Tetapi kita mengantisipasi sampai Desember," sambungnya.
Mahfud mengibaratkan aturan larangan mudik layaknya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang bisa diperpanjang sesuai situasi, dan kondisi di lapangan.
"Dan akan selalu bisa diperpanjang, seperti PSBB Jakarta," pungkasnya.
Lihat videonya mulai menit ke-13.00:
Psikiater Ibaratkan Mudik Layaknya Kecanduan
Psikiater dr. Danardi Sosrosumihardjo Sp. KJ(K) menjelaskan soal perilaku masyarakat yang nekat mudik di tengah pandemi Virus Corona (Covid-19).
Menurutnya perilaku tersebut timbul dari kebiasaan yang kemudian menjadi layaknya kecanduan.
Ia mengatakan apabila masyarakat tidak melakukan hal tersebut akan ada kecemasan, dan sesuatu yang kurang.
Dikutip dari YouTube Talk Show tvOne, Jumat (24/4/2020), awalnya presenter acara APA KABAR INDONESIA MALAM menanyakan apakah kebiasaan seperti mudik bisa ditahan.
Danardi menjelaskan bahwa manusia memang mahkluk yang ingin berkumpul.
Kemudian kebiasaan berkumpul juga terbentuk karena budaya yang telah berada sejak lama, dan terakhir adalah dorongan dari sisi agama yang membiasakan manusia melakukan kegiatan bersama-sama.
"Jadi betul bahwa manusia itu kan mahkluk sosial, harus berkumpul," kata Danardi.
"Dan manusia itu mahkluk budaya dimana sudah bertahun-tahun mempunyai suatu pola untuk berkumpul, juga mungkin secara religi bahwa mempunyai kebiasaan salat Tarawih misalnya, buka puasa bersama, termasuk juga nanti pulang kampung ketika lebaran."

• VIDEO Warga Abaikan PSBB dan Surat Edaran Walkot di Pasar Kranji Bekasi, Pengunjung Membludak
Danardi menjelaskan untuk mengubah kebiasaan yang telah terbentuk sejak lama bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan.
"Itu budaya yang sudah terpatri bertahun-tahun itu tentu tidaklah mudah untuk bisa diubah," ujarnya.
Cara untuk mengatasi masalah tersebut menurut Danardi harus terus dilakukan oleh pemerintah, pemimpin, dan ulama yang terus-terusan memberikan pengertian terkait pandemi Covid-19.
Danardi juga berharap masyarakat yang lain bisa ikut memberikan pengertian kepada orang yang tidak mengerti bahaya dari pandemi Covid-19.
"Berharapnya bahwa teman-teman atau saudara-saudara kita yang paham tentang hal ini bisa memberikan contoh, memberikan teladan bahwa ayo kebiasaan ini untuk kali ini, untuk tahun ini dimana memang saat ini ada suatu pandemi yang bisa membahayakan siapapun, itu pelan-pelan dilakukan suatu perubahan," paparnya.
Motivasi Nekat Mudik?
Selanjutnya presenter APA KABAR INDONESIA MALAM kembali menanyakan apa dorongan orang-orang yang nekat mudik, mengapa mereka bersikeras melakukan hal tersebut.
Danardi menjelaskan kebiasaan yang dimiliki oleh masyarakat dapat disamakan dengan sebuah kecanduan atau adiksi.
"Bahwa kalau saya sudah mempunyai suatu kebiasaan, seperti orang adiksi," kata dia.
Ia menjelaskan apabila rasa kecanduan tersebut tidak terpenuhi, manusia yang bersangkutan akan merasa cemas.
"Kalau tidak dilakukan ada suatu kecemasan, ada sesuatu yang kurang," ujar Danardi.
"Kok ini enggak saya lakukan ya, dan rasa tidak nyaman," imbuhnya.
Danardi menyimpulkan rasa kecanduan tersebut adalah faktor yang mendorong masyarakat nekat mudik meskipun sedang pandemi Covid-19.
"Itu yang menjadi (alasan) saya masih ingin tarawih, ingin silaturahmi, ingin mudik," tandasnya.
• Dikarantina di Rumah Angker karena Nekat Mudik, 2 Warga Sragen Menyerah, 1 Tetap Bertahan
Lihat videonya mulai menit ke-awal:
(TribunWow.com/Anung)