Virus Corona
Nekat Jualan hingga Ribut dengan Satpol PP, PKL: Gimana Bisa Istirahat kalau Perut Anak Kami Lapar?
Pedagang kaki lima (PKL), Yernis mengungkap kesulitan hidupnya kini setelah pemberlakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
Penulis: Jayanti tri utami
Editor: Tiffany Marantika Dewi
"Di sisi lain mau tidak mau cara kewajiban mereka untuk bertahan hidup sebagai para pekerja masih bekerja hari ini."
"Itu yang kemudian situasi, kondisinya yang ada di dalam buruh," lanjutnya.
Nining juga mengeluhkan kebijakan pemerintah soal PSBB.
Menurutnya hal tersebut semakin mempersulit kehidupan buruh, sebab banyak buruh-buruh yang akhirnya harus mengalami pemutusan hubungan kerja.
"Dalam situasi ini justru kemudian bertambah beban para buruh, dan para pekerja, di mana pemerintah kita membuat ada sistem lockdown, dan distancing," kata Nining.
"Mereka banyak yang dirumahkan, ada juga yang di-PHK," tambahnya.
Nining bercerita berdasarkan data yang dimiliki olehnya, ada 18 ribu buruh yang telah dirumahkan oleh perusahaan tempat mereka bekerja.
Ia juga mengatakan mayoritas buruh yang dirumahkan hanya mendapat 25 persen upah mereka, hingga ada yang sama sekali tidak mendapat upah.
• Karni Ilyas Blak-blakan Kritik PSBB DKI dan Kartu Prakerja Jokowi: Jangan Lihat Tukang Ojek Saja
"Mayoritas mereka sangat kecil mendapatkan upahnya, 25 persen, bahkan ada yang sama sekali tidak mendapatkan upah," kata Nining.
Kemudian Nining juga tidak sepaham apabila pengusaha ikut mengeluh atas wabah Covid-19.
Menurutnya saat-saat seperti ini, para pengusaha justru bisa mengulurkan bantuan kepada para buruh.
"Padahal kita tahu benar hari ini ada persoalan-persoalan ekonomi, tidak sepenuhnya benar ketika pengusaha juga mengeluh tentang persoalan situasi hari ini," ujar Nining.
"Mereka selama ini bertahun-tahun para pekerja memberikan produktivitasnya, memberikan keuntungan."
"Seharusnya ini saat yang tepat bagi pengusaha berbagi keuntungannya terhadap pekerja," sambungnya. (TribunWow.com)