Breaking News:

Virus Corona

Apa Gejala Spesifik ODP, PDP, Suspek, dan Positif Virus Corona? Begini Penjelasan Dokter Adityo

Pada kasus Virus Corona terdapat pembagian status penderita sebelum benar-benar positif.

Penulis: Mariah Gipty
Editor: Maria Novena Cahyaning Tyas
Channel YouTube Kompas TV
Pada kasus Virus Corona terdapat pembagian status penderita sebelum benar-benar positif. 

TRIBUNWOW.COM - Pada kasus Virus Corona terdapat pembagian status penderita sebelum benar-benar positif.

Status itu antara lain ODP (Orang Dalam Pemantauan) PDP (Pasien Dalam Pengawasan), dan suspek Virus Corona.

Namun, yang sering menjadi pertanyaan adalah apa gejala spesifik masing-masing status?

Antisipasi Penyebaran Virus Corona, Gubernur DIY Sri Sultan Minta Jokowi Buka Data Daerah Zona Merah

Seperti yang ditanyakan seorang warganet pada acara Sapa Indonesia Pagi Kompas TV pada Selasa (31/3/2020).

"Apakah tanda spesifik bagi yang ODP menjadi PDP, dan menjadi suspek serta menjadi positif Covid-19," tanya warganet @laxmyndra.indra.

Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Adityo Susilo menjelaskan bahwa gejala yang paling sering terjadi adalah kenaikan suhu tubuh hingga lebih dari 38 derajat celcius.

"Kalau untuk gejala saya kira gejalanya sudah banyak dilihat di panduan."

"Jadi yang paling sering adalah demam, demam tinggi lebih dari 38 derajat celcius," ungkap dokter Adityo.

Selain itu, demam juga disertai gangguan pernafasan lainnya.

Sebut Warga Lebay Semprot Disinfektan ke Tubuh untuk Bunuh Corona, Karni Ilyas: Tanpa Nanya Sok Tahu

"Dan ini demamnya cenderung terus menerus disertai dengan gejala pernafasan, bisa batuk, bisa pilek, bisa sakit tenggorokan atau bahkan sampai sesak nafas," sambungnya.

Menurutnya, gejala-gejala tersebut merupakan gejala yang paling umum hingga orang bisa dicurigai menjadi PDP.

"Itu adalah gejala yang paling sering kita dapatkan dan akhirnya membuat kita mencurigai jangan-jangan yang bersangkutan PDP begitu," katanya.

Sedangkan untuk mengetahui seseorang benar-benar terjangkit Covid-19 perlu dilakukan pemeriksaan VCR.

"Dan antara suspek dengan positif hanya bisa dibedakan melalui laboratorium yaitu dengan pemeriksaan VCR, jadi gejalanya pun begitu sama," tegas dokter Adit.

Ia melanjutkan bahwa gejala paling parah Covid-19 adalah sesak nafas yang semakin berat.

"Dan seiring waktu hati-hati kalau memang betul ini Covid ini akan ada risiko mengalami keluhan yang lebih berat di saluran nafas termasuk hingga sesak nafas yang makin berat," tegasnya.

Baru akan Dipindah ke Ruang Biasa seusai Dinyatakan Sembuh, Pasien Covied-19 di Kalimantan Meninggal

Lihat videonya mulai menit ke-1:00:

Penyeprotan Desinfektan pada Manusia Salah Kaprah?

Dokter Spesialis Paru, Erlina Burhan mengatakan bahwa penyemprotan disinfektan pada manusia itu berbahaya.

Hal itu diungkapkan dokter Erlina Burhan saat menjadi narasumber di acara Apa Kabar Indonesia Malam tv One pada Minggu (30/3/2020).

Dokter Erlina menegaskan bahwa disinfektan itu bukan dilakukan pada manusia melainkan benda mati.

 Pemkot Tegal Siapkan Rp 27 Miliar untuk Local Lockdown 4 Bulan, Ini Penjelasan Dedy Yon Supriyono

"Wah itu malah bahaya menurut saya karena pertama disinfektan itu bukan untuk manusia tapi untuk permukaan benda-benda mati," tegasnya.

Kemudian, dokter Erlina kembali mengatakan dua penyebaran Virus Corona, yakni droplet dan kontak tidak langsung.

"Kan kita tahu penularan ada yang langsung lewat droplet, orang sekitarnya kena kalau jaraknya kurang dari satu meter."

"Atau lewat kontak tidak langsung, itu adalah dropletnya virus yang ada di droplet itu di permukaan meja, kursi," jelasnya.

Dokter Erlina menegaskan, penyemprotan disinfektan pada manusia itu tidak sesuai anjuran Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

"Mejanya yang dibersihin atau tombol lift, atau buat pegangan tangga, pintu, ya itu yang diberi disinfektan bukan manusia."

"Kalau zat-zat apa itu, klorin ya atau isiinya kalau kena mata atau saluran nafas bahaya itu tidak direkomendasikan oleh WHO," kata dokter Erlina.

Semprotan disinfektan bisa berbahaya bagi kulit hingga saluran pernafasan.

"Iya dan kalau misalnya orangnya alergi misalnya kalau kena kulitnya itu tidak baik untuk kulit, untuk mata, untuk saluran nafas," kata dia.

 Ketua Relawan Covid-19 Minta Donatur Mandiri Berkoordinasi dengan BNPB: Tepat dan Tidak Mubazir

Saat disinggung bahwa orang yang masuk ke dalam kotak disinfektan itu memang diminta menutup mata dan hidungnya, dokter Erlina mengatakan tidak semua orang bisa menahan nafasnya.

Selain itu, disinfektan juga bisa tertinggal di kelopak mata.

"Itu kan enggak semua orang bisa tahan nafas dengan benar tutup mata kalau ada di kelopak mata dia kelip-kelip perih juga," ujarnya.

Dokter yang bertugas di RS Persahabatan Jakarta ini mengatakan bahwa yang terpenting itu mencuci tangan.

Selain itu, jangan sampai memegang muka.

"Jadi intinya kalau virus itu di permukaan kalau tersentuh oleh kita yang penting itu cuci tangan."

"Satu hal lagi jangan pegang-pegang mata, hidung, wajah, mulut itu yang musti dicegah bukannya tubuh kita disemprot," imbau dokter Erlina.

Jika memang takut virus ada di kulit, dokter Erlina mengatakan bahwa virus itu tak bisa menembusnya.

"Kalau dia khawatir dikulit dia tidak akan menjadi penyakit di kulit, dia tidak bisa tembus kulit virus itu," jelasnya.

Sedangkan, kalau takut virus menempel di baju, orang bisa mengganti bajunya setelah berpergian.

"Kalau kita khawatir di baju lalu kita sentuh baju kemudian pegang-pegang muka nah barangkali bisa dicari cara lain."

"Kalau di rumah sakit kita punya baju khusus sekarang nih gara-gara Covid-19 ganti baju, di rumah sakit pakai baju itu, pulang ke rumah ganti baju lagi," ucapnya.

 Wabah Virus Corona, Soimah Soroti Warga yang Masih Bandel: Enggak Usah Pengen Dikasihani

 Lihat videonya mulai menit ke-1:50:

(TribunWow.com/Mariah Gipty)

Tags:
Virus CoronaCovid-19ODP (Orang dalam Pemantauan)PDP (Pasien dalam Pengawasan)
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA
KOMENTAR

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved