Breaking News:

Virus Corona

IDI Punya Data Beda soal Jumlah Kematian Pasien Corona, Istana Tetap Percaya Jubir Achmad Yurianto

Istana menanggapi data IDI soal jumlah kematian akibat pandemi Covid-19 yang mencapai angka ribuan.

Penulis: anung aulia malik
Editor: Claudia Noventa
youtube Talk Show tvOne
Istana menanggapi data IDI soal jumlah kematian akibat pandemi Covid-19 yang mencapai angka ribuan, Selasa (21/4/2020). 

TRIBUNWOW.COM - Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Brian Sriprahastuti menanggapi soal data Ikatan Dokter Indonesia (IDI) yang mengatakan bahwa angka kematian masyarakat karena pandemi Virus Corona (Covid-19) telah mencapai angka ribuan.

Brian mengatakan dirinya akan tetap mempercayai apa yang disampaikan oleh Juru Bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19 Achmad Yurianto.

Ia menjelaskan bahwa angka kematian yang diumumkan oleh pemerintah murni berasal dari pasien yang telah terbukti positif Covid-19 lewat tes PCR atau tes swab.

Kerabat berziarah di makam khusus korban Covid-19 di TPU Pondok Ranggon, Jakarta Timur, Jumat (17/4/2020). Hingga Jumat (17/4) pukul 12.00 WIB tercatat pasien positif Covid-19 di seluruh Indonesia sebanyak 5.923 orang, 520 orang di antaranya meninggal dan 607 orang lainnya dinyatakan sembuh. Warta Kota/Alex Suban
Kerabat berziarah di makam khusus korban Covid-19 di TPU Pondok Ranggon, Jakarta Timur, Jumat (17/4/2020). Hingga Jumat (17/4) pukul 12.00 WIB tercatat pasien positif Covid-19 di seluruh Indonesia sebanyak 5.923 orang, 520 orang di antaranya meninggal dan 607 orang lainnya dinyatakan sembuh. Warta Kota/Alex Suban (Warta Kota/Alex Suban)

Adi Prayitno Kritik Kartu Pra Kerja di Tengah Corona: Jangan sampai Tujuan Mulia Ini Tak Ada Gunanya

Pada acara APA KABAR INDONESIA PAGI, Selasa (21/4/2020), Brian awalnya mengakui ia tidak tahu dari mana IDI bisa dapat angka seribu.

"Saya enggak tahu juga IDI dapat angka seribu itu dari mana," kata Brian.

"Tapi kalau saya tetap mempercayai apa yang disampaikan oleh juru bicara Pak Ahmad Yurianto beberapa hari yang lalu," lanjutnya.

Brian lalu menjelaskan bahwa angka kematian yang diumumkan oleh pemerintah hanya berasal dari pasien Covid-19 yang telah terbukti positif lewat tes PCR atau tes swab.

"Mengkonfirmasi saja bahwa kematian yang dilaporkan adalah kematian yang dinyatakan pemeriksaan PCRnya positif," kata Brian.

"Karena ini standarnya sama, ini juga yang dilaporkan," lanjutnya.

Kemudian Brian meluruskan bahwa penanganan bukan berarti dibatasi untuk orang-orang yang telah terbukti positif Covid-19.

Ia mengatakan penanganan oleh tenaga medis tetap dilakukan ke semua orang yang memiliki gejala terjangkit Covid-19.

"Tetapi memang faktanya di dalam penanganan Protap atau penanganan Covid-19 ini, yang mendapatkan perawatan secara medis itu bukan hanya dibatasi mereka yang PCRnya positif," kata Brian.

"Tetapi gejala kemudian pemeriksaan diagnostik yang lain juga bisa menjadi dasar bagi seseorang itu dirawat, mendapatkan perawatan," tambahnya.

Brian menjelaskan pada penanganan di lapangan, tenaga medis tidak menunggu hasil tes untuk menangani orang yang telah menunjukkan gejala Covid-19.

"Jadi seseorang dinyatakan PDP tidak harus orang yang PCRnya positif," ujar Brian.

Akui Punya Data Pasien Corona hingga Alamat Rumah, Istana Masih Pikir-pikir Buka Data ke Publik

Pemeriksaan Tak Tergantung Tes

Selanjutnya, Brian menjelaskan bahwa pemerintah telah memiliki data baik Orang dalam Pemantauan (ODP), dan Pasien dalam Pengawasan (PDP).

Brian juga menyinggung pernyataan juru bicara pemerintah untuk kasus pandemi Covid-19 yang pernah memaparkan data terkait jumlah ODP, PDP, dan spesimen yang diperiksa.

Ia juga menjelaskan bahwa pemerintah memeriksa pasien, tidak tergantung hasil tes swab atau tes PCR mereka.

"Bagaimana kita menangani kasus itu tidak tergantung pada PCRnya," kata Brian.

Brian mengatakan nantinya data PDP tersebut tetap dicatat, dan akan bisa diakses oleh dinas kesehatan mulai dari kabupaten hingga provinsi yang nantinya akan melakukan tindakan lebih lanjut.

"Artinya seseorang yang PDP tetap tercatat," jelasnya.

"Kemudian nanti dari dinas kesehatan provinsi, kabupaten, sampai puskesmas itu punya kewajiban untuk melakukan yang disebut dengan penyelidikan epidemiologi," sambung Brian.

Brian menambahkan bahwa orang dengan status PDP juga akan ditracking demi menekan penyebaran Covid-19.

Ia lalu merujuk pada tiga perintah Presiden RI Joko Widodo soal penanganan Covid-19.

"Satu pemeriksaan yang lebih masif, kemudian yang kedua adalah pelacakan yang progresif, dan yang ketiga mengisolasi dengan ketat," kata Brian.

 Sempat Tak Makan 2 Hari karena Corona, Yuli Kini Meninggal, Pemkot Serang: Jangan Saling Menyalahkan

Simak videonya mulai menit ke-2.50: 

IDI Jelaskan soal Beda Data

Pada acara yang sama, Ketua Biro Hukum Pembinaan dan Pembelaan Anggota Ikatan Dokter Indonesia BHP2A IDI, dr. Nazar memberikan penjelasan alasan terjadinya perbedaan data Virus Corona di Indonesia.

Dilansir TribunWow.com, dr. Nazar menyebut setidaknya ada tiga kemungkinan yang menjadi penyebabnya.

Dr. Nazar mengatakan kemungkinan pertama adalah karena dipengaruhi oleh perbedaan waktu dalam penginputan data.

Petugas melakukan proses pemakaman jenazah korban virus corona (Covid-19) di sebuah Taman Pemakaman Umum (TPU), di Jakarta, Rabu (15/4/2020). Proses pemakaman korban positif Covid-19 maupun yang masih berstatus pasien dalam pemantauan (PDP) harus mengikuti protokol kesehatan, yakni antara lain petugas mengenakan alat pelindung diri (APD), jenazah segera dikuburkan, dan keluarga yang hadir dibatasi seminimal mungkin. Terbaru, ilustrasi pemakaman jenazah pasien Covid-19.
Petugas melakukan proses pemakaman jenazah korban virus corona (Covid-19) di sebuah Taman Pemakaman Umum (TPU), di Jakarta, Rabu (15/4/2020). Proses pemakaman korban positif Covid-19 maupun yang masih berstatus pasien dalam pemantauan (PDP) harus mengikuti protokol kesehatan, yakni antara lain petugas mengenakan alat pelindung diri (APD), jenazah segera dikuburkan, dan keluarga yang hadir dibatasi seminimal mungkin. Terbaru, ilustrasi pemakaman jenazah pasien Covid-19. (AFP/Bay Ismoyo)

 UPDATE Virus Corona di Indonesia 21 April 2020: 7135 Kasus Positif, 616 Meninggal, 842 Sembuh

Hal tersebut terjadi karena misalnya ada kasus baru Virus Corona yang didapati oleh daerah, sedangkan sebelumnya, data per hari itu sudah dikirim ke pemerintah pusat.

Dengan kasus seperti itu, tentunya penginputan ke pemerintah pusat dilakukan pada hari selanjutnya.

Hal ini disampaikan dr. Nazar dalam acara Apa Kabar Indonesia Pagi yang tayang di Youtube Talk Show tvOne, Selasa (21/4/2020).

"Pertama, itu kan ada perbedaan kurun waktu, itu dulu," ujar dr. Nazar.

Sedangkan faktor kedua adalah berkaitan dengan pasien kasus Covid-19 yang meninggal dunia.

Dr. Nazar menjelaskan tidak semua pasien kasus Virus Corona yang meninggal sudah dinyatakan positif Covid-19.

Karena pada kenyataannya, pasien meninggal masih banyak yang menunggu hasil pemeriksaan VCR yang dirasa saat ini masih lamban.

Dengan begitu, maka harus menunggu hasilnya terlebih dahulu, ketika positif, maka baru bisa masuk dalam penginputan data di pemerintah pusat.

"Kemudian perbedaan dalam hal ini yang meninggal itu belum seluruhnya yang terkonfirmasi Covid-19," sambungnya.

"Nah kami juga belum tahu persis yang dikemukakan oleh kawan-kawan di gugus tugas itu apakah itu yang meninggal yang telah terkonfirmasi Covid, atau termasuk juga penderita yang memang jelas-jelas riwayatnya gejala dan segala macam plus penyakit penyertanya, tapi belum keluar hasil laboratorium dengan jelas," jelasnya.

 Jokowi Keluarkan Larangan Mudik, Menhub Luhut Jelaskan Detailnya: Berlaku Efektif Mulai 24 April

Kemudian faktor selanjutnya adalah PDP yang memang belum dilakukan pengetesan, namun sudah meninggal.

Dengan begitu, kasus tersebut tidak masuk dalam penginputan data di pemerintah pusat.

"Yang ketiga juga ada PDP yang belum dilakukan laboratorium asesmen dengan lengkap sudah meninggal," ungkapnya.

Lebih lanjut, dr. Nazar juga memberikan sedikit contoh nyata dari rekan sejawatnya yang meninggal akibat Virus Corona.

Namun sampai meninggal, belum diketahui apakah positif atau negatif Covid-19.

"Nah, ada contoh nyata dari sejawat kami," kata dr. Nazar.

"Yaitu beliau almarhum ini sampai meninggalnya belum keluar hasil swabnya."

"Nah ini dalam satu kluster, dalam satu kota atau di satu rumah sakit apabila konfirmasi ini belum jelas, pasti secara regional akan berbeda angka, baik angka kematian, angka kesakitan atau angka kesembuhan, kemudian secara nasional apalagi," pungkasnya.

 Larang Semua Masyarakat Mudik, Jokowi Singgung Hasil Survei: 24 Persen Angka yang Sangat Besar

Simak videonya sejak menit awal

(TribunWow.com/Anung)

Sumber: TribunWow.com
Tags:
Virus CoronaCovid-19Ikatan Dokter Indonesia (IDI)Achmad Yurianto
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved