Breaking News:

Virus Corona

Sebut Pemerintah Tak Jelas Atasi Corona, Refly Harun: Dari Awal Saya Meragukan PSBB Menjadi Solusi

Refly Harun memaparkan analisanya, dan menjelaskan mengapa pemerintah ia anggap tidak totalitas dalam menghadapi pandemi Covid-19.

Penulis: anung aulia malik
Editor: Ananda Putri Octaviani
YouTube Refly Harun
Refly Harun memaparkan analisanya, dan menjelaskan mengapa pemerintah ia anggap tidak totalitas dalam menghadapi pandemi Covid-19, Jumat (24/4/2020). 

TRIBUNWOW.COM - Pakar hukum tata negara Refly Harun mengomentari langkah pemerintah dalam menangani pandemi Virus Corona (Covid-19).

Refly mencontohkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang ia anggap belum efektif.

Ia juga menyayangkan pemerintah belum bisa memberikan kepastian soal solusi pemerintah menangani Covid-19.

Sejumlah pengendara terjebak kemacetan dikawasan Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Kamis (23/4/2020). Kepadatan kendaraan tersebut terjadi akibat adanya pengerjaan pembangunan flyover Lenteng Agung, Selain itu masih banyak warga yang melakukan aktivitas diluar rumah saat penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Tribunnews/Jeprima
Sejumlah pengendara terjebak kemacetan dikawasan Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Kamis (23/4/2020). Kepadatan kendaraan tersebut terjadi akibat adanya pengerjaan pembangunan flyover Lenteng Agung, Selain itu masih banyak warga yang melakukan aktivitas diluar rumah saat penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Tribunnews/Jeprima (Tribunnews/JEPRIMA)

VIDEO Warga Abaikan PSBB dan Surat Edaran Walkot di Pasar Kranji Bekasi, Pengunjung Membludak

Dikutip dari YouTube Refly Harun, Jumat (24/4/2020), awalnya Refly bercerita bahwa dirinya sudah meminta agar lockdown diberlakukan.

"Saya dari awal menuntut agar kita lockdown rumah sekalian," kata Refly.

Mantan Komisaris Utama Pelindo I itu bercerita bagaimana dirinya telah melaksanakan lockdown sendiri, dan mengurung diri di rumah.

"Saya pribadi sudah lockdown, tidak keluar rumah 14 hari, bahkan tidak keluar halaman rumah," kata Refly.

"Sebelumnya sudah tidak keluar rumah 14 hari juga."

Namun ia juga mengatakan bahwa dirinya pernah keluar dari rumah untuk menghadiri acara Indonesia Lawyers Club (ILC), lalu interview dengan Rahma Sarita dari Realita tv, dan Mata Najwa.

Pada setiap kegiatannya, Refly mengatakan ia selalu mengindahkan protokol penanganan Covid-19, satu di antaranya adalah social distancing.

Nekat Langgar PSBB di Banjarmasin? Siap-siap Kena Sabetan Rotan dari Satpol PP

Pemerintah Tak Totalitas

Selanjutnya Refly menyinggung pernyataan Kepala Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo tentang PSBB.

Ia merujuk pada pernyataan Doni yang menganggap PSBB di Jakarta belum efektif dilakukan.

Refly mengakui sejak awal dirinya sudah pesimis PSBB bisa jadi solusi pencegahan penyebaran Covid-19.

"Dianggap tidak efektif juga, di DKI PSBB diperpanjang, dan dari awal saya meragukan apakah PSBB ini akan menjadi solusi," paparnya.

"Dan ternyata sampai sekarang kita tidak tahu berapa lama PSBB akan diterapkan," lanjut Refly.

Refly menyayangkan pemerintah tidak memiliki solusi pasti dalam penanganan Covid-19.

"Berapa lama lagi kemudian kita mendapati ketidakjelasan skenario dalam menghadapi Covid-19 ini," ucapnya.

"Apakah skenarionya hanya safety by the bell (diselamatkan oleh lonceng atau waktu -red), nanti kita berharap musim panas virus mati sendiri."

Refly bahkan menganggap pemerintah tidak bisa bekerja maksimal dalam menangani penyebaran Covid-19.

"Dalam titik ini saya merasa pemerintah kok tidak at all cost (totalitas -red) untuk memerangi pandemi ini," kata dia.

Kemudian ia memaparkan sejumlah program pemerintah yang menurutnya tidak penting untuk digarap di tengah pandemi Covid-19.

"Proyek seperti Kartu Prakerja, kemudian juga belajar online, penting, tapi not necessary (tidak penting) untuk saat ini," kata Refly.

"Termasuk juga proyek misalnya biaya konsultan pembinaan Ibu Kota, not necessary saat ini."

"Saat ini yang terpenting adalah bagaimana kita menangani Covid-19," tandasnya.

Kata Jokowi soal Ojol Boleh Bawa Penumpang saat PSBB Jakarta: Kalau Dilarang Malah Jadi Masalah Baru

Lihat videonya mulai menit ke-13:03: 

 

Jokowi Jawab Alasan Tak Mau Lockdown

Sebelumnya, Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) telah menjelaskan mengapa pemerintah tidak menerapkan lockdown di Indonesia untuk mengatasi pandemi Virus Corona (Covid-19).

Jokowi pertama memaparkan bahwa Jakarta membutuhkan dana sebesar Rp 550 miliar per hari untuk menghidupi masyarakat apabila diberlakukan lockdown.

Ia juga mengatakan sampai saat ini belum ada negara yang berhasil mengatasi Covid-19 lewat solusi lockdown.

Dikutip dari wawancara eksklusif Jokowi dengan presenter kondang Najwa Shihab, Senin (21/4/2020), awalnya Najwa menanyakan bagaimana tanggapan Jokowi terhadap orang-orang yang mau tidak mau harus keluar untuk bekerja.

RI 1 menjawab memang pilihan yang sulit bagi masyarakat untuk berdiam diri di rumah menghindari Covid-19, atau tetap pergi keluar untuk bekerja.

"Itu memang pilihan-pilihan yang semuanya tidak enak," kata Jokowi.

"Dan kita semuanya harus menyadari bahwa di luar itu masih banyak."

Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam tayangan Mata Najwa, Rabu (22/4/2020).
Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam tayangan Mata Najwa, Rabu (22/4/2020). (YouTube Najwa Shihab)

  Najwa Shihab Singgung Jalan Masih Ramai meski PSBB, Jokowi: Aktivitas Bisa Dilakukan tapi Jaga Jarak

Ia kemudian memaparkan sejumlah pekerjaan yang mau tidak mau harus keluar bekerja di tengah pandemi Covid-19.

"Buruh harian, pekerja harian, pedagang-pedagang asongan, ini hidupnya harian," kata dia.

Jokowi mengatakan keputusan mengenai para pekerja tersebut harus diambil secara hati-hati, supaya tidak menimbulkan masalah baru.

"Ini juga yang harus menjadi hitungan, kalkulasi kita, jangan sampai kita ingin menyelesaikan sebuah masalah, tapi muncul masalah baru yang lain, yang lebih besar, kalau kita tidak hitung, dan kalkulasi," jelasnya.

Tak Ada Lockdown yang Sukses

Kemudian Najwa menanyakan kepada Jokowi, apakah anggaran pemerintah cukup untuk mengayomi masyarakat selama Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) diberlakukan.

Najwa menyinggung PSBB tidak mengharuskan pemerintah menjamin kehidupan rakyat.

Ia bahkan mengibaratkan PSBB layaknya karantina wilayah gratisan, dimana pemerintah tidak memilki tanggung jawab untuk menyuplai bantuan kepada masyarakat.

Jokowi menjawab bahwa karantina wilayah adalah hal yang sama dengan lockdown, dimana transportasi dimatikan total, dan masyarakat harus di rumah.

"Kalau yang namanya karantina wilayah itu kan sama dengan lockdown," kata dia.

"Artinya apa? Masyarakat harus hanya di rumah, bus berhenti enggak boleh keluar, taksi berhenti, ojek berhenti, pesawat berhenti, kereta api berhenti, MRT berhenti, KRL, semuanya berhenti, hanya di rumah," lanjutnya.

Wawancara eksklusif Najwa Shihab dengan Presiden RI Joko Widodo, Senin (21/4/2020).
Wawancara eksklusif Najwa Shihab dengan Presiden RI Joko Widodo, Senin (21/4/2020). (facebook/@OfficialTRANS7)

Jokowi mengaku, dirinya pernah memperhitungkan apabila Jakarta diberlakukan lockdown, pemerintah membutuhkan Rp 550 miliar untuk memastikan semua kebutuhan masyarakat tercukupi.

"Untuk Jakarta saja pernah kami hitung-hitungan per hari membutuhkan Rp 550 miliar, hanya Jakarta saja," terangnya.

"Kalau Jabodetabek tiga kali lipat, itu per hari."

Kemudian Najwa menanyakan apakah budget menjadi alasan Indonesia tidak menerapkan lockdown.

Jokowi menjawab tegas, bahwa budget bukan alasan lockdown tidak diberlakukan.

Ia mengatakan hingga saat ini belum ada negara yang berhasil mengatasi pandemi Covid-19 dengan mekanisme lockdown.

"Bukan karena masalah budget, kita kan juga belajar dari negara-negara lain, apakah lockdown itu berhasil menyelesaikan masalah? Kan tidak," ujar Jokowi.

"Coba tunjukkan negara mana yang berhasil melakukan lockdown, dan bisa menghentikan masalah ini, enggak ada sama sekali," lanjutnya.

Jokowi mengatakan ia setiap hari memantau juga bagiamana negara-negara lain mengatasi Covid-19.

"Karena setiap hari saya selalu ada briefing kertas yang di situ menginformasikan mengenai negara-negara A, B, C melakukan apa, hasilnya apa, " ucapnya.

"Kemudian di sana kasus positif berapa, yang meninggal berapa ada."

"Saya setiap hari ada informasi mengenai itu," lanjut Jokowi.

Selanjutnya Jokowi menekankan bahwa suatu kebijakan yang diambil oleh negara lain, belum tentu bisa diterapkan di Indonesia.

Ia juga mengatakan bahwa hingga saat ini belum ada negara yang berhasil menemukan strategi untuk mengatasi Covid-19 secara sempurna.

"Jadi dalam memutuskan sesuatu, sekali lagi bahwa setiap negara berbeda-beda, karena karakternya berbeda-beda, tingkat kesejahteraan berbeda, tingkat pendidikan berbeda, tingkat kedisplinan berbeda, geografis berbeda, kemampuan fiskal juga berbeda," paparnya.

"Jadi enggak bisa kita suruh niru-niru negara lain, dan sampai saat ini saya melihat tidak ada formula yang pasti, yang bisa menyelesaikan masalah Covid-19 ini," pungkasnya.

 WHO Bantah Tuduhan Trump, Tegaskan Virus Corona Berasal dari Kelelawar, Bukan Laboratorium

Simak videonya mulai menit awal:

 

 

 

(TribunWow.com/Anung)

Sumber: TribunWow.com
Tags:
Virus CoronaCovid-19Refly Harun
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved