Virus Corona
Jokowi Minta Buka-bukaan Data Virus Corona, Pakar Singgung Tingginya Angka Perokok di Indonesia
Presiden Joko Widodo (Jokowi) baru-baru ini meminta agar pihak terkait secara buka-bukaan membuka data Virus Corona.
Penulis: Mariah Gipty
Editor: Tiffany Marantika Dewi
TRIBUNWOW.COM - Presiden Joko Widodo (Jokowi) baru-baru ini meminta agar pihak terkait secara buka-bukaan membuka data Virus Corona.
Dosen Senior Centre For Precision Health Unisa, Beben Benyamin mengatakan bahwa selama ini perihal keterbukaan data itu lah yang selama ini disarankan oleh timnya.
Hal itu diungkapkan Beben Benyamin melalui sambungan telepon di acara Sapa Indonesia Malam Kompas TV pada Jumat (17/4/2020).
• Data Covid-19 Direvisi, Jumlah Korban Meninggal akibat Corona di Wuhan Naik 50 Persen Jadi 3.869
Beben menjelaskan bahwa keterbukaan data itu bermanfaat bagi masyarakat dan ilmuwan.
"Saya juga kebetulan bersama dengan teman-teman Young Scientist Forum dalam sebulan terakhir ini juga membantu memberikan rekomendasi pada pemerintah salah satunya rekomendasi kita ya memang keterbukaan data."
"Jadi keterbukaan data ini ada mempunya dua fungsi, salah satu fungsi untuk publik dan satu lagi fungsi untuk ilmuwan ataupun juga ahli-ahli kesehatan," ujar Beben.
Bagi publik, keterbukaan data bisa mengurangi kecurigaan masyarakat akan masalah Virus Corona di Indonesia.
"Jadi informasi untuk publik itu kita memberikan informasi bahwa pemerintah ini terbuka dengan masalah ini. Masyarakat tahu seberapa besar masalah daripada Covid-19 sehingga tidak ada kesan yang ditutup-tutupi," ungkapnya.
Sedangkan bagi para ilmuwan, keterbukaan data bisa menjadi penelitian mereka hingga bisa dilakukan langkah-langkah pencegahan.
Selama ini para ilmuwan disebut lebih menggunakan data-data dari negara yang sudah lebih dulu terjangkit untuk diteliti.
• Hari Ini Kota Palembang Resmi Berstatus Zona Merah Virus Corona, 54 Orang Positif Covid-19
"Nah sedangkan untuk ilmuwan sendiri, scientist sendiri keterbukaan data itu adalah penting untuk menyediakan semacam feedback loop."
"Jadi data-data yang kita selama ini untuk melakukan pencegahan,diagnosa ini kan banyak menggunakan data-data yang memang sudah dipublikasikan dari China misalnya yang lebih dulu menghadapi pandemi kemudian dari Korea dari Singapura," ujar dia.
Padahal, setiap negara memiliki masalah penyakit penyerta atau penyakit lain di luar Covid-19 yang berbeda-beda.
Seperti di Indonesia di mana tingkat perokoknya cukup tinggi.
"Kan tiap negara unik demografinya unik juga tingkat penyakit-penyakit lainnya penyakit komordibitasnya, maksudnya tingkat perokok di Indonesia sangat tinggi."
"Kemudian juga penyakit-penyakit lain itu juga kan membutuhkan penanganan khusus sehingga data-data epidemiologi kemudian itu bisa digunakan misalkan terbuka," jelasnya.
• Curhat Dokter RS Kariadi Positif Corona soal Pasien Tak Jujur: Kami selama Ini Tidak di Garda Depan
Kemudian Beben menjelaskan dengan data yang dibuka maka pemerintah dan ilmuwan bisa bekerja sama untuk menemukan masalah apa yang sebenarnya terjadi pada pasien Indonesia terkait Virus Corona.
Jika telah ditemukan masalahnya, maka pemerintah dan ilmuwan bisa fokus pada masalah itu.
"Lalu misalkan kerja sama dengan ilmuan yang ada di Indonesia yang banyak maupun orang Indonesia di luar negeri, kita bisa olah data-data tersebut sehingga kita bisa memberikan rekomendasi kepada klinik oh ternyata data di Indonesia seperti ini, kayaknya bisa lebih fokus ke ini," pungkasnya.
Lihat videonya mulai menit ke-9:51:
Kritikan Effendi Gazali terkait Data Covid-19 di Indonesia
Pakar Komunikasi Politik, Effendi Gazali menyinggung soal data korban Covid-19.
Hal itu diungkapkan Effendi Gazali saat menjadi narasumber di acara Indonesia Lawyers Club pada Selasa (14/4/2020).
Effendi Gazali bahwa untuk mengatasi Virus Corona bukan hanya menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
• Effendi Gazali Ungkit Janji Jokowi soal Bantuan: Lagi-lagi Lewat Jubir Presiden Fadjroel Rachman
"Rasanya PSBB malam ini Datuk Karni Ilyas dan seluruh pemirsa perlu kita beri bobot bukan lagi Pembatasan Sosial Berskala Besar, tapi setidaknya Paradigma Sosial Berskala Benar."
"Bahkan kalau mau ke atas lagi peradaban sosial yang berskala benar," kata Effendi.
Lalu, ia menyinggung data yang diungkapkan oleh Pakar Epidemiologi Universitas Indonesia (UI) Pandu Riono.
Pandu Riono mengatakan penularan Virus Corona sudah terjadi sejak Februari 2020.
"Saya mau kasih lihat contohnya, tadi kita punya dua data, satu data dari Pak Prof Pandu dari Fakultas Kesehatan Masyarakat UI ya datanya tadi, saya catat itu dengan jumlah orang yang akan meninggal, kemudian kasusnya, kalau intermes tidak cepat."
"Kalau pulang mudik katanya bisa satu juta lebih akan terjadi kasus."
"Dia mengatakan penularannya sudah terjadi sejak sebetulnya di Februari dan selanjutnya," singgung Effendi.
• Effendi Gazali Ungkit Apakah Napi yang Dilepas Dapat Bantuan: Hemat 250 Milyar? Nggak Bisa Dong
Sedangkan, kasus Virus Corona baru pertama kali diumumkan Pemerintah pada 2 Maret 2020.
Sehingga menurut Effendi ada perbedaan data yang diungkap pada masyarakat.
"Di konsep peradaban sosial muncul pertanyaan kita Datuk Karni Ilyas, ini sebetulnya mohon maaf ini, dengan tidak mengurangi semangat kita bahwa ini kita harus selesai ini yang hoaks siapa ini, kalau kita bicara peradaban sosial, ini yang hoaks siapa."
"Yang satu mengungkap data yang sebenarnya misalnya, yang satu ingin menyimpan data supaya orang tidak panik," ujarnya.
Lalu, Effendi juga menyinggung soal data yang diungkap oleh Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan terkait meningkatnya jumlah kematian dengan protokol Covid-19 yang mencapai hingga ribuan.
Sehingga, ia merasa bingung mengingat data resmi dari pemerintah yang meninggal akibat Virus Corona baru sekitar 400-an orang.
• Tuduh WHO Bias Terhadap China, Donald Trump Hentikan Pendanaan di Tengah Pandemi Virus Corona
"Padahal Gubernur DKI Jakarta tadi menunjukkan pemulasaran sesuai dengan standar Covid itu adalah 1.100."
"Kalau bicara kita peradaban sosial berskala benar muncul pernyataan kita yang hoaks siapa, tanpa melemahkan semangat, kita tetap harus bersemangat, bangsa kita tetap harus menang."
"Jadi sampai muncul pertanyaan seperti itu," ujarnya.
Lihat videonya mulai menit ke-5:56:
(TribunWow.com/Mariah Gipty)