Virus Corona
Imam Prasodjo Ungkap Stigma Negatif Virus Corona karena Kurangnya Simpati: Menangnya Rasa Ketakutan
Imam Prasodjo turut menanggapi soal stigma negatif yang didapat orang-orang yang berhubungan dengan Virus Corona.
Penulis: Mariah Gipty
Editor: Atri Wahyu Mukti
TRIBUNWOW.COM - Sosiolog Universitas Indonesia, Imam Prasodjo turut menanggapi soal stigma negatif yang didapat orang-orang yang berhubungan dengan Virus Corona.
Hal itu diungkapkan Imam Prasodjo saat menjadi narasumber di acara Mata Najwa Trans 7 pada Rabu (15/4/2020).
Imam Prasodjo mengatakan bahwa stigma negatif bisa berasal dari berita-berita yang beredar.
• Keluh Kesah hingga Kegeraman Sopir Mobil Jenazah Virus Corona: Tolong, sampai Kapan Kita Begini
Namun, berita-berita mengenai Virus Corona itu bukan bermaksud menakut-nakuti melainkan untuk menimbulkan sikap kehati-hatian.
"Ya ini jelas mengarah pada public stigma ya jadi ada semacam pergulatan pertama memang ada berita-berita yang sekarang ini muncul memang menumbuhkan sikap kehati-hatian, itu sebenarnya yang ingin ditumbuhkan."
"Tapi bukan sikap kekhawatiran yang berlebihan, nah jadi kehati-hatian ini sekarang sudah masuk kekhawatiran yang berlebih bahkan ketakutan yang berlebihan ini yang pertama," ujar Imam.
Menurutnya, ketakutan yang terjadi tidak disertai perasaan empati pada pasien Virus Corona.
"Nah yang saya khawatir di saat orang itu khawatir apa berlebihan dan kemudian takut berlebihan itu menjadi liar, tetapi tidak diimbangi dengan empati," sambunya.
• Kabar Baik, Polri Beri Bantuan Rp 600 Ribu Bagi Sopir Bus, Taksi, hingga Andong Terdampak Corona
Imam mengatakan, orang-orang yang takut berlebihan itu tidak ikut memposisikan dirinya sebagai korban.
Selain itu, kurangnya informasi yang didapat juga menimbulkan kekhawatiran yang berlebihan.
"Kemampuan untuk bersimpati membayangkan bagaimana kalau seandainya dirinya itu berada di dalam posisi korban, nah ini menumbuhkan empati itu terlupakan."
"Ditambah lagi informasi yang tidak lengkap atau disinformasi," kata dia.
Sehingga, Imam menilai dari apa yang terjadi sekarang misalnya penolakan jenazah Covid-19 itu karena simpati kalah dengan rasa ketakutan tersebut.
"Jadi apa yang terjadi ini menggambarkan menangnya ketakutan berlebihan, menangnya kekhawatiran berlebihan, dibanding simpati, empati dan informasi yang lengkap tentang bagaimana virus ini harusnya disikapi," ucap dia.
• Tak Tahu Asal Corona yang Tewaskan Istri, Suami Perawat yang Jenazahnya Ditolak: Dia Orang Gigih
Lihat videonya mulai menit ke-12:15: