Virus Corona
Nilai Solusi Lockdown Terlalu Berat, Refly Harun: Harusnya di Awal Tutup Pergerakan Orang Asing
Pakar Hukum Tata Negara Refly Harun menyebut opsi lockdown untuk menekan angka korban Virus Corona terlalu berat. Ini dampak bagi pemerintah pusat.
Editor: Tiffany Marantika Dewi
"Kita perlu meningkatkan, misalkan, pemerintah langsung menghitung kalau ada 20.000 kasus, ini isolasinya di mana," paparnya.
"Jadi excercise untuk meningkatkan sense of crisis itulah jawabannya kalau tidak pakai lockdown," pungkasnya.
Berikut video lengkapnya:
Pengamat sebut lockdown sudah terlambat
Pengamat Kebijakan Publik Universitas Indonesia Agus Pambagio menyebut semuanya memang sudah terlambat.
Jika sampai lockdown benar dilakukan dalam waktu dekat ini, maka biaya yang dibutuhkan akan sangat besar.
Dilansir Tribunnews.com, hal ini diungkapkan Agus dalam tayangan SAPA INDONESIA MALAM, kanal YouTube KOMPASTV, Minggu (15/3/2020).
Sebelum Agus berpendapat, Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta Fraksi Gerindra M Taufik serta Tenaga Ahli Utama KSP Brian Sriprahastuti sempat menjawab soal rencana lockdown.
Taufik condong dengan pendapat Gubernur Jakarta Anies Baswedan yang sempat menyinggung lockdown, sedangkan Brian condong pada keputusan pemerintah pusat untuk tidak lockdown.
Ketika diminta memilih dua pendapat itu, Agus menyebut memang kini semuanya sudah terlambat.
Agus menyebut dirinya sudah mengusulkan lockdown sejak Januari 2020 lalu ketika belum ada wabah Corona di Indonesia.
"Kalau kita bicara pendekatan sekarang sudah terlambat," ucap Agus.
"Saya sudah ngomong seperti ini kira-kira bulan Januari, karena waktu itu kan kita masih (belum ada)," imbuhnya.
Agus sempat mengusulkan untuk memberlakukan lockdown di beberapa pintu masuk turis China seperti Manado, Bali, Jakarta, dan Riau.
Seharusnya lockdown di daerah tersebut sudah dilakukan sejak Januari 2020.