Virus Corona
Karni Ilyas Bingung Rakyat Makan Apa jika Lockdown, Perkirakan Pemerintah Keluar Dana Rp 112 Triliun
Pemimpin Redaksi TV One, Karni Ilyas mengira-ngira dana yang harus dikeluarkan jika pemerintah memberlakukan lockdown.
Penulis: Mariah Gipty
Editor: Ananda Putri Octaviani
TRIBUNWOW.COM - Pemimpin Redaksi TV One, Karni Ilyas mengira-ngira dana yang harus dikeluarkan jika pemerintah memberlakukan lockdown.
Hal itu diungkapkan Karni Ilyas melalui acara Kabar Petang tv One pada Senin (30/3/2020).
Mulanya, Karni Ilyas mencontohkan driver ojek online yang pendapatannya turun drastis akibat pembatasan sosial kini.
• Gelar Rapat Paripurna, Anggota DPR RI Usulkan Pemotongan Gaji untuk Bantu Penanganan Virus Corona
"Sekarang saya tukang ojek online lah katakan, dia itu sudah enggak dapat penghasilan lagi. Kkatanya hari ini cuma bawa satu penumpang padahal biasanya ada 20 trip," ujar Karni Ilyas.
Akibatnya, ujar Karni Ilyas, mereka kesusahan mencari makan bagi anak dan istri.
Karni menilai, jika diterus-teruskan maka kerusuhan tak bisa dihindarkan.
"Terus makannya makan apa? Anaknya dikasih makan apa? Dan enggak bisa rakyat dibiarkan tidak makan. Itu akan menjadi sebuah kerusuhan," ungkapnya.
Karenanya, Karni menyebut, jika lockdown dilakukan, maka pemerintah harus memberikan subsidi bagi rakyat miskin.
Ia memperkirakan bahwa pemerintah harus menyiapkan ratusan triliun per bulan untuk memenuhi kebutuhan dasar rakyat miskin.
"Jadi pemerintah harus siapkan subsidi sebesar-sebesarnya. Dan itu saya hitung minggu lalu, kalau 30 juta rakyat kita miskin, kasih empat juta per bulan, per bulan kita harus keluar Rp 112 triliun," kata dia.
• Terapkan Isolasi Wilayah untuk Cegah Penyebaran Virus Corona, Pemkot Tegal Gelontorkan Rp 27 Miliar
Namun kemungkinan itu ditepisnya, Karni mempertanya, dari mana pemerintah mendapat dana begitu besar.
"Dari mana anggarannya?" lanjutnya.
Menurut Karni, ketika perantau khususnya sudah tak bisa bekerja maka pilihannya adalah pulang ke kampung.
"Jadi kalau seorang penduduk di Jakarta sudah tidak bisa makan, tidak bisa dapat mata pencaharian, ya tukang asongan, sopir taxi."
"Satu-satunya yang dia pikirkan bagaimana kalau dia pulang kampung? Jadi harus bedain, boleh saja mudik lebaran dibatasi, tapi pulang kampung kalau enggak ada pilihan lagi bagaimana kita menahan di sini," ungkap Karni Ilyas.